Semua orang maunya hidup senang, sehat selalu,
bahagia, dan hidup nyaman. Namun, pada kenyataannya harapan tersebut tidak
terjadi. Ia harus siap meghadapi dinamika kehidupan yang secara fitrah sama
sekali tidak diinginkannya.
Maunya sehat, bersabarlah jika suatu hari ia harus
sakit. Inginnya tenang, bersiaplah jika suatu saat Allah memberikan problem
hidup yang dirasa cukup berat. Harapannya dapat rezeki yang melimpah, namun ia
harus bersyukur ketika Allah membatasi rezekinya suatu hari nanti. Cita-citanya
dapat pekerjaan yang reprsentatif, menghasilkan hasil yang maksimal; tapi
jangan menyerah saat ia harus menjadi pengangguran tidak punya pekerjaan tetap.
Demikian seterusnya. Life is never flat, hidup tidak pernah datar. Silih
berganti, berputar bak roda menggelinding.
Yang mesti ditanamkan di dalam diri kita adalah mindset
atau pola pikir yang benar tentang kehidupan ini bahwa apapun yang terjadi ada
dua kemungkinan. Pertama, takdir ketetapan Allah. Kedua, takdir pilihan
manusia.
Sudah berusaha untuk sehat, makan makanan bergizi
empat sehat lima sempurna, olahraga rutin, istirahat teratur, pikiran terjaga;
tetapi ia terjangkit penyakit bahkan berat dan akut. Inilah yang disebut takdir
ketetapan Allah. Kita tidak kuasa menggugat dan merubahnya. Hanya mesti
berpikir positif bahwa penyakit ini adalah salah satu bahasa kasih sayang Allah
kepada hamba-Nya. Tak heran, banyak ulama yang justru bersyukur di saat sakit.
Loh kok? Iya, mereka merasakan lebih ringan dicuci dari dosa dengan penyakit
ketimbang dicuci dari dosa di neraka kelak sebelum menuju surga. Na’udzu
billah…
Lalu, takdir pilihan manusia bagaimana? Anda mau dapat
ilmu? Ya, dong pastinya. Apakah hanya dengan berdiam diri d rumah kemudian Anda
akan dapat ilmu? Tidak kan? Nah, takdir Anda mendapat ilmu adalah atas pilihan
sendiri. Jika mau hadir di majlis ilmu, belajar, dan membaca besar kemungkinan
takdir mendapat lmu bisa Anda alami.
Anda mau dapat rezeki? Pastinya! Apakah berbekal
keyakinan bahwa rezeki itu sudah dijamin, kemudian Anda kurang memiliki passion
atau gairah mencari bagian Anda di dunia, lalu Anda akan dapat rezeki yang
katanya dijamin Allah? Tidak!
Nabi malah menyuruh seorang pengemis menghentikan
“profesi”-nya dan membawa asset berupa cangkir dan baju bekasnya ke hadapan
Nabi. Lalu, oleh Nabi dilelang kepada para sahabat. Setelah mendapat 2 dirham
untuk barang bekasnya itu, Nabi mengajarkan manajemen keuangan: setengah untuk
konsumsi hidup, setengah untuk membeli kapak. Buat apa kapak? Nabi menghendaki
pengemis itu naik kuadran menjadi penjual kayu bakar.
Pertanyaannya, kenapa Nabi mengajarkan bisnis kepada
pengemis padahal dalam al-Quran rezeki itu sudah dijamin untuk seluruh makhluk
sebagaimana firman Allah dalam al-Quran Surat Hud
ayat 6, “Dan tidaklah suatu binatang melata pun di muka bumi ini melainkan
Allah jamin rezekinya.”
Ya ya ya…! Rezeki Allah jamin, Allah siapkan untuk
kita. Hanya jaminan Allah tersebut sinergis dengan sunnatullah yang
lazim diistilahkan “hukum alam” bahwa tidak ada akibat jika tidak ada sebab
(kausalitas) dan tidak ada balik jika tidak ada timbal (resiprokal, timbal
balik). Akibat dan balik dapat rezeki adalah karena ada sebab dan timbal berupa
ikhtiar menjemputnya.
Banyak hadits yang mengajarkan teknik ikhtiar dan
usaha mejemput rezeki. Misalnya dalam sebuah hadits Rasulullah ditanya tentang
pekerjaan apa yang paling thayyib (baik, bersih). Rasulullah saw.
menjawab dengan jawaban teknis, “Pekerjaan seseorang dengan tangannya (kreatif,
mandiri) dan setiap jual beli yang mabrur (terhidar dari dosa dan maksiat).”
(H.R. Ahmad).
Jadi, tidak hanya keyakinan yang kuat bahwa rezeki itu
telah Allah jamin, tetapi kita mesti berusaha menyempurnakan ikhtiar dalam
mejemputnya sebagai manifestasi ketaatan atas perintah Nabi. Inilah takdir
pilihan manusia.
Kembali ke permasalahan awal bahwa kita mesti siap
dengan dinamika dan problematika kehidupan. Saat ujian menghimpit, di situlah
Allah sedang melakukan seleksi alam siapakah yang layak naik derajat dan
diampuni dosa dan siapakah yang berhak menyandang kebahagiaan di dunia dan
akirat. Saat kesenangan kunjung, di situ pula Allah sedang melakukan
penjaringan siapa di antara hamba-Nya yang mampu bersyukur sehingga Allah
tempatkan ia di tempat yang mulia.
Life is never flat. Nikmatilah
setiap alur yang Allah tetapkan dalam kehidupan kita. Boleh jadi, Allah memilih
kita sebagai hamba-Nya yang ahli surga. Aamiin.
Walahu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar
Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...