Kamis, 06 Oktober 2011

Saling Mengerti Saling Memahami

Arti Kehadiran Cinta
Cinta itu sungguh sangat berarti. Tanpa cinta mungkin eksistensi kita tidak pernah ada di dunia ini. Tanpa cinta orang akan gila. Terlalu cinta orang pun akan mudah gila.
Realitas mengungkapkan bahwa cinta itu akan terasa indah jika setiap insan yang sedang memadukan kerinduannya mampu menjaga dan membuat cinta senantiasa fitrah. Cinta itu bersih dan murni. Jangan terkototri oleh pikiran dan perasaan yang kotor. Nantinya dikhwatirkan cinta ini menjadi cinta yang buta. Blind love. Cinta yang seperti inilah yang akan menjerumuskan pada lembah kehinaan dan kenistaan.

Kemanjaan yang terlalu, sikap kenakak-kanakan, sikap egois akan mengganggu keharmonisan dalam menjalin cinta. Ketika ada suatu perkara, inginnya menang sendiri. Tidak peduli perasaaan orang yang dicintai. Sesak dada jika harus menghadapi orang seperti itu.

“Kamu tidak pernah mau mengerti aku”
“Kamu tidak pernah memahami perasaanku”
“Apa yang aku inginkan kamu tidak pernah memenuhinya”
“Kamu ini bisa nggak sih membahagiakanku?”
“Cape menjalin hubungan denganmu. Tidak romantis”
“Tolong dong jangan terlalu sibuk dengan aktivitas. Telepon tak diangkat, sms tak dijawab. Kamu serius nggak sih?”

Dan masih banyak aspirasi lain yang semisal yang sebenarnya muncul dari sikap manja berlebih atau sikap kekanak-kanakan.

Dalam menjalani taaruf, hendaklah Antum bisa menjaga pikiran dan perasaan. Buanglah sikap manja berlebih dan sikap kekanak-kanakan yang tidak berguna. Dewasalah menyikapi pemasalahan. Lakukan komunikasi persuasif. Dengan komunikasi yang baik, insya Allah akan ada jalan keluar dari permasalahan.

Egois? No Way...!
Dalam suatu kesempatan di dunia maya, Ana menemukan statu kurang lebih seperti ini “Jangan egois! Inginnya menang sendiri. Ingin dipahami tapi tidak pernah memahami. Jangan perfeksionis! Segala sesuatu inginnya sesuai dengan keinginanmu.” Ada juga status seperti ini “Harusnya kamu yang memahami aku”.

Hm, membaca status tersebut Ana jadi semakin paham sekarang bahwa setiap orang ingin dipahami, ingin dimengerti, ingin disayangi, dan “ingin di...” lainnya. Namun, apakah keinginan tersebut gratis akan didapat? Rupanya tidak begitu, kawan. Segala hal termasuk keinginan untuk dipahami, dimengerti, dan disayangi, bersesuaian dengan umpan yang kita lemparkan ke kolam kehidupan. Umpan itu adalah sikap kita sendiri. Ikan pun tidak akan menyambar kail tanpa umpan kan? Lah... ini bukan ikan yang kita pancing, tapi perhatian orang. Maka, umpannya (baca: sikap) mesti ditunjukkan sejujurnya dan setulusnya. Tapi jangan salah, umpan tidak jujur pun sebenarnya bisa mengundang perhatian. Hanya saja pada saat umpan itu dilempar, akan terjadi perang sengit antara kenyataan dan hati kecil. Ujung-ujungnya dada menjadi sesak. Tidak lepas dan bebas.

Masih ingatkah dengan statement ini, imbuhan “me” itu harus didahulukan sebelum imbuhan “di”? Baguslah kalau masih ingat. Berarti otak Antum encer, he...

Kalimat itulah umpan yang Ana maksud. Jika ingin dipahami, pahami dulu orang lain. Jika ingin dimengerti, pengertian dulu pada orang lain. Jika ingin disayangi, sayangi dulu orang lain. Bahasa lempeng-nya, jangan egois!  Orang egois, ingin menang sendiri, tidak pernah disenang orang. Yang egois membuat orang lain susah. Sekali lagi, jangan egois!

Bercerminlah...!
Orang Betawi bilang, “Ngaca...!”. Itu dia kata kuncinya. Bercerminlah dulu. Apakah pantas Antum ingin dipahami, tetapi Antum tidak bisa memahami? Apakah pantas Antum ingin disayang tetapi Antum tidak bisa menyayangi? Apakah pantas Antum ingin dimengerti, tetapi Antum tidak mengerti keadaan orang? Jawabannya, te-i-de-a-ka. TIDAK. Hanya orang yang tak tahu diri yang berbuat demikian.

Sekali lagi, “Ngaca...!”. Demikian kata kuncinya. Ayo, mulai sekarang tunaikan kewajiban sebelum menuntut hak. Penuhi dulu hak orang sebelum hak Antum dipenuhi. Pahami dulu orang lain sebelum Antum dipahami. Sayangi dulu orang lain sebelum Antum disayangi. Ini berlaku juga dalam membina mahabah.

Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ
“Siapa yang tidak menyayangi, maka ia tidak disayangi”. (H.R. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi).

Berbahagialah orang yang memulai segalanya dari diri sendiri. Begitu bijaknya orang yang menunjuk diri sendiri sebelum menunjuk orang lain. Aku ini, berbudikah? Jika ya, bagus dan konsistenlah! Aku ini, salehkah? Jika benar, bagus dan istiqamah-lah!

Evaluasi dan tunjuklah diri sendiri. Usah mengevaluasi orang dan menunjuk orang sebelum Antum bermuhasabah menilai diri sendiri. Intinya, jangan mudah menyimpulkan salah pada orang lain sebelum diri sendiri baik dan tidak salah. Sekali lagi, berceminlah pada diri sendiri sebelum segala sesuatu!

Strong point-nya adalah jadilah pasangan yang hebat karena sikap mengerti dan memahami. Mengerti dan memahami kesenangan, kekurangan, karakter dan segala sesuatu yang nampak setelah rumah tangga dikayuh sejauh-jauhnya.

Mari sama-sama belajar pada Rasulullah. Kehebatan Beliau dalam mengerti dan memahami istrinya membuat rumah tangga Beliau dinobatkan sebagai rumah tangga terhebat, terdahsyat, teromantis, terbarakah, terindah, terbahagia, pokoknya tiada duanya deh. Maka, kata yang dapat merangkum semuanya adalah rumah tangga Rasulullah itu baiti jannati.

Yuk, kita bangun rumah tangga kita seperti rumah tangga Rasulullah sehingga tiada hari tanpa kebahagiaan dan keberkahan hidup.

7 komentar:

  1. dalam berhubungan via jalur sutra (cinta), biasanya lelaki paling ga mau mengalah, stelah menikah. mengalah adalah trik mundur selangkah maju 1 Km. hahahha.... cobalah.

    BalasHapus
  2. Kalo ga saling mengerti berarti tak saling memahami ya... hehehehe
    jikalau begitu musti memahamkan ilmunya terlebih dahulu pada keduanya,,, ngaji bareng, belajar bareng... karna kan kata2 "Saling" mengartikan satu sama lain... betul begitu. Betul wae lah nya...(maksa.com)

    By: Welcome To Markaz

    BalasHapus
  3. Abah mah cuu.. biasa we ah, rada teu kaharti barudak zaman kiwari mah, nu ieu asa pang kasepna, nu ieu asa pang geulisna, nu ieu malahan mah budak punk-bagerna....jeung sejen-sejenna. naa ari zaman kiwari, marukan teh dunia na nu sorangan.. malahan aya paribasa pikeun jalma nu Munding in Love mah, "Dunia serasa milik berdua, yang lainnya cuma ngontrak" eta teu sadar nyarita kitu teh, cuu... Sanes dunia jeung isina teh kagungan nu Maha Kawasa nya... emmmmh... ckckckkck.... Alhamdulillah zaman Abah ngora mah teu jauh beda, ngan Abah mah merhatikeun we... kahade barudak ayna mah, sagala isi dunia geus d cekel na lengeun masing2, teu pira dina gadget leutik, telepon pinter cnah bahasana mah....
    Ngan eta, ari ku nu kitu serba canggih, hanjakal hate jeung agama na mah kerdil...teu saimbang pisan. alhasil maranehanna bakal ngarasakeun kabosen. ngan rek balik dai diajar a-ba-ta-tsa...mah era. attu kapaksa nyieun nu aneh.
    tah kitu cuu... pengamatan Abah mah.
    cag sakitu eula. rek k Pasantren eula Abah mah.

    By: Abah Anom Pisan (WTM)

    BalasHapus
  4. ya,semua berawal dari diri sendiri..tak mau memahami,maka tak ada yg akan memahami.tak mau menyayangi maka tak ada yg akan menyayagi. selalu ada timbal balik,itulah makna sebuah hubungan...

    BalasHapus
  5. oke siiip. thank a lot untuk informasi dan ilmunya kang....

    BalasHapus
  6. Abah... Sepakat lah sama Abah mah...
    Mengertilah dan memahamilah... maka, kita akan dimengerti dan dipahami...

    BalasHapus
  7. kalo saya sudah mengerti tapi menurut dya sayah masih kurang mengerti itu gimana lagi? padahal saya sudah terus menerus ngaca sampai sampai kaca saya pecah hhee
    iyyah anak MUDA zama sekarang selalu merasa kurang terus, mereka menganggapnya appa yang sudah adda itu selalu kurang sempurna atau tidak sesai dengan keinginannya
    termasuk saya juga sih hhee

    BalasHapus

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...