Saya
mulai membaca al-Quran. Setelah satu halaman, jamaah yang lain saya silahkan
untuk meneruskan bacaan sementara yang lain menyimak.
Orang
pertama, yang membaca lumayan lancer meskipun ada beberapa huruf yang salah
makhraj (tempat keluar huruf) dan hukum bacaan yang kurang tepat. Giliran orang
kedua, saya tercengang. Kira-kira usianya kepala tiga, tetapi bacaan Qurannya hamper
sama dengan anak RA bahkan masih lebih baik anak RA ketimbang beliau. Saya pun
berulang kali membimbing setiap bacaannya yang kurang tepat.
Dalam
sesi kajian tersebut saya perhatikan hampir seluruh jamaah kajian kurang dalam
membaca al-Quran. Pantas saya pikir shahibul bait menginginkan setiap sebelum
kajian dimulai dengan membaca al-Quran dulu. Mungkin menghendaki agar para
karyawannya bisa membaca al-Quran dengan baik. Oia, kajian ini adalah kajian
khusus untuk karyawan Srikandi, toko benang jahit, bordier, dll. dan layanan
jasa bordier dengan komputerisasi yang beralamat di daerah Kawalu Kota
Tasikmalaya.
Dari
kejadian tersebut, saya berpikir perlu kiranya kajian dimulai dengan perbaikan Tilawah
Quran. Illmu Tajwid, itu dia yang harus saya berikan kepada jamaah kajian. Tetapi,
pembahasan tajwidnya tidak secara intensif karena memang hanya sebagai prolog kajian
saja, sebelum memulai kajian materi. Adapun matri yang harus saya kaji adalah
kajian pesanan dari pemilik perusahaan.
Pelajaran
lain yang tak kalah berharganya adalah, semangat belajar yang ditunjukkan para
karyawan. Meskipun sudah dewasa, mereka masih antusias untuk belajar,
memperbaiki pengetahuan dan pemahaman serta yang terpenting bagi mereka
bagaimana mereka bisa membaca al-Quran dengan baik dan benar.
Saya
tegaskan bahwa mereka tidak usah malu untuk belajar membaca al-Quran bahkan
dari nol lagi. Karena, baca Quran itu melimpah pahala jika benar dalam membacanya.
Salah baca, hanya ada dua kemungkinan. Jika tidak haram, ya makruh. Jika tidak
makruh, ya haram. Yang pasti bacanya dengan sengaja. Bagi yang belum paham cara
baca Quran, ada dua pahala dari Allah dalam setiap kali membaca. Sedangkan yang
benar bacaannya, 10 kebaikan untuk satu hurufnya.
Belajar
dari mereka, saya tegaskan, “Jangan pernah malu untuk belajar! Tidak ada kata
terlambat untuk belajar. Selama nafas masih berhembus, di situlah ada
kesempatan besar untuk kita belajar”.
0 komentar:
Posting Komentar
Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...