Rabu, 12 Oktober 2011

Surat Cinta Untuk Istriku

Bismillāhirrahmānirrahīm...

Yang tercinta dan tersayang,
Istriku, mujahidahku
Di
Bumi cinta yang penuh berkah

Dengan memanjatkansegala puji dan puja ke hadirat Ilahi Rabbi, kutuliskan sepucuk surat ini untukmu. Sepucuk surat yang menyuratkan ungkapan dan isi hatiku. Insya Allah kejujuran ini bukan sebuah rekayasa untuk mendapat perhatianmu. Ini murni karena aku benar-benar merasakannya, karena aku benar-benar bahagia bersamamu.

Istriku, mujahidahku, betapa hebatnya Allah dengan segala keuasaan-Nya. Kita tersatu karena-Nya. Jika kita melihat dan menyaksikan, berapa kali perjuangan hebat menjemput impian rumah tangga yang diupayakan sahabat-sahabat terbanggaku, hanya kegagalan dan nihil hasil yang dialami. Mereka belum Allah takdirkan bersama. Selalu ada saja hambatan yang membuat rencana mereka hanya sebatas rencana tidak mewujud menjadi nyata. Kebanyakan alasannya adalah seputar latar belakang keluarga, ekonomi, prinsip diri, kurang cakap meracik bumbu-bumbu mahabah, dan lain hal.

Kita, alhamdulillah Allah takdirkan bersama dengan perjalanan yang juga  diiringi hambatan. Namun Allah memberi keputusan, kita bersama dalam biduk rumah tangga yang mudah-mudah SAMARA sepanjang masa. Hambatan dan tantangan yang kita hadapi akhirnya menjadi penguat asa kita. Jalan terjal dan berliku pun mampu kita lewati. Bersyukurlah kita ya Sayyidata Qalbi (tuan pemilik hatiku).

Istriku, mujahidahku, jika engkau menyelami hatiku, di sana terdapat ukiran-ukiran indah tentang perjuangan cintaku padamu. Di pantai hatiku ada bangunan cinta yang kubuat khusus sebagai singgasana mahabah kita. Di langit hatiku, ada satu bintang yang selalu tersenyum. Ia adalah dirimu wahai cinta. Di kebun hatiku, terdapat sebuah bunga mekar yang tidak pernah layu. Harumnya selalu menyeruak ke seluruh ruang hati. Bunga itu adalah dirimu wahai cinta. Di taman hatiku, ada bidadari bermata jelita, wajahnya berbinar kebahagiaan, ucapnya lirih penuh kebaikan, tangannya terjaga dalam syariat. Bidadari itu adalah dirimu wahai cinta.

Istriku, mujahidahku, mahabbatī hādzihi mahabbatun lillāhi wa fillāh. Cintaku ini adalah cinta yang dibangun atas dasar cinta kerana Allah dan di atas syariat-Nya. Aku tidak berani mencintaimu karena syahwat manusiawiku. Walaupun itu fitrah untukku, tapi tetap kusandarkan cintaku ini kepada yang menganugerahkan cinta, Allah ‘azza wa jalla.

Maka, ketika aku melihat dirimu senantiasa berada dalam kebenaran, cintaku ini tidak akan pernah luntur sepersekian milimeter pun. Justru cintaku akan semakin tinggi kepadamu. Itu karena cintaku lillāhi wa fillāh.

Pun dengan dirimu, suatu ketika jika aku terjerembab ke jurang kemaksiatan, janganlah engkau membiarkan dan meninggalkanku. Arahkan dan bimbinganlah aku menuju jalan ketaatan. Sekali lagi, mahabbatī hādzihi mahabbatun lillāhi wa fillāh. Cintaku ini adalah cinta yang dibangun atas dasar cinta kerana Allah dan di atas syariat-Nya.

Istriku, mujahidahku, kita sadar bahwa tidak ada mausia yangsempurna. Jika seseorang memiliki banyak kelebihan, maka ia pun memiliki banyak kekurangan. Termasuk diriku saat ini dan mungkin untuk seterusnya. Banyak kekurangan dan kelemahan yang ada pada diriku.

Atas nama Allah,  maafkan diriku dengan segenap kekuranganku. Maafkan pula aku yang sarat kelemahan. Jika engkau menemukanku dalam keadaan itu, kuharap jangan engkau mencibirku dan menjatuhkanku. Support lah aku agar lebih baik lagi, agar mampu memberikan yang terbaik untukmu. Cintailah kelamahan dan kekuranganku. Maka, aku pun mencintaimu dengan segenap kelebihan dan kekurangan.

Istriku, mujahidahku, perahu tidak selamanya berlayar mulus. Terkadang ia dihantam badai dahsyat. Ketika itu terjadi, sang nahkoda pun dengan susah payah berjuang demi menyambung nafas tersisa.

Begitu pun dengan rumah tangga kita, jika suatu saat badai dahsyat menerjang, kuharap kita bisa melaluinya dengan keselamatan diri dan jiwa. Hilangkan ego masing-masing. Libatkan pikiran jernih. Dan, yang sudah pasti adalah mari kita serahkan permasalahan kepada Allah selepas upaya pencarian solusi. Itu lebih bijak daripada menyikapi setiap masalah dengan nafsu amarah, dengan pikiran yang keruh dan dengan perasaan syaithaniyah.

Istriku, mujahidahku, tentunya sebuah keluarga akan bertambah bahagia ketika hadir buah hati sang penerus perjuangan. Dengan menyebut nama Allah, mari kita membimbing mereka agar menjadi aulādun shālihūna wa qurrātu a’yun, anak-anak saleh penyejuk mata. Aku tidak sudi jika anak-anak kita nanti menjadi anak durhaka yang menyesakkan dada. Mandul. Itulah sebuah kata yang Rasulullah alamatkan kepada orang tua yang keturunannya tidak membawa manfaat bagi mereka. Kita berlindung kepada Allah dari fitnah anak keturunan.

Semoga anak-anak kita kelak menjadi anak yang mengangkat derajat orang tuanya di hadapan Allah swt.. Semoga keturunan kita nanti menjadi penentram dan penyejuk hati. Semoga buah hati kita kelak menjadi aset berharga bagi kita, keluarga kita, dan bagi agama.

Istriku, mujahidahku, jadilah engkau Khadijah yang menjadi tulang punggung Rasulullah ketika ia harus berjuang dengan tantangan-tantangan yang menghadang.

Istriku, mujahidahku, jadilah engkau Fathimah yang setia melayani Ali dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Istriku, mujahidahku, jadilah engkau bunga yang selalu menebarkan harum ke seluruh ruang jiwaku.

Istriku, mujahidahku, jadilah engkau rembulan di langit hatiku yang tiada jemu mengarahkan langkahku menuju jalan perjuangan.

يَآ سَيِّدَةَ قَلْبِيْ، إِعْلَمِيْ أَنِّيْ أُحِبُّكِ للهِ وَ فِى اللهِ
“Wahai Tuan pemilik hatiku, ketahuilah sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah dan di jalan Allah

Dari Cintamu, Penjagamu, Imammu
Sang Suami Hebat

2 komentar:

  1. hiks...hiksss.....
    Abah mah inget ka nini eta teh cuu..
    bareto basa Abah panggih jeung nini, teu make susuratan... langsung datang, ditanya ku kolotna siap nikah? Abah mah langsung satuju, ulah dilamikeun we pak, ceuk abah teh... sabulan tidinya Abah langsung nikah ka Nini... hiks..hiks..
    Nini, I Miss U forever.
    Abah

    WTM

    BalasHapus
  2. Hm, rada seru nya Bah proses seperti itu...
    Nah, gitu lebih baik..
    Para ikhwan tuh Abah WTM sudah membagi pengalamannya..

    BalasHapus

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...