Sudah
menjadi fitrah manusia bahwa hidup itu naik-turun, hitam-putih, lurus-berkelok.
“Life is never flat”, demikian bunyi iklan di televisi. Salah satu keadaan yang
berganti dalam waktu tertentu adalah sehat dan sakit. Hanya, saya kira seringnya
kita merasa sehat ketimbang sakit. Iya kan?
Nah, dalam keadaan sakit tengah
menjangkit, kita perlu melakukan hal-hal besar. Diantaranya adalah sabar. Sabar
dimaksud bukanlah diam, pasif dan tidak mengupayakan kesembuhan. Sabar itu
sebuah kata untuk menggambarkan kekuatan dan ketegaran diri dalam menghadapi
ujian, kemudian dengan tekad yang kuat mencari solusi agar ujian tersebut
segera bertepi dan hikmah ruah didapat. Pun ketika sakit, hal ini berlaku.
Diantara upaya yang perlu dilakukan
adalh berobat. Ya, berobat adalah kemestian jika kita ingin sembuh. Terlepas dari
keyakinan antara ke herbalist atau medis, berobat merupakan manifestasi
ketataan kepada Allah dan Rasulullah. Jadi, berobatlah, dan insya Allah jika
sudah waktunya Anda psti sembuh.
Tahukah Anda bahwa ada ajaran Islam
sebagai obat untuk penyakit? Jika sudah tahu, sykur deh. Namun jika belum tahu,
ini saya sajikan sebuah hadits yang matan atau isinya mengajarkan
berobat dengan sebuah amalan ringan berdaya besar.
Apa itu? Oke, kalau penasaran, teruskan
membaca!
Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda:
دَاوُوا
مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ وَحَصِّنُوا أَمْوَالَكُمْ بِالزَّكَاةِ وَأَعِدُّوا
لِلْبَلاَءِ الدُّعَاءَ
“Obatilah yang sakit diantara kalian dengan sedekah, bentengilah
hartamu dengan zakat dan siapkanlah doa untuk menghadapi ujian” (H.R. Baihaqi).
Dalam matan hadits ini, salah satu
perintah Allah SWT adalah berobat dengan sedekah. Namun, sayang, hadits ini
dipandang mursal oleh para ahli hadits. Terdapat seorang rawi di dalam
sanadnya yang termasuk munkar, yaitu Fudhal bin Jubair. Jadi, hadits ini tidak bias
dijadikan hujjah oleh kita.
Meskipun begitu, pada realitas
ilmiahnya, ternyata disimpulkan bahwa sedekah itu menyembuhkan. Bagaimana “kronologi”
penyembuhan melalui sedekahnya? Yuk sedikit saya ungkap.
Sedekah itu mesti membekas bahagia di
dalam hati pelakunya. Jika setelah sedekah hati polos tanpa bahagia, ada yang
salah dengan amal sedekahnya. Mungkin saja, niatnya karena ingin dipandang
dermawan. Mungkin juga karena terpaksa memberi. Atau, mungkin pula karena
terbawa arus orang lain yang bersedekah, daripada malu mendingan bersedekah. Gitu
kali ya…. J
Kenapa harus membekas bahagia di hati
setelah bersedekah? Ini dia jawabannya…
Pemirsa,
ketika kita bahagia secara alamiah kelanjar di dalam otak memproduksi hormone endorphin.
Fungsi dari hormon ini adalah untuk menenangkan diri karena tergolong zat opiat
seperti halnya morfin, dan sebagai natural pain killer alias pembunuh rasa
sakit yang alami seperti kinerja alagesik pada obat-obat tertentu.
Dalam bersedekah, kebahagiaan di hati
tergantung niat dan jumlah sedekah. Sedekah dengan Rp 10.000 akan lebih nikmat
dan bahagia ketimbang sedekah dengan Rp 1.000. Benar kan? Sedekah dengan Rp
100.000 lebih besar kenikmatan dan kebahagiaannya daripada sedekah dengan Rp
10.000. Iya kan?
Nah,
ketika semakin besar kuantitas sedekah, kemudian semakin besar kebahagiaan di
hati; maka semakin banyak produksi endorphin. Dan, semakin banyak
produksi endorphin, semakin memugkinkan untuk sembuh dari penyakit atau
tetap semakin sehat bagi yang tidak sakit.
Kenapa? Sekali lagi, endorphin
fungsinya ada dua:
1.
Tergolong zat opiat seperti morfin: untuk menenangkan badan
2.
Natural pain killers: pembunuh rasa sakit alami.
So, mari bersedekah… Sering, besar dan semakin ikhlas...
Siaaappp…???
0 komentar:
Posting Komentar
Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...