Jumat, 19 Agustus 2011

Manusia Dimulia dan Dimanja

Manusia merupakan makhluk yang dimuliakan dan dimanja. Begitu manusia (baca: Adam a.s.) diciptakan, Allah menginstruksikan Malaikat dan Iblis untuk bersujud kepadanya. Ini adalah bentuk pemuliaan Allah. Kemudian Adam dan pasangannya, Hawa, ditempatkan di surga, tempat serba nikmat. Apapun yang mereka berdua mau, Allah menyilahkan. Hanya satu yang tidak boleh, mereka tidak dikenankan untuk mendekati sebuah pohon yang lebih dikenal dengan pohon Khuldi. Inilah wujud pemanjaan Allah terhadap manusia.

Ternyata, air susu dibalas air tuba. Demikian pantasnya jika melihat fenomena dan kenyataan yang ditunjukkan manusia. Dosa dan maksiat. Dua kata itu sering dilihat di masyarakat dan mungkin di antara kita ada yang “demen” dengan kedua hal itu. Di lain hal, Allah memuliakan dan memanja, tetapi di lain keadaan manusia malah tidak menggubris apa yang Allah inginkan darinya.

Subhanallah… Allah tetap sayang. Rezeki, kesehatan, keluarga dan lain hal, tetap Allah karuniakan kepada manusia. Sebejat-bejatnya manusia, Allah tetap memberinya rezeki. Seburuk-buruknya akhlak manusia, ia masih dimuliakan dan dimanjakan Allah.

Lalu, apakah Allah akan tetap diam? Oh tidak bisa…! Ada sunnatullah yang berlaku di alam raya ini. Siapa menanam dia memanen. Ada asap karena ada api. The law of Causality. Itu dia yang akan terjadi dan pasti terjadi pada siapapun. Tak memandang kaya raya, pangkat luhur, papa, pegawai rendahan atau siapapun. Hukum tersebut selalu berlaku bagi siapa yang berbuat. Jika perbuatannya buruk, maka buruklah akibat yang didapat. Tetapi, jika yang baik-baik sudah menjadi kebiasaan sedetik-detik (bentuk terhebat dari sehari-hari, he..), maka kebaikan akan senantiasa menemaninya kapan pun, di mana pun dan dalam keadaan apa pun.

Maka, bagi kita seorang muslim, seorang yang menyerahkan diri kepada Allah, seorang yang siap diperbudak oleh Allah, akan selalu berazam bahwa setiap ucapan dan tindakan baik lahiriyah maupun batiniyah, disandarkan kepada pedoman hidup yang tidak ada keraguan padanya. Al-Quran dan Sunnah Rasulullah. Pada ujungnya, selain bahagia di dunia, akhirat pun menjadi tempat peristirahatan terindah dan ternyaman bagi kita.

0 komentar:

Posting Komentar

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...