Minggu, 01 Juli 2012

Dua Macam Mati: Mustarih dan Mustarah


Ketika sebuah lampu berbahan bakar minyak tanah habis minyaknya, maka api yang muncul dari sumbu akan padam. Ketika bensin habis dalam tank sebuah motor, maka motor tersebut tidak bisa melaju. Saat HP low bate, maka jangankan menelpon, lihat-lihat foto saja tidak bisa. Demikian ilustrasi bagi hidup manusia. Jika “bensin” sudah habis, maka habis pulalah riwayat hidup manusia di alam dunia.



Ya, mati merupakan salah satu episode yang mau tidak mau akan dialami makhluk yang bernyawa termasuk manusia. Allah swt. berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Setiap yang bernyawa itu akan mengalami kematian. Kemudian kalian akan dikembalikan kepada Kami” (Q.S. al-‘Ankabut [29]: 57).




Mati: Gerbang Akhirat

Mati bagi manusia merupakan gerbang menuju kampung akhirat. Setelah mati, urusan belum berakhir. Manusia harus bersiap-siap untuk diperhitungkan amal-amalnya selama di dunia. Jika amalnya baik dan benar, insya Allah akibat yang akan didapat di akhrat akan baik, menyenangkan dan membahagiakan.


Oleh karena itu, untuk memasuki gerbang akhirat ini (mati), kita harus benar-benar dan serius menyiapkan bekal. Bekal itu bernama amal. dan, bekal terbaik menurut al-Quran aalah ketkawaan. Ketakwaan itu wujudnya banyak. Menjaga shalat adalah takwa. Zakat, infaq dan sedekah dalah takwa. Shaum adalah takwa. Beristighfar adalah takwa. Menahan amarah dan memaafkan orang adalah takwa.

Dua Macam Mati

Mati itu ada dua macam, yaitu mati mustarihun dan mati mustarahun. Mustarihun berarti mati istirahat. Maksudnya, orang yang mati akan beristirahat dari penatnya dunia. Ia merasa nyaman di alam barzah. Orang ini adalah orang-orang saleh yang aqidahnya kuat, ibadahnya benar dan akhlaknya mulia.

Mustarahun berarti diistirahatkan. Maksudnya, masyarakat yang ditinggal mati diistirahatkan dari buruk kelakuan di mayat. Ini adalah kematian yang akan dialami oleh orang yang jahat, mengganggu masyarakat, dan akhlaknya bejad.

Mau pilih yang mana kita?


Ada perkataan seorang ulama yang menarik. Begini perkataannya:

عِنْدَمَا تُوْلَدُ تَبْكِى وَكُلُّهُمْ يَضْحَكُوْنَ فَاعْمَلْ لِيَوْمِ تَضْحَكُ وَكُلُّهُمْ يَبْكُوْنَ

“Ketika engkau terlahir, engkau menangis. Tetapi, mereka tertawa (bahagia). Maka, beramallah untuk suatu hari dimana engkau tertawa (bahagia) dan mereka semuanya menangis”.

Perkataan tersebut sungguh indah. Ketika terlahir, kita menangis dan orang di sekitar tertawa bahagia. Ketika mati kita tertawa bahagia dan orang di sekitar menangis. Inilah gambaran mati mustarih. So, untuk menggapai mati mustarih kita perlu berbekal dengan amal yang benar. selain itu, orientasi hdiup kita bukanlah duniawi tapi ukhrawi, hanya karena Allah.

0 komentar:

Posting Komentar

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...