Rabu, 04 Juli 2012

Dakwah: Upaya Menyelamatkan Umat

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S. Ali Imran [3]: 104).

Apakah Anda pernah memikirkan, kenapa Anda saat ini berada dalam kelompok yang menjunjung Quran dan Sunnah? Tidak seperti orang lain yang bergelimang kekeliruan dalam beribadah (bid’ah). Atau, lebih fundamental dari itu, apakah Anda pernah memikirkan kenapa saat ini Anda beragama Islam sedangkan orang lain beragama selain Islam?


Tahukah Anda, apa wasilah keberadaan Anda saat ini di kelompok Quran-Sunnah? Jawabannya adalah dakwah. Ya, dakwah merupakan wasilah selamatnya seseorang dari kekeliruan dan kesalahan akidah, ibadah dan akhlak. Melalui dakwah, Anda diarahkan bagaimana hidup yang benar. Melalui dakwah Anda dibimbing bagaimana ibadah yang tidak salah. Sekali lagi, dakwah itu adalah upaya menyelamatkan umat agar tidak salah dalam hidup di dunia ini.

Dakwah pula lah yang menjadi wasilah negara kita, Indonesia, menjadi negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Seandainya orang-orang Gujarat hanya berdagang saja di Indonesia, maka tidak akan ada Islam Indonesia. Tetapi, Allah menakdirkan para pedagang dari India dan Arab yang datang ke Indonesia sekitar abad ke-7 Masehi, berdakwah di sela-sela interaksi dengan penduduk Indonesia. Maka, wasilah dakwah mereka, saat ini kita beragama Islam.

Demikianlah dakwah. Upaya yang sakral untuk menyelamatkan manusia dari kekeliruan hidup dan kesalahan ibadah. Sebuah usaha agar manusia menjadi selamat hidupnya di dunia dan akhirat kelak.

Definisi Dakwah
Dakwah berasal dari kata berikut:
دَعَا – يَدْعُو – دُعَاءً و دَعْوَةً

Artinya mengajak, memanggil, memohon, berdoa, menyeru. Seperti dalam sebuah ayat dinyatakan:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka jawablah bahwa sesungguhnya Aku ini sangat dekat. Aku akan mengabulkan permohonan orang yang memohon kepada-Ku, jika ia memohon kepada-Ku. Maka, penuhilah Aku dan berimanlah kepada-Ku supaya mereka memeroleh kebenaran. (Q.S. al-Baqarah [2]: 186).

Istilah dakwah dialamatkan untuk segala upaya yang disengaja dan direncanakan secara sistematis dalam rangka mengajak, membimbing dan mengarahkan manusia ke jalan Allah menuju keselamatan hidup dunia-akhirat, baik dengan lisan maupun dengan perbuatan (keteladanan); baik oleh sendiri maupun sekelompok orang (organisasi).

Hukum Dakwah
Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa dakwah hukumnya fardlu kifāyah. Kewajiban dakwah dibebankan kepada yang memiliki kapabilitas (kecakapan, kemampuan). Dalam arti lain, umat Islam akan berdosa seluruhnya ketika tidak ada seorang pun yang berdakwah, menyeru dan mengajak manusia agar masuk ke dalam Islam secara benar. Umat tidak akan berdosa, ketika ada seseorang atau lebih bahkan kelompok yang memiliki perhatian terhadap dakwah Islamiyah atau dakwah Quran-Sunnah.

Namun, pada intinya dakwah hukumnya wajib bagi setiap muslim. Tentunya wajib yang disesuaikan dengan kapasitas yang dimiliki setiap orang.

Jika Anda mampu berdakwah dengan lisan, seperti ber-tabligh, maka berdakwahlah dengan kemampuan tabligh! Asahlah metodologi dakwah lisan yang efektif sehingga umat mengerti dan memahami Islam secara benar!

Jika Anda mampu berdakwah dengan tulisan seperti dakwah dengan buku, majalah, atau buletin, maka berdakwahlah dengan buku, majalah, buletin atau media cetak lainnya! Kembangkan skill kepenulisan Anda! Ini adalah demi dakwah, bukan prestise. Dan, hanya Allah lah yang akan memberikan reward atas usaha dakwah ini, bukan manusia.

Jika Anda belum berkapasitas dalam dakwah dengan lisan ataupun tulisan, maka dakwah dengan perbuatan adalah kewajiban dan pilihan yang tepat. Caranya sangat mudah, amalkanlah ilmu yang didapat hasil dari pengajian, baca buku, atau bertanya. Jika di pengajian, Anda mendapatkan ilmu bahwa sesama muslim itu bersaudara, maka jagalah kehormatan sesama muslim! Bukan malah menjelek-jelekkannya di hadapan orang lain (ghibah). Perbuatan Anda menjaga kehormatan sesama muslim ini termasuk ke dalam upaya dakwah. Menunjukkan Islam dengan teladan.

Keuntungan Dakwah
Keuntungan yang akan didapat oleh para pendakwah adalah mendapat pahala melimpah ruah. Darimanakah pahala itu didapat? Berdasarkan hadits Rasulullah yang shahih, pahala itu didapat secara autodebit alias otomatis masuk ke “rekening” amal tanpa beramal.

Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
Siapa saja yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan (dakwah), maka ia akan mendapat bagian pahala seperti orang yang mengerjakannya. (H.R. Muslim).

Jika Anda berdakwah kepada seseorang tentang cara wudhu yang benar misalnya, kemudian orang tersebut setiap kali berwudhu, wudhunya sesuai dengan yang Anda ajarkan, maka Anda akan mendapat bagian pahala dari orang tersebut setiap kali ia beramal tanpa mengurangi pahalanya. Ini kepastian dari Rasulullah saw..

Maka, agar pahala melimpah ruah, mari senantiasa berdakwah dengan dakwah yang kita mampu.

Kaidah-Kaidah Dakwah
Dalam berdakwah kita harus memerhatikan kaidah-kaidah berikut:

Pertama,tidak ada paksaan dalam agama Islam. Maka, para pendakwah tidak boleh memaksa melainkan berperan sebagai “staf marketing”. Tugas utamanya adalah meyakinkan orang untuk masuk agama Islam atau meyakinkan agar konsisiten dalam Quran dan Sunnah Rasulullah saw..

Kedua, berdakwah itu perlu kesabaran yang kuat. Nabi Nuh a.s., dijelaskan dalam al-Quran bahwa beliau berdakwah kepada umatnya selama 950 tahun. Namun, hasilnya berbanding terbalik dengan usahanya. Nabi Nuh hanya mendapatkan pengikut yang sedikit dibanding lamanya dakwah.

Nabi Ibrahim berdakwah kepada orang tuanya dan raja diktator, Namruz. Apa yang terjadi, beliau malah dibakar hidup-hidup. Namun Allah menghendaki api yang mengulum Nabi Ibrahim tidak bisa menghanguskannya.

Nabi Musa pun berdakwah kepada Fir’aun, ayah angkatnya, sekaligus sebagai penguasa yang memproklamirkan diri sebagai tuhan yang tinggi. Akibatnya, beliau harus menghadapi tukang sihir Fir’aun dan harus dikejar-kejar oleh tentara Fir’aun.

Banyak lagi kisah dakwah nabi dan rasul yang berliku dan berintangan hebat. Namun, mereka memiliki kesabaran yang kuat. Maka, para pendakwah pun semestinya memiliki kesabaran yang kuat dalam berdakwah.

Ketiga, berdakwah itu harus bijaksana, menggunakan bahasa yang baik, sehingga mad’u (yang didakwahi) merasa tertarik dengan isi perkataan si pendakwah tersebut.

Keempat, dakwah itu memudahkan tidak menyulitkan. Dakwah itu memberi kabar gembira dan bukan membuat orang menjadi muak dan lari menjauhi agama.

Kelima, dakwah itu harus sesuai dengan tingkatan kemampuan mad’u. jangan sesekali ketika berdakwah di sebuah desa menggunakan bahasa-bahasa intelek yang biasa digunakan oleh akademisi. Ini menghambat dakwah.

Keenam, berdakwah itu gradual (bertahap). Seorang pendakwah hendaknya tidak buru-buru dalam menyampaikan dakwahnya. Bertahap saja. Quran pun diturunkan kepada Rasulullah saw. secara bertahap. Tidak sekaligus.

Penutup
Begitu pentingnya dakwah, sehingga setiap muslim perlu memikirkan strategi yang efektif agar dakwah pun menjadi efektif. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk tidak berpartisipasi dalam dakwah, baik paritipasi secara langsung menjadi subjek dakwah maupun partisipasi dalam pengadaan kebutuhan-kebutuhan dakwah.

Semoga dengan dakwah yang efektif, Islam masih membumi, Quran-Sunnah masih diminati. Pada akhirnya, dakwah merupakan salah satu bentuk amal saleh yang akan mendapat perhatian dari Allah swt..

0 komentar:

Posting Komentar

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...