Istri dan Anakku. Subhanallah...

Dunia itu perhiasan. Dan, perhiasan yang paling indah adalah istri yang salehah. Menikahlah, jika Anda menghendaki surga dunia.

Training Jurnalistik

Menyampaikan pelatihan menulis bertajuk "Seni Menulis Artikel" di hadapan santriwati PPI 67 Benda Tasikmalaya.

Berseminar

Sedekah itu Luas. Jika Anda punya ilmu, sedekahkan ilmu Anda, niscaya bertambah berkah.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 28 Desember 2010

Biarkan Masa Depan Datang Sendiri

أَتَى أَمْرُ اللهِ فَلاَ تَسْتَعْجِلُوْهُ

“Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya.” (QS. An-Nahl: 1)

Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi! Apakah Anda mau mengeluarkan kandungan sebelum waktunya dilahirkan, atau memetik buah-buahan sebelum masak? Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba, belum berwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna. Jika demikian, mengapa kita harus menyibukkan diri dengan hari esok, mencemaskan kesialan-kesialan yang mungkin akan terjadi padanya, memikirkan kejadian-kejadian yang akan menimpanya, dan meramalkan bencana-bencana yang bakal ada di dalamnya?

Bukankah kita juga tidak tahu apakah kita akan bertemu dengannya atau tidak, dan apakah hari esok kita itu akan berwujud kesenangan atau kesedihan? Yang jelas, hari esok masih ada dalam alam gaib dan belum turun ke bumi. Maka, tidak sepantasnya kita menyeberangi sebuah jembatan sebelum sampai di atasnya. Sebab, siapa yang tahu bahwa kita akan sampai atau tidak pada jembatan itu. Bisa jadi kita akan terhenti jalan kita sebelum sampai ke jembatan itu, atau mungkin pula jembatan itu hanyut terbawa arus terlebih dahulu sebelum kita sampai di atasnya. Dan bisa jadi pula, kita akan sampai pada jembatan itu dan kemudian menyeberanginya.

Dalam syariat, memberi kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan masa depan dan membuka-buka alam gaib, dan kemudian terhanyut dalam kecemasan-kecemasan yang baru di duga darinya, adalah sesuatu yang tidak dibenarkan. Pasalnya, hal itu termasuk thulul amal (angan-angan yang terlalu jauh). Secara nalar, tindakan itu pun tak masuk akal, karena sama halnya dengan berusaha perang melawan bayang-bayang. Namun ironis, kebanyakan manusia di dunia ini justru banyak yang termakan oleh ramalan-ramalan tentang kelaparan, kemiskinan, wabah penyakit dan krmjekonomi yang kabarnya akan menimpa mereka. Padahal, semua itu hanyalah bagian dari kurikulum yang diajarkan di "sekolah-sekolah setan".

اَلشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَآءِ وَاللهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلاً وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia”. (QS. Al-Baqarah: 268).

Mereka yang menangis sedih menatap masa depan adalah yang menyangka diri mereka akan hidup kelaparan, menderita sakit selama setahun, dan memperkirakan umur dunia ini tinggal seratus tahun lagi. Padahal, orang yang sadar bahwa usia hidupnya berada di 'genggaman yang lain' tentu tidak akan menggadaikannya untuk sesuatu yang tidak ada. Dan orang yang tidak tahu kapan akan mati, tentu salah besar bila justru menyibukkan diri dengan sesuatu yang belum ada dan tak berwujud.

Biarkan hari esok itu datang dengan sendirinya. Jangan pernah menanyakan kabar beritanya, dan jangan pula pernah menanti serangan petakanya. Sebab, hari ini Anda sudah sangat sibuk. Jika Anda heran, maka lebih mengherankan lagi orang-orang yang berani menebus kesedihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit di dalamnya dengan bersedih pada hari ini. Oleh karena itu, hindarilah anganangan yang berlebihan.


Sumber: 'Aidh al-Qarni, La Tahzan!

Senin, 27 Desember 2010

Inner Motivation

إِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلاَ تَعْزَجْ

"Bersungguh-sungguhlah terhadap sesuatu yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah serta jangan merasa lemah!" (H.R. Muslim).

Hadits tersebut memberikan arahan bijak kepada kita agar senantiasa fokus terhadap hal-hal yang bermanfaat serta cerdas dalam beraktivitas yang akan melahirkan kebaikan dunia dan akhirat.

Dalam segala aktivitas motivasi yang tinggi sangat dibutuhkan kehadirannya, baik yang datangnya dari luar (motivasi ekstrinsik) maupun dari dalam diri (motivasi intrinsik). Suntikan motivasi akan memompa semangat beraktivitas untuk meraih tujuan dan cita-cita yang didambakan yakni sukses hidup yang hakiki. Perlu digarisbawahi bahwa, sukses hidup tidak diukur dengan materi yang melimpah atau pangkat serta jabatan yang tinggi, tetapi sukses hidup hakiki merupakan suatu hal positif yang mampu diukir, sekecil apapun itu. Memungut sampah dan membuangnya pada tong sampah merupakan sebuah kesuksesan yang luar biasa, karena ia mampu mendorong dirinya untuk sesuatu yang bermanfaat.

Seorang pelajar yang meraih sukses hakiki adalah yang mampu menjalankan tugasnya sebagai pelajar, yaitu belajar secara optimal dan beraktivitas positif lainnya (ekstra sekolah). Sukses hakiki bagi seorang pelajar bukan dilihat dari nilai prestasi dalam bidang pelajaran, tetapi prestasi sikap yang menjadi acuan. Jika ia seorang juara kelas tetapi sikapnya kurang baik, maka prestasinya tidak mencerminkan sukses yang hakiki. Seorang pedagang yang meraup banyak laba dari hasil penjualannya, tidak disebut sukses jika ia menimbun barang atau menyelipkan sesuatu pada timbangannya sehingga takaran tidak berimbang. Seorang mahasiswa tidak dianggap sukses dengan skripsi yang cum laude jika skripsinya hasil plagiat atau sewa orang.

Banyak contoh orang sukses yang pada masa remaja atau masa sekolahnya memiliki prestasi belajar rata-rata bahkan di bawah rata-rata. Thomas Alfa Edison misalnya, siapa kira anak "bodoh" di masa sekolahnya, mampu menciptakan lampu yang dapat menerangi dunia sehingga manfaatnya terasa sampai kepada kita. Abraham Lincoln, seorang lopper koran yang mampu mengangkat derajat orang kulit hitam di Amerika. Rasulullah saw. sendiri pun di masa kecilnya tidak mendapatkan pendidikan baca-tulis serta kasih sayang dari orang tua layaknya anak-anak pada masa itu, tetapi setelah dewasa, beliau berhasil merubah "dunia gelap" menjadi terang benderang sarat kasih sayang dari Yang Maha Penyayang, Allah swt..

Inner Motivation atau motivasi dari dalam diri. Itulah keyword untuk mencapai target. Target kita adalah sukses hakiki itu. Kenapa harus inner motivation? Memotivasi diri sendiri akan melahirkan rasa puas (satisfaction) yang tinggi daripada dimotivasi orang lain. Kapan pun, di mana pun, jika seseorang memiliki motivasi diri yang kuat, ia akan siap sedia beraktivitas meretas jalan kesuksesan yang ingin dicapainya.

Jika menyadari bahwa wawasan itu sangat penting, maka orang yang memiliki inner motivation akan senantiasa bergelut dengan aktivitas yang akan membawanya menuju pengetahuan dan wawasan yang tinggi. Membaca, menghadiri kajian, seminar, pengajian, mujadalah, dll.. Begitu juga seorang entrepreneur, untuk bersaing dan meraih keuntungan berlipat, ia akan mencari jalan untuk menciptakan suasana bisnis yang nyaman, memperbanyak relasi, meningkatkan produktivitas, dll.. Semua itu dilakoni dengan penuh semangat dan gairah kerja tinggi karena di dalam dirinya terdapat suatu kehendak atau dorongan (motivasi) akibat dari kesadaran diri akan pentingnya hal tersebut.

So, langkah pertama untuk membangun motivasi diri adalah menyadari bahwa kita berkepentingan dengan hal itu. Bisa kepentingan duniawi, bisa juga kepentingan akhirat, atau juga dua-duanya sekaligus. Apa yang akan dilakukan adalah sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Orang butuh makan, maka dengan sekuat tenaga orang tersebut akan mencari suatu pekerjaan demi sesuap nasi. Seorang pelajar yang menginginkan nilai ujian yang memenuhi SKKBM alias standar kelulusan kegiatan belajar mengajar, akan berusaha semaksimal mungkin untuk belajar dengan tekun dan sabar. Termotivasi oleh ayat-ayat al-Quran tentang kenikmatan surga yang tiada banding, maka seorang muslim akan berusaha keras melaksakan ibadah sesuai dengan sunnah Rasulullah saw..

Kedua, Inner motivation akan tumbuh dari hati yang bersih. So, bersihkan hatimu! Ikhlashkan amalmu! Jadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan hidupmu!

Ketiga, banyak-banyaklah bertafakur. Bertafakurlah akan diri dan lingkungan guna menemukan kedahsyatan ciptaan Allah, sehingga terlahirlah sikap spirit dalam menjalani segala aktivitas.

Keempat, kamu adalah makhluk Allah yang paling hebat. Sebelum sampai di dunia, kamu bersaing dengan jutaan sel sperma untuk memperebutkan sang ovum di ovarium. Walhasil, kamulah yang terhebat di antara jutaan sel sperma itu, sehingga kamu berwujud menjadi kamu seperti sekarang ini. So, buktikan hebatmu dengan semangatmu dalam beraktivitas.

Kelima, jangan lupa ”curhat” kepada Allah. Adukan segala permasalahamu, kelemahanmu, kekuranganmu, keinginanmu, cita-citamu, dll.. Allah Maha Memahami setiap hati manusia.

Keenam, lakukan olah raga hati. Buatlah hatimu simpati pada sesuatu yang baik-baik, seperti berinfaq, thalabul ’ilmi, dll.. Jadikan hatimu meringgis pada sesuatu yang menyebabkan maksiat, seperti khalwat, ikhtilat, pacaran, dll..

Ketujuh, muhasabatunnafs alias evaluasi diri setiap hari. Apa yang salah? Apa yang kurang? Apa yang keliru? Apa yang harus diperbaiki? Apa yang harus dipertahankan? Apa yang harus ditingkatkan? Evaluasi adalah hal penting dalam segala urusan. So, lakukan evaluasi setiap malam sesaat sebelum kamu tidur. Keep spirit...!!! Allahu Akbar...!!!

Minggu, 26 Desember 2010

Menjadi Hebat

Siapa sangka bahwa diri kita ini adalah sosok makhluk yang hebat. Pasalnya, pada proses fertilisasi satu-satunya sperma yang berhasil membuahi ovum di antara jutaan sprema yang berebut adalah diri kita. Namun, keberhasilan membuahi uvom itu bukan tanpa perjuangan. “Peperangan” sengit terjadi pada detik-detik “peminangan” si ovum.

Ketika jutaan sperma memasuki vagina menuju uterus (rahim) kemudian menuju tuba fallopi. Tiba-tiba sperma-sperma yang hendak “menjemput” ovum yang sudah menunggu di tuba fallopi, dihantam cairan pekat asam. Dalam hitungan detik uterus dipenuhi jutaan sperma yang mati karena tak tahan menghadapi serangan cairan tersebut. Tetapi ratusan sperma memiliki imuntas yang hebat sehingga mereka bisa bertahan dan melanjutkan perjuangan. Sesampainya di “singgasana” ovum, mereka berebut membuahi ovum. Lagi-lagi hambatan harus mereka hadapi. Benteng pertahanan ovum cukup kuat sehingga tidak ada sperma yang dapat bersatu dengan uvom kecuali SATU. Siapakah DIA? Kawan, DIA adalah KITA.

Ini adalah realitas yang menunjukkan bahwa kita memiliki kekuatan awal yang cukup hebat. Tetapi pada perjalanannya memori ini sering dihancurkan oleh paradigma, persepsi, dan pikiran negatif yang muncul dari pemahaman dan keyakinan diri. Jadi, kekuatan ini banyak yang jadi puing sejarah.

Selanjutnya, kehebatan dasar kita adalah adanya programmer yang luar biasa sebagai komandan pergerakan hidup. Otak. Dia adalah otak. Dari otak inilah muncul pikiran-pikiran. Dari pikiran muncul tindakan. Dari tindakan muncul kebiasaan. Dari kebiasaan muncul karakter. Dan, dari karakter muncullah nasib. Jadi, nasib itu berawal dari pikiran. Sementara itu, untuk menghasilkan pikiran yang menyokong nasib baik berarti otak kita mesti dibiasakan berpikir yang baik-baik. Ituah sebagian kehebatan otak. Jika digunakan dengan baik, maka realitas pun insya Allah akan baik. Begitu juga sebaliknya.

Kemudian, kita memiliki hati. Rasulullah saw. bersabda:

وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Dan sesungguhnya di dalam sebuah jasad itu terdapat segenggam sesuatu. Jika hal itu baik, maka baik pula lah seluruh jasadnya dan jika rusak, maka rusak pula lah seluruh jasadnya. Ingat, hal itu adalah hati” (H.R. Bukhari-Muslim).


Management hati yang baik dilahirkan dari keimanan yang kuat kepada Sang Pencipta, Allah swt.. Iman yang mantap mampu menyulap hati yang keras menjadi lembut layaknya Umar ibnul Khathab Si Keras yang menjadi lembut. Iman yang kuat dapat merubah bakhil (pelit) menjadi jawwad (dermawan). Iman yang dahsyat bisa menciptakan si lemah menjadi kuat layaknya Bilal ibnu Rabbah. Jadi, tingkatkan iman jika hendak memiliki kemampuan memanage hati dengan baik. Dengan management hati yang baik, insya Allah segalanya akan berjalan baik. Begitu penegasan dari hadits Rasulullah tadi.

Dengan modal-modal dasar tersebut, mari menjadi hebat di hadapan Allah dan sesama kita… Tak ada alasan untuk merasa lemah. Tak ada rumus untuk berpangku tangan. Let’s be the sturdy moslem…!

Sabtu, 18 Desember 2010

Mengangkat Tropi Kemenangan

Nggak tanggung-tanggung, setiap urusan manusia diatur oleh Islam, sampai perkara yang kita anggap sepele pun Islam ada di sana apalagi dalam perkara yang besar. Ini sebagai bukti bahwa Allah Maha Mencintai hamba-Nya, karena aturan Allah berarti kasih sayang Allah. Jika patuh, cinta Allah akan tercurah dan jika membangkang, murka Allah akan didapat.

Pertama, Islam mengajarkan agar meninggalkan yang sia-sia. Dalam kaca mata dunia saja, yang sia-sia itu akan mengantarkan kepada kerugian. Ketika yang lain asyik menyimak guru, si A malah enjoy dengan lamunan dan khayalannya. 100% si A tidak akan mendapatkan ilmu yang disampaikan guru. Alhasil, ya... ketika guru memberikan soal latihan, ia sibuk tanya sini tanya sana, tengok kiri tengok kanan, padahal soalnya mudah banget. Jadi ngerepotin temen deh....

Kedua, kita dibimbing agar tidak menunda-nunda waktu. Hari ini, ya... hari ini. Esok, ya... esok. Pemanfaatan waktu yang efektif akan membuahkan kemenangan dalam kompetisi merebutkan “piala”. Dalam kamus sang pemenang, tidak akan ditemukan waktu luang. Guliran waktu selalu penuh dengan hal-hal positif. Mereka memiliki keyakinan tinggi bahwa, hidup itu bukan kemarin bukan juga esok hari. Hidup itu hari ini, detik ini. Kalau hari ini, detik ini, tidak dimanfaatkan, berarti ia tidak “hidup”. So... mari kita gunakan waktu secara optimal guna menepi di puncak harapan. Pepatah mengatakan, “waktu itu bagaikan pedang”. Jika waktu tidak dikuasai, maka ia akan menyabit leher kita alias kita akan terjun ke lembah kerugian. Kuasai waktu, manfaatkan untuk hal positif, dan azamkan bahwa kita akan meraup keberhasilan dengan tidak menyisakan waktu luang.

Ketiga, dalam melaksakan aktivitas, kita dituntut untuk profesional. Profesionalitas yang tinggi akan menjadi salah satu penunjang untuk menjadi yang pertama sampai di garis finish di sirkuit kehidupan, sehingga kita akan berdiri di podium dan mengangkat tropi kemenangan sambil sumringah tersenyum. Rasulullah mewanti-wanti, “Jika suatu urusan diserahkan bukan pada ahlinya, tunggulah kehancurannya.”. Kehancuran tersebut bisa datang kapan saja andaikata kita lengah dengan sikap profesional di setiap aksi. Bisa berupa nilai jeblok andai ia seorang pelajar, hengkangnya rekan bisnis kalau ia seorang businessman, perginya pelanggan jika ia seorang pedagang, menjauhnya teman dekat, dihinakan masyarakat jika ia seorang pemabuk, dll.. Profesionalitas yang ditunjukkan seseorang membuktikan kedewasaan dan gesag yang dimilikinya. Sehingga orang akan menghargai dan tidak menyepelekannya.

Keempat, Allah swt. memberikan wejangan bahwa, setiap hal yang kita perbuat akan berbalaskan ganjaran setimpal. Amal baik ganjarannya baik. Amal buruk ganjarannya buruk. Faman ya’mal mitsqala dzarratin khairan yarahu, waman ya’mal mitsqala dzarratin syarran yarahu. Maka siapa saja yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah (molekul terkecil) pun, ia akan melihat ganjarannya (surga); dan siapa saja yang mengerjakan amal kejelekan sebesar dzarrah pun, ia akan melihat ganjarannya (neraka).” (Q.S. Al Zalzalah [99]: 7-8).

Kelima, sikap hati-hati dalam hidup akan menguncupkan buah yang matang nan manis. Sikap hati-hati bisa juga dikatakan sebagai sikap takwa. Umar bin Khattab pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab (sekrertaris wahyu Rasulullah) mengenai arti takwa. Ubay menjawab, “Pernahkah engkau menyusuri jalan yang penuh dengan duri dan kerikil tajam?” “Ya, pernah.” jawab Umar. Ubay membalas, “Apa yang kau lakukan saat itu?” Sontak Umar menjawab, “Saya hati-hati memilih jalan.” “Nah, itulah takwa.” jawab Ubay lugas. Yap... berhati-hatilah dalam melangkah karena takut dosa, berhati-hatilah dalam beribadah karena takut salah, berhati-hatilah dalam mengonsumsi barang karena takut haram, dan berhati-hatilah dalam berbicara karena takut menyinggung.

Keenam, Rasulullah mengajarkan kepada kita agar selalu hidup jujur. Jujur dalam berbicara dan jujur dalam beramal. Sikap jujur akan membawa kita menuju al-birr (kebaikan) dan kebaikan akan membawa kita menuju al-jannah (surga). Ketika seseorang sudah berani berbicara tidak jujur, minimal madaratnya akan dirasakan di dalam hatinya. Ia tidak tenang berhadapan dengan orang yang dibodohinya, karena takut ketahuan. Ketika seseorang sudah biasa dengan sikap tidak jujur, maka madaratnya akan ia rasakan dunia-akhirat. So... jujur adalah mata uang yan berlaku di mana-mana. Dusta adalah mata uang palsu yang tidak berlaku di seluruh dunia. Mengedarkan “mata uang palsu” akan dijebloskan ke dalam “sel” oleh Allah swt..

Ketujuh, berprasangka bukanlah solusi hidup yang benar. Ary Ginanjar Agustian dalam ESQ-nya mengisahkan seorang staf yang tiba-tiba menguap di tengah seriusnya rapat. Sontak, peserta rapat melihatkan muka yang masam kepada karyawan tersebut. Pun dengan pimpinan rapat. Ia menegurnya dengan emosional. Ia menyalahkan sikap karyawan tersebut yang seolah tidak menganggap serius rapat yang sedang berlangsung. Tetapi karyawan tersebut tidak tinggal diam, ia membela dirinya dan mengatakan bahwa semalaman ia tidak tidur karena anaknya sedang di rawat di rumah sakit. Untuk menghadiri rapat pun ia harus meninggalkan anaknya yang tengah merasakan sakit yang secara psikologis memerlukan motivasi untuk sembuh terutama dari ayah dan ibunya. Merahlah muka si pimpinan rapat tersebut karena telah berburuk sangka. Berprasangka sama saja dengan memakan daging mayat saudara kita walaupun prasangka itu tepat sasaran (lihat Q.S. Al-Hujuraat [49]: 12!).

Nah, bagi kita yang mendambakan keberhasilan dalam aktivitas, baik hablun minallah (hubungan dengan Allah) maupun hablun minannas (hubungan dengan sesama), milikilah di dalam diri dan sikap kita ketujuh hal yang telah disebutkan di muka. Insya Allah, harapan yang kita rencanakan akan berwujud menjadi kenyataan. Keep spirit...!!! Allahu Akbar...!!!

Jumat, 10 Desember 2010

Zona Mujahadah Eksklusif

Ada tiga hal yang sering menghalangi laju mujahadah ilannajah alias struggle to success alias perjuangan menuju suksesnya seseorang. Tiga hal itu adalah menyesali masa lalu, mencemaskan masa depan dan kurang bersyukur dalam menjalani hari ini.


Tentang Masa Lalu

Masa lalu dalam bahasa Arab diibaratkan dengan kata madhi yang makna lainnya adalah “pedang yang tajam”. Muwafaqah (persesuaian) antara kedua makna dari kata ini dapat kita pahami bahwa masa lalu adalah masa yang telah selesai dilalui, sedangkan pedang salah satu fungsinya adalah memisahkan sesuatu yang satu dengan yang lainnya, atau memisahkan sebagian dari kesatuannya menjadi bagian tertentu, seperti memisahkan kepala dari tubuhnya alias memenggal. Mafhum-nya, kita tidak akan pernah bertemu lagi dengan masa yang telah dilalui, karena takdir kita saat ini dengan masa lalu telah terpisah jauh. Hari ini, ya... hari ini!

Masa lalu atau sejarah hidup sering memicu reaksi. Kadang memicu kebaikan dan kadang pula memicu keburukan. Pengalaman hidup yang baik, (seperti prestasi, keuntungan atau apresiasi dan lain sebagainya) akan memberi motivasi bagi seseorang untuk mengulanginya kembali, sedangkan pengalaman buruk -jika terus menerus dipikirkan- akan menimbulkan traumatik dalam diri dengan tingkatan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Lalu bagaimana menyikapi masa lalu tersebut? Seperti dalam peribahasa, the experience is the best teacher, maka otomatis masa lalu mesti disikapi dengan baik dan dipelajari dengan proporsional. Tidak berbangga hati dengan pengalaman yang baik dan tidak kecewa dengan pengalaman yang buruk. Kenapa? Ya.. kita kan berada di zona saat ini (sekarang), bukan berada di zona saat itu (masa lalu). Jadi saat inilah yang menentukan status kita.

Jangan biarkan masa lalu berlalu tanpa makna dan pelajaran yang berharga. Jika dahulu antum pernah mendapatkan prestasi yang baik, maka pelajari bagaimana antum mendapatkannya saat itu, lalu aplikasikan cara-cara itu di tempat antum berada saat ini agar prestasi itu bisa diraih kembali. Jika antum pernah remedial pada salah satu mata kuliah, maka ingat baik-baik bagaimana sikap belajar antum pada mata kuliah tersebut saat itu. So... change your self right now...! ubahlah dirimu sekarang juga...! Mengubah sikap, dengan tidak mengulangi apa yang pernah antum lakukan atau tidak antum lakukan saat itu agar mendapatkan nilai yang lebih baik saat ini.


Tentang Masa Depan

Setiap orang mempunyai visi dan misi dalam hidupnya. Setiap insan mempunyai obsesi dan cita cita di masa depannya. Dan pada akhirnya semua “ngotot” bekerja keras dan berupaya untuk meraih citanya tersebut.

Dalam mengukir masa depan ini kita perlu tenaga tenaga yang mampu mendorong untuk menyampaikan pada target yang telah direncanakan.

Lalu bagaimana kita mengukir masa depan yang gemilang...? Teman, banyak orang yang cemas dengan masa depan hidupnya, jadi apa nantinya... Sementara kita tidak punya apa apa untuk mendorong diri kita mencapai masa depan tersebut...

Jangan khawatir..... tak perlu mencemaskan terhadap sesuatu yang belum antum alami... untuk antisipasi, mari kita sharing tentang masalah ini. Tapi sebelumnya mari kita masuk ke zona saat ini, bukan kemarin bukan pula nanti, tapi... sekarang...! masa depan yang antum harapkan itu ukurannya hari ini. Jadi sukses itu dilihat bagaimana kondisi kita saat ini.


Mensyukuri Saat Ini

Rumus pokoknya, kita mesti bersyukur atas detik yang saat ini dialami. Lalu, masuki Zona Mujahadah Eksklusif (ZME). Setelah itu, dapatkanlah kemenangan di sela-sela mujahadah sebelum menemui target yang ditetapkan. It’s enough! Segitu aja? Yang benar aja, kawan? Simpel banget…! Begitulah jalan menuju kebahagiaan, very-very simplicity. Tetapi kebanyakan orang (semoga antum dan ana tidak termasuk, ya…) mempersulit diri dalam menjemputnya.

Mari kita fokus… Pertama, syukur. Esensi syukur yang paling penting adalah optimalisasi potensi yang dimiliki. Maka, temukanlah apa potensi yang dimiliki. Luangkan waktu sejenak untuk menemukannya. Dan, segera syukuri jika sudah ditemukan.

Nilai syukur yang cukup penting menurut Arvan Pradiansyah dalam bukunya The 7 Laws of Happiness adalah merasakan setiap moment yang saat ini tengah kita jalani. Ketika antum sedang minum, rasakanlah setiap tetes air yang membasahi tenggorokanmu. Ketika antum sedang beramal, nikmatilah setiap gerakan amal yang dilakukan. Itulah esensi syukur. Mengoptimalkan upaya saat ini pula.

Dikaji secara global, Zona Mujahadah Eksklusif atau ZME merupakan ruang perjuangan yang berbeda. Kata ruang digunakan sebagai representasi (perwakilan) dari segala fasilitas fisik, mujahadah berarti perjuangan dan eksklusif berarti berbeda karena kualitas aktivitasnya tinggi. Arti lugasnya, setelah bersyukur atas segala nikmat, bekerjalah dengan sungguh-sungguh menjemput target yang dikejar. Allah swt. berfirman, “Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku pun bekerja” (Q.S. Az-Zumar [39]: 39). Jadi, ZME adalah zona perjuangan menjemput masa depan dengan kualitas terbaik. Kualitas ibadah, kualitas sedekah, kualitas shalat, kualitas ucapan, kualitas kerja, kualitas relationship, kualitas doa, dll..

Terakhir, ada dua konsep menuju kesuksesan, yaitu bahagia dulu baru sukses dan sukses dulu baru bahagia. Bedanya, bahagia dulu baru sukses berarti merasa bahagia saat sedang berproses menjemput sukses (qana’ah) sehingga setiap detik setiap waktu di hatinya penuh dengan happiness walaupun secara materi duniawi serba kurang. Sukses dulu baru bahagia berarti setelah mendapatkan sukses baru akan bahagia. Proses membuatnya tidak bahagia, berkeluh kesah, sumpek dada. Nah, ada di mana kita, kawan? Semoga ada di konsep yang pertama. Bahagiakan diri dalam proses menuju sukses. Sukses dunia sukses akhirat (SDSA).

Temen, afwan ya, ana bukan hendak menggurui, karena ana pun masih perlu ilmu dan motivasi menjalani hidup ini. Ana mah share aja sama antum. Kalau-kalau ada yang salah tolong diingatkan, ya. Mari kita sama-sama berdoa, semoga Allah mengantarkan kita ke tempat terbaik menurut ilmu-Nya bukan menurut ilmu kita. Semoga kita menjadi manusia pilihan Allah yang ditempatkan dalam surga dunia-akhirat.

Senin, 06 Desember 2010

Shalat: Komunikasi dan Pertemuan dengan Allah


إِنَّ الصَّلاَةَ صِلَةٌ وَلِقَآءٌ بَيْنَ الْعَبْدِ وَالرَّبِّ
“Sesungguhnya shalat adalah sambungan (komunikasi) dan pertemuan seorang hamba dengan Rabb-nya.”
–Sayyid Qutub, Tafsir Fii Zhilālil Quran

MUQADIMAH
Seorang kekasih selalu merasakan bahagia karena di hatinya dipenuhi rasa cinta kepada pasangannya. Meskipun jauh di mata, tetapi selalu terasa dekat di hati, karena ia merasakan kehadirannya di dalam hati. Ketika ia mengajak untuk bertemu, hatinya pun terasa lebih bahagia, padahal belum bertemu. Ketika bertemu, luar biasa bahagianya sampai-sampai 5-6 jam pun tak terasa berlalu. Kenapa bisa begitu? Karena saking betahnya jika si kekasih berada di samping diri.
Bagaimana dengan Allah? Sang Maha Kekasih yang selalu memberikan cinta-Nya secara penuh? Apakah kita merasa lebih nyaman dan bahagia jika Allah bersama kita? Apakah kita merasa betah saat kita berkomunikasi dan bertemu dengan-Nya dalam shalat? Apakah kita ingin segera menyelesaikan shalat ataukah kita ingin berlama-lama ketika shalat hampir selesai? Mari bermuhasabah….

NIKMATNYA SHALAT
Mengawali komunikasi dan pertemuan dengan Allah melalui shalat adalah dengan merasakan nikmatnya hidup bersama Allah. Kapanpun, di manapun, bagaimanapun keadaan kita, rasakanlah nikmatnya hidup bersama Allah….
Layaknya kekasih yang dipanggil pujaan hatinya, berbahagialah ketika Allah memanggil dengan seruan terindah (adzan). Kemudian mulailah membersihkan diri dengan wudlu karena sebentar lagi kita akan “ngobrol” dan bertemu dengan Allah. Nikmatilah wudlu Anda dengan sepenuh hati. Karena di dalam wudlu itu ada terapi untuk me-refresh (menyegarkan kembali) tubuh yang lelah danletih. Kita lebih mengenalnya dengan istilah hydrotherapy (terapi air).
Ketika kita memulai shalat, rasakanlah Allah benar-benar berada di depan mata sedang menunggu pengakuan (takbir dan doa-doa shalat lainnya) dari kita. Allahu Akbar, Allah (Engkau) Mahabesar. Begitu doa pertama terucap, Allah tetap menunggu pengakuan selanjutnya sampai kita merasa cukup dengan sendirinya tanpa dikejar-kejar kepentingan di luar shalat. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh… kita pun melantunkan salam dengan hati yang sedih karena harus menyudahi komunikasi dan pertemuan dengan Allah melalui shalat tersebut.

ATSAR SHALAT
Setelah selesai shalat, tetaplah merasakan kehadiran Allah bersama kita dan Allah menuntun kita mencapai tujuan yang direncanakan. Berdagang mencari harta bersama Allah. Belajar mencari ilmu bersama Allah. Mengurus rumah tangga bersama Allah. Berjalan mencari rezeki bersama Allah. Rasakanlah Allah selalu bersama kita membimbing dan mengawasi setiap gerak-gerik kita. Dengan begitu, setiap langkah kita akan selalu lurus di jalan Allah, karena Allah sendiri yang menuntun kita.

HIKMAH SHALAT
Shalat tidak lah menjadi sebuah syariat dalam Islam jika tidak ada himah yang terkandung di dalamnya. Di antara hikmah-hikmah shalat adalah sebagai berikut:

1. Shalat adalah Tiang Penyangga Agama
أَلصَّلاَةُ عِمَادُ الدِّيْنِ، فَمَنْ أَقَامَهَا فَقَدْ أَقَامَ الدِّيْنَ وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدِّيْنَ
“Shalat adalah tiangnya agama. Siapa yang mendirikan shalat berarti ia menegakkan agama. Siapa yang meninggalkan shalat berarti ia menghancurkan agama.”.

2. Shalat adalah Ukuran Penentu Keberhasilan
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ فَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ...
“Sesungguhnya amal seorang hamba yang pertama dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya beres, sungguh ia bahagia dan menang. Jika shalatnya rusak, sungguh sia-sialah (amal-amalnya) dan rugilah ia…” (H.R. Tirmidzi dari Abu Hurairah).

3. Shalat adalah Suasana Istirahat Terbaik
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص إِذَا حَزَّبَهُ أَمْرٌ فَزَعَ إِلَى الصَّلاَةِ
“Rasulullah saw., jika sebuah hal membuat (hidup)-nya terpecah, Beliau bersegera mendirikan shalat.” (H.R. Thabraniy)
أَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ يَآ بِلاَلُ، أَقِمِ الصَّلاَةَ وَأَرَحْنَا بِهَا
“Bahwasannya Nabi saw. berkata kepada Bilal, ‘Hai, Bilal. Dirikanlah shalat dan kita istirahat dengannya’.” (H.R. Abu Daud).

4. Shalat adalah Wasilah untuk Mendapat Kesehatan
عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص أَنَّهُ رَأَى أَبَا هُرَيْرَةَ مُنْطَبِحًا عَلَى بَطْنِهِ فَقَالَ لَهُ إِشْكَنَبَ دَرْدٌ؟ قَالَ نَعَمْ. قَالَ قَمْ فَصَلِّ فَإِنَّ فِى الصَّلاَةِ شِفَآءً
“dari Rasulullah saw. bahwasannya Beliau melihat Abu Hurairah tersungkur sambil memegang perutnya. Maka Rasulullah bertanya kepadanya, ‘Apakah engkau sakit perut?’ Ia menjawab, ‘Benar’. Lalu Rasulullah berkata, ‘Berdirilah dan shalatlah engkau, karena sesungguhnya di dalam shalat itu ada obat.” (Tafsir Ath-Thabariy dan Ibnu Katsir).

5. Shalat adalah Penghapus Dosa
أَلصَّلَوَاتُ الْخَمْسِ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَالَمْ تُعْسَ الْكَبَائِرُ
“Shalat lima waktu dan shalat jum’ah kepada shalat jum’ah lagi adalah penebus dosa yang dilakukan di antaranya selama dosa-dosa besar tidak dilakukan.” (H.R. Muslim).

Perusak Kepribadian Seorang Muslim


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali Imran [3]: 102).

Ayat tersebut mengisyaratkan kepada kita bahwa selama hidup kita mesti menjadi seorang muslim yang berkepribadian sesuai dengan sebutan “muslim” yang disandangnya sampai ajal menjemput. Agar konsep tersebut tetap terjaga, mari kita jaga diri kita agar kepribadian kita sebagai muslim tidak terganggu…!

1. ضِعْفُ الإِيْمَانِ  (lemahnya iman)
Iman yang lemah akan menyuruh seseorang -yang mengaku sebagai muslim- untuk melakukan hal-hal yang bertolak belakang dengan peta hidup menuju akhirat (baca: Quran-Sunnah). Ketika ia melakukan sesuatu yang tidak disyariatkan oleh agama, seketika itu imannya tengah melemah. Oleh karena itu, perlu diikhtiarkan agar iman tetap bersemi di dalam hati, tidak layu dan jangan sampai mati. Jika iman melemah lalu amal menjurus kepada maksiat, maka hal tersebut menjadi sebuah indikator bahwa kepribadian seorang muslim tengah mengalami dekadensi.
الإِيْمَانُ هُوَ إِكْرَارٌ بِاللِّسَانِ وَتَصْدِيْقٌ بِالْقَلْبِ وَعَمَلٌ بِالأَرْكَانِ (تعريف الإيمان على قول العلماء)
“Iman adalah mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan mengamalkan dengan anggota badan.” (definisi iman berdasarkan qaul ulama).

2. أَلْخُلُقُ الْمَذْمُوْمَةُ  (akhlak tercela)
Akhlak tercela yang ada pada diri seorang muslim meupakan indikator kedua perusak kepribadian. akhlak tercela dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:
a. الخلق القلب  (akhlak hati), seperti: hasud, takabur, prasangka buruk, dusta, negatifve thinking dll.
b. الخلق الجسم  (akhlak raga), seperti: iseng yang keterlaluan, tidak shalat, panjang tangan, judi, zina, banyak tertawa, dll.

3. Lingkungan yang tidak kondusif
Lingkungan yang tidak kondusif di sini adalah lingkungan yang tidak menekankan kelengkapan nilai (value) dalam penanaman kepribadian berdasarkan islam (baca: kepribadian muslim), baik dari segi keyakianan (aqidah), ibadah, atau akhlak. Lingkungan yang tidak kondusif cenderung bersikap permisif atau hilangnya the great values of religion (nilai-nilai luhur agama).

Adapun lingkungan tersebut adalah:
a. Rumah
Jika di rumah sudah hilang pengajaran dan pendidikan akan moralitas dan agama, maka kemungkinan besar kepribadian seseorang terutama anak, akan rusak. Keluarga adalah “sekolah” pertama bagi anak. Jika di keluarga sudah tidak kondusif lagi untuk menyelenggarakan program pendidikan, khususnya pendidikan agama, maka hal ini akan menjadi sebuah bencana bagi eksistensi individu penghuni keluarga. RUMAHKU SURGAKU, itulah tujuan dibentuknya keluarga.

b. Tetangga
Sebelum membuat rumah, Rasulullah memberikan arahan agar kita memerhatikan calon tetangga yang ada di sekitar kita nanti. Hal ini disinyalir agar selama menjalankan roda kehidupan, kita merasa tenang, tentram, dan damaian berdampingan dengan tetangga yang baik, yang menjunjung tinggi nilai moral dan agama. Rasulpun memberi wejangan mengenai masalah ketetanggaan:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ (متفق عليه عن ابى هريرة)
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diam; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hormatilah tetangganya; dan Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hormatilah tamunya.” (H.R. Muttafaq ‘Alaih).
إِذَا طَبَحْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَائَهَا وَتَعَاهَدْ جِيْرَانَكَ (مسلم عن ابى ذر)
“Jika engkau memasak sayur, perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu.” (H.R. Muslim).

c. Teman pergaulan
Konsep teman dalam Islam adalah:
أَلْمُؤْمِنُ مِرْؤَةُ أَخِيْهِ
“Seorang mu’min itu adalah cermin bagi saudaranya.”

d. Tempat aktivitas
Tempat di mana kita beraktivitas seperti kantor, pasar, sekolah, pabrik, dll., akan berpengaruh terhadap kepribadian kita. Jika di tempat aktivitas penuh dengan moral kerja yang baik, maka kita akan terbentuk menjadi baik. Jika di tempat aktivitas terbiasa dengan ketidakjujuran, korupsi, konsep kerja yang buruk, cara belajar yang bermalas-malasan, sedikitnya hal tersebut akan berimbas pada diri kita. Oleh karena itu, kita mesti memiliki falsafah ikan laut. Ikan laut, meskipun lingkungan tempat ia hidup (air) rasanya asin, tetapi dagingnya tetap tawar dan segar tidak terkontaminasi dengan rasa air yang asin. Intinya kita mesti hidup isitiqamah dalam haq.
Allah swt. berfirman:
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang Telah Taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (Hud [11]: 112).

e. Media informasi
Ada tiga gelombang masyarakat, yaitu
·         gelombang masyarakat agraris (menonjolkan kemampuan mengelola sumber daya alam)
·         gelombang masyarakat industri (mengandalkan produktivitas sumber daya manusia)
·         gelombang masyarakat informasi (menekankan produktivitas daya piker manusia)

Pada gelombang masyarakat yang ketiga akan ditanamkan ide-ide yang bebas berkeliaran di pasar informasi yang abnormative secara Islam. Ide-ide yang bermuculan sepeti ide pluralisme, kapitalisme, sekulerisme, hedonisme, gaya hidup kunsomtif, gaya hidup mewah, freesex, gaya hidup pacaran, dll.. Perlu adanya counterbalance (pengimbangan) dengan menyediakan media-media Islami dengan suguhan-suguhan yang membentuk pribadi yang Islami, atau kalaupun mau mengonsumsi media-media tersebut seyogyanya kita melakukan filterisasi terhadap ide yang digagas di media tersebut.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Al-Hujurat [49]: 6).
 
4. Kesadaran yang minim terhadap konsep diri
Konsep diri lahir dari rumus pertanyaan SKBK; Siapa, Kenapa, Bagaimana, Ke mana. Siapakah aku ini? Kenapa aku ada di dunia? Bagaimana menjalankan eksistensi diriku di dunia ini? Ke mana selanjutnya setelah aku berada di dunia?
“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (Al-Hijr [15]: 20-21).

Rumus Canggih Belajar

Belajar merupakan proses merubah tingkah laku menjadi lebih baik atau meningkat. Tingkah laku yang diubah dengan belajar adalah tingkah laku kognitif yaitu tingkah laku yang berupa pengetahuan dan pemahaman, tingkah laku afektif yaitu tingkah laku yang berupa perasaan, emosi, empati, dll., tingkah laku konatif yaitu dorongan atau motivasi, dan tingkah laku motorik atau gerak-gerik badan.
Dalam proses belajar, terutama belajar mandiri, perlu sekali untuk meemrhatikan rumus-rumus canggih agar belajar menjadi sukses. Rumus-rumus canggih belajar tersebut adalah:
1. Tumbuhkan Motivasi. Misalnya ingin berprestasi, mendapat wawasan yang luas, dan memenuhi kebutuhan ruhani karena kalau kebutuhan ruhani tidak terpenuhi, ruh kita akan kelaparan, dan yang pasti niatkan untuk beribadah kepada Allah.
2. Pilih Waktu yang cocok sesuai dengan mood kamu. Misalnya dini hari setelah shalat tahajud, pagi hari setelah shalat Shubuh, sore hari setelah shalat Ashar, atau malam hari setelah shalat Isya.
3. Perbanyak frekuensi belajar. Belajar yang baik adalah belajar yang istimrar atau terus-menerus, tidak hanya sekedar menghadapi ulangan semesteran atau ujian, tetapi everyday is studying. Kita masih ingat pepatah, sedikkit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.
4. Rehat Itu Penting. Ketika kamu mulai jenuh padahal belajar itu kudu kamu lakukan, tidak ada salahnya kalau kamu rehat sejenak. Jalan-jalan kek, hirup udara segar kek, atau kamu bisa mengambil nafas-nafas panjang. Hal ini agar otak yang tengah digunakan fresh lagi dan siap untuk menampung ilmu lagi.
5. Membuat Resume. Resume berguna untuk menyimpan data penting dari materi yang dipelajari. Resume yang telah dibuat kemudian dikembangkan menjadi pemahaman. Alhasil, kamu akan kuat mengikat ilmu yang telah didapat.
6. 4M+1D. Mengingat, menghafal, memahami, mengulang, dan drill (latihan) merupakan unsur-unsur belajar yang mesti diaktualkan di dalam proses belajar mandiri.
7. BeBe atau Belajar Bersama. BeBe merupakan teknik belajar kelompok. Masing-masing anggota berperan aktif mempelajari materi pelajaran serta saling melengkapi atau membimbing anggota yang belum paham.
8. BSB. BSB adalah singkatan dari bermain sambil belajar. Ini merupakan nilai plus bagi seorang pembelajar, karena belajar itu luar biasa dan bermain sambil belajar itu sangat luar biasa. Intinya, setiap waktu mesti membuahkan ilmu dan pemahaman di otak kita.
J. Bukan Bodah, tapi Malas dan Putus Asa. Yapz… benar sekali. Di dunia ini tidak ada orang yang bodoh, yang ada hanyalah orang yang malas dan berputus asa. Malas belajar dan putus asa saat mengalami kegagalan. So, mari menjadi giat dan pantang menyerah menghadapi kesulitan.

Mencintai Karena Allah

Tiga Tingkatan Mahabbah
Kata “cinta” tidak akan pernah selesai dibahas orang atau diapresiasi dengan berbagai sikap. Eksistensinya akan terus membumi menghadirkan ketenangan dan kebahagiaan hakiki. Karena cinta semua akan terasa nyaman walaupun keadaan diri tengah dilanda kesengsaraan lahiriah.
Sebagai sebuah fitrah yang Allah titipkan kepada manusia, cinta menjadi hal yang sakral untuk dijaga, karena cinta lah yang akan mengantarkan kita kepada tepian hidup, yaitu kebahagiaan sejati dan kesenangan hakiki (baca: ridla Allah). Tetapi cinta pun bisa mengarahan kita kepada keterpurukan diri dunia dan akhirat, ketika tidak mampu mengapresiasikannya dengan benar sesuai fitrahnya yang suci.
Abdullah Nasih Ulwan membagi cinta ke dalam tiga tingkatan, yaitu al-mahabbatul ula (cinta utama), al-mahabbatul wustha (cinta pertengahan), dan al-mahabbatul adna (cinta rendah). Cinta yang utama adalah cinta kepada Sang Pencipta, Allah swt., dan cinta kepada Sang Teladan, Muhammad saw.. Cinta pertengahan adalah cinta kepada dunia, harta, keluarga, suami/istri, anak, dll.. Cinta yang rendah merupakan blind love yang arahnya hanya sekedar pemuasan syahwat.
Dari ketiga mahabbah tersebut, cinta yang utama adalah cinta yang pasti mengantarkan kepada kebahagiaan dan kesenangan hakiki. Sedangkan cinta pertengahan, memiliki dua potensi, keberadaannya bisa berimplikasi positif tetapi bisa juga negatif. Untuk cinta yang ketiga, cinta tingkat rendah, efeknya adalah keterpurukan dan kesengsaraan dunia dan akhirat.

Mencintai Karena Allah
Mari kita fokuskan kajian terhadap al-mahabbatul wustha. Di dalam al-Quran, Allah menjelaskan fitrah tentang condongnya manusia untuk mencintai sesuatu. “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Q.S. Ali Imran [3]: 14).
Ayat tersebut merupakan penegasan dari Allah bahwa sebagai manusia, kita dibekali potensi cinta. Namun, seberapa besarkah perhatian kita untuk menjaganya dan mengeksplorasinya mejadi penambah kebaikan (berkah hidup). Karena banyak sekali pecinta-pecinta dunia (kekasih, harta, tahta, prestasi, apresiasi, dll.) yang buta terhadap tujuan Allah membekali dengan kecintaan tersebut.
Allah, sebagai pemiliki mahabbah, menuntut manusia mampu menjadikan cinta terhadap dunia sebagai wasilah cinta kepada-Nya. Mencintai dunia adalah sesuatu hal yang ibahah (dibolehkan). Meminjam istilah seorang Ustadz, ibahah itu laksana bahan baku yang akan menjadi suatu barang setelah melalui proses produksi, tergantung skill dari produsen. Jika skill-nya rendah, maka adonan kue yang cukup komplit akan menjadi kue yang berkualitas rendah. Jika skill-nya tinggi, maka adonan kue yang sederhana akan disulap menjadi kue yang berkualitas tinggi.
Begitu juga dengan mahabbah sebagai “bahan baku”, tergantung “skill” kita dalam “memproduksi”-nya. Jika dilandaskan dengan niat lillah ta’ala dan dibumbui dengan taat syariat, maka “adonan” mahabbah akan disulap menjadi penambah kebaikan hidup. Begitu pula sebaliknya.

Tips Menjaga Mahabbah
Ikhwan dan akhwat yang sudah mulai cukup usia menyempurnakan agama (baca: nikah), dituntun untuk melandaskan mahabbah-nya karena Allah dan menjalani masa ta’aruf menuju khithbah yang pada akhirnya melaksanakan walimah, dengan mengikuti tuntunan syariat. Selama akad belum diproklamirkan, maka tiada kehalalan sedikit pun untuk melakukan sesuatu di luar batas.
Pertama, menyingkirkan niat keliru. Semua hubungan dengan siapapun terutama dengan calon suami/istri, mesti dilandasi untuk menyempurnakan agama dan meningkatkan ketakwaan diri. Hal ini adalah manifestasi dari mahabbah lillah.
Kedua, Rasulullah memberikan arahan, “Laa yahluwannar-rajulu bi imra`atin illaa ma’a dziy mahramin”, seorang laki-laki tidak boleh berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang perempuan tanpa didampingi mahram.
Ketiga, ghadl-dlul bashar (menundukkan padangan). Allah swt. berfirman, "Hendaklah mereka (perempuan-perempuan) menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya…”. (Q.S. An-Nur [24]: 31).
Keempat, menjauhi pendekat-pendekat zina. Allah menegaskan, “Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. al-Isra [17]: 32).
Kelima, mitalah perlindungan kepada Allah agar dijauhi dari godaan setan yang selalu menginginkan manusia tersesat dan terhina. Sebagaimana doa Nabi Musa a.s., “A’uudzu billaahi an akuuna minal jaahiliin”, Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil.

Ta’aruf v.s. Pacaran
Ta’aruf adalah bentuk resiprokal (timbal balik) dari kata ‘arafa yang berarti mengenal. Karena masuk kepada bentuk tafaa’ala yatafaa’alu tafaa’ulan perubahannya menjadi ta’aarafa yata’aarafu ta’aarufan yang berarti saling mengenal. Ta’aruf disempitkan pengertiannya sebagai proses mengenali seseorang yang akan dijadikan betterhalf (pendamping hidup). Padahal makna sebenarnya sangat luas.
Lalu bagaimana bedanya dengan pacaran? Perlu dingat, pacaran berasal dari bahasa Jawa Kuno yaitu pacar yang berarti persiapan menuju pernikahan. Dua sejoli yang sudah saling mengenal yang di-follow up-i dengan proses melamar kemudian mereka menyiapkan diri menuju sakralitas pernikahan. Nah, proses persiapan ini dinamakan pacaran. Tetapi makna pacaran berubah menjadi sesuatu yang kurang tepat, yaitu apel, jalan-jalan, shoping, khalwat, bahkan ada yang lebih terpuruk dengan perbuatan asusila sebagai insan bermoral.
Ketika pacaran dimaksudkan dengan pengertian yang semestinya (persiapan pernikahan), maka pacaran identik dengan ta’aruf. Tetapi ketika maknanya berubah sebagaimana disebut di muka, maka pacaran (berdasarkan definisi kedua) bukanlah ta’aruf, karena di dalam ta’aruf terdapat niat yang suci sebagai awal dari ibadah penyempurna agama (nikah).
Jadi, jelaslah bahwa ta’aruf adalah pacaran dengan definisi pertama yaitu keseriusan menuju jenjang pernikahan. Walaupun dengan label ta’aruf tetapi masih jauh menuju pernikahan, maka namanya bukanlah ta’aruf karena di dalam ta’aruf ada satu percepatan dengan penuh pertimbangan termasuk kemampuan untuk segera menikah. Tegasnya, ketika ikhwan dan akhwat memutuskan ta’aruf, maka bom waktu masa lajangnya akan segera merapat menuju bahtera rumah tangga.
Dan, yakinkan kembali bahwa semua itu dilandasi dengan motivasi ibadah, ikhlash karena Allah semata, dan menjalankan syariat sesuai kehendak Sang Pemilik manusia.

Minggu, 05 Desember 2010

Falsafah Hidup

Falsafah Pohon Kelapa
“Pohon kelapa adalah pohon yang bermanfaat bagi manusia dari mulai akarnya, batangnya, daunnya, dan buahnya. Akarnya biasa dibuat obat tradisional. Batangnya suka dijadikan kayu untuk bahan bangunan atau alat rumah tangga. Buahnya biasa dibuat berbagai aneka makanan dan minuman.”
Falsafah tersebut memberi pelajaran kepada kita bahwa sebagai muslim, kita mesti membawa manfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan agama. Manfaat yang dihasilkan adalah manfaat duniawi dan manfaat ukhrawi. Rasulullah saw. bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ اَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”  (Musnad Syihab al-Qadla’i)

Falsafah Air
“Air akan selalu mengalir melalui sungai menuju tujuan akhir ‘hidupnya’ yaitu laut. Walaupun ada yang menghalangi, air akan mencari jalan lain meskipun jalan tersebut sangat kecil. Ketika tidak ada lagi jalan, maka air akan membludak karena hanya satu di ‘benaknya’ yaitu sampai ke tempat tujuan.”
Sebagai manusia yang dibekali potensi luar biasa -ruh, jasad, dan akal-, kita mesti belajar pada air. Kita harus terus semangat menggapai tujuan yang kita ukir yaitu sukses besar dalam hidup. Ketika ada rintangan dan tantangan di tengah perjalanan menuju sukses tersebut, sikap kita janganlah menyerah atau berputus asa, tetapi majulah dan hadapi semuanya dengan optimis! Cari jalan lain menuju tujuan tersebut yang lebih cepat mengantarkan kita. Di sinilah kita dituntut untuk berpikir kreatif, inovatif dan efektif.
Rasulullah saw. bersabda:
إِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلاَ تَعْجَزْ
“Bersemangatlah terhadap sesuatu yang memberi manfaat kepadamu, berlindunglah kepada Allah dan janganlah kamu merasa lemah…” (H.R. Muslim).


Falsafah Kain


 “Kain adalah kumpulan dari benang-benang yang ditenun, baik melalui alat tenun canggih maupun tradisional. Harga kain bervariasai tergantung kualitas benang yang ditenunkan.”
Hidup itu kebersamaan. Kita tidak bisa hidup tanpa orang lain. Untuk mendapatkan sesuap nasi saja, kita butuh puluhan, ratusan bahkan ribuan orang. Sebelum jadi nasi, kita butuh beras dari penjual beras, penjual beras butuh beras dari para petani, petani memanen padi butuh peralatan tani, seperti sabit, sabit dibuat oleh tukang sabit, untuk membuat sabit tukang sabit perlu besi dari tukang besi, tukang besi butuh peralatan membuat besi, dan seterusnya.
Jadi, tidak mungkin manusia bisa hidup sendirian. Oleh karena itu, manusia disebut juga makhluk sosial. Makhluk yang memiliki insting untung berinteraksi dengan sesamanya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup demi kelestarian eksistensi manusia di alam dunia ini.
Falsafah kain juga memberi ibrah kepada kita untuk bersatu dan tidak berpecah belah. Kekuatan pribadi akan menjadi “gunung kekuatan” jika disatukan dalam sebuah jama’ah. Masing-masing individu berjuang menurut kecakapan hidupnya atau lebih dikenal dengan istilah profesionalitas kerja. Allah swt. berfirman:
 “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.“ (Ali Imran [3]: 103).