Senin, 14 Oktober 2013

Sujud Syukur

Euphoria kemenangan Skuad Timnas Garuda Muda U-19 dalam AFF Cup 2013 dan lolos sebagai juara grup dalam kualifikasi AFC Cup 2014 di Myanmar, masih hangat untuk dibicarakan. Hebat dan luar biasa! Demikian kalimat yang dialamatkan masyarakat kepada mereka. Terlebih, mereka menyapu bersih kemenangan di tiga laga kualifikasi. Melawan Laos, mereka menang telak empat gol tanpa balas; kontra Filipina mereka unggul 2-0; dan Korea Selatan sebagai juara bertahan yang telah mengumpulkan gelar AFC Cup sebanyak 12 kali, dibuat bertekuk lutut 3 gol berbalas 2.

Sekali lagi, masyarakat menyanjung kehebatan Timnas Garuda Muda U-19 ini. Apalagi jika pada gelaran AFC Cup 2014 di Myanmar nanti mereka bisa merangsak ke semi final. Meraka secara otomatis akan lolos ke Piala Dunia U20 di Selandia Baru pada tahun 2015 mendatang. Dan, dipastikan mereka akan menuai pujian dan sanjungan dari bangsa.

Ada hal menarik dari Garuda Muda U-19 ini. Setiap kali mereka mengkreasi gol ke gawang lawan, mereka kompak bersujud syukur. Selebrasi ini tentunya sebagai rasa syukur atas gol pemberian dari Allah SWT. Sebenarnya selebrasi sujud syukur ini sudah dilakukan oleh pemain-pemain Sepakbola muslim yang bermain di Eropa. Misalnya saja, Demba Ba dan Papiss Cisse, duet Senegal yang bermain di Liga Inggris untuk klub Newcastle United, selepas melesakkan gol, mereka kerap melakukan selebrasi sujud syukur. Tercatat pemain fenomenal asal Prancis untuk Barcelona, Thiery Henry, pernah melakukan selebrasi sujud syukur atas gol yang diciptakannya.

Nah, pembaca yang dirahmati Allah, saya mulai tulisan ini dengan selebrasi gol berupa sujud syukur, karena memang pada tulisan ini saya akan mengupas ringkas tentang sujud syukur. Apa itu sujud syukur dan bagaimana kaifiyatnya? Jika Anda penasaran, silahkan lanjutkan membaca…

Definisi Sujud Syukur
Sujud merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Arab yakni dari kata sajada – yasjudu – sujūdan yang artinya inhanā khādhi’an (membungkuk dengan khidmat/rendah). Dari kata sajada tersebut mucul kata masjid yang berarti tempat mengkhidmatkan diri (sujud) dan sajjādah atau misjadah yang berarti permadani.

Sujud bisa dilakukan dengan cara berikut:

1.    Bersujud dengan tujuh tulang, yakni wajah (dahi dan hidung), dua telapak tangan, dua lutut dan jemari kedua kaki
2.   Menempelkan dahi dan hidung di lantai 
3.   Menempelkan dua telapak tangan pada lantai, jemari tangan tidak terlalu renggang dan rapat, dan posisi telapak tangan sejajar antara telinga dan pundak 
4.   Mengangkat sikut dan melebarkan lengan sehingga ketiak dapat terlihat 
5.   Menempelkan dua lutut ke lantai, tidak terlalu renggang dan tidak merapat 
6.   Posisi paha tegak lurus sehingga anak kambing bisa masuk menerobos dari kanan ke kiri atau sebaliknya 
7.   Jemari kedua kaki menghadap ke arah kiblat 
8.   Posisi kedua tumit renggang (tidak rapat satu sama lain).

Adapaun syukur, secara bahasa mencakup lima hal: ats-Tsna`u (sanjungan), al-Imtila`u (unta hamil, susunya subur), an-Numuwwu (pohon bertunas), an-Nikahu (nikah), dan asy-Syakirah (wanita banyak anak).

Benang merah dari lima kata tersebut adalah syukur merupakan proses perkembangan. Sanjungan itu mengembangkan perasaan baik, meningkatkan rasa kasih sayang. Unta yang hamil itu sedang mengembangbiakkan dirinya agar tetap lestari dan meneruskan perjuangan hidupnya. Pohon yang bertunas itu adalah proses pengembangbiakan agar keberadaannya terus lestari. Nikah itu adalah cara legal untuk mengembangkan diri agar memiliki kebahagiaan dan keturunan. Wanita yang hamil itu, di dalam kandungannya terjadi perubahan dan perkembangan zigot hingga menjadi khalqan akhar (janin). Jadi, syukur secara esensi akan mengembangkan sesuatu yang disyukuri. Bersyukur atas nikmat, maka syukur akan menjadi penambah nikmat. Bersyukur atas kesehatan, maka kesehatan akan ditambah atas sikap syukur yang dilakukan.

Nah, sekarang kita sandingkan kedua kata itu, sujud dan suyukur. Sujud syukur berarti sujud yang dilakukan sebagai rasa syukur kepada Allah atas nikmat dan karunia yang melimpah ruah.

Banyak dalil shahih yang mengajarkan sujud syukur ini, diantaranya:
كَانَ إِذَا جَاءَهُ أَمْرٌ يَسُرُّهُ خَرَّ سَاجِدًا للهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Nabi saw., jika mendapatkan sesuatu yang menyenangkan, Beliau bersujud kepada Allah ‘Azza wa Jalla”. (H.R. ad-Daruquthni dan al-Baihaqi).

سَجَدَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فَأَطَالَ اَلسُّجُودَ ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ وَقَالَ إِنَّ جِبْرِيلَ آتَانِي فَبَشَّرَنِي فَسَجَدْتُ للهِ شُكْرًا
“Rasulullah saw. sujud cukup lama. Kemudian Beliau mengangkat kepalanya dan berkata, ‘Sesungguhnya Jibril mendatangiku, ia memberi kabar gembira kepadaku. Maka, aku bersujud kepada Allah sebagai rasa syukur”. (H.R. al-Baihaqi dan Ahmad).

Kafiyat Sujud Syukur
Sujud syukur dilakukan ketika mendapatkan sesuatu yang sangat diinginkan atau memeroleh kenikmatan dari Allah SWT. Untuk lebih jelasnya mari perhatikan kaifiyat dan ketentuannya sebagai berikut:

  1. Sujud syukur hukumnya sunat, dan hanya dilakukan satu kali sujud, tidak berulang
  2. Dalam sujud syukur tidak ada syariat melafadkan takbir sebelumnya, tahiyat, atau salam sesudahnya.
  3. Tidak perlu wudhu, bersih badan atau pakaian dari najis. Begitu mendapat kenikmatan, lampiaskan segera dengan sujud syukur, jangan menunggu wudhu dulu atau ganti baju dulu karena kotor.
  4. Sujud syukur tidak boleh dilakukan di dalam shalat.
  5. Sujud syukur tidak ada bacaannya secara khusus. Tidak ada dalil yang menjelaskan Rasulullah membaca bacaan tertentu ketika sujud syukur. Dalilnya bisa dibaca ulang dari hadits di atas.
  6. Sujud syukur tidak perlu menghadap qiblat.
  7. Tidak boleh sujud syukur di tempat-tempat yang dilarang beribadah di dalamnya, misalnya di WC. Jika mendapat berita gembira saat Anda sedang berada di WC, dan hendak sujud syukur, maka keluarlah terlebih dahulu lalu sujud syukurlah. Atau, selesaikan dulu hajat Anda di WC, barulah lakukan sujud syukur di luar WC atau di tempat yang kondusif.

Khatimah
Demikian pembahasan singkat tentang sujud syukur. Semoga sujud syukur yang kita lakukan begitu mendapat rezeki, nikmat, dan sesuatu yang diinginkan, menjadi bentuk syukur yang membuat rezeki dan nikmat kita berlipat ganda di dunia dan akhirat.

Wallahu a’lam | Yusuf Awaludin

0 komentar:

Posting Komentar

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...