Minggu, 26 Desember 2010

Menjadi Hebat

Siapa sangka bahwa diri kita ini adalah sosok makhluk yang hebat. Pasalnya, pada proses fertilisasi satu-satunya sperma yang berhasil membuahi ovum di antara jutaan sprema yang berebut adalah diri kita. Namun, keberhasilan membuahi uvom itu bukan tanpa perjuangan. “Peperangan” sengit terjadi pada detik-detik “peminangan” si ovum.

Ketika jutaan sperma memasuki vagina menuju uterus (rahim) kemudian menuju tuba fallopi. Tiba-tiba sperma-sperma yang hendak “menjemput” ovum yang sudah menunggu di tuba fallopi, dihantam cairan pekat asam. Dalam hitungan detik uterus dipenuhi jutaan sperma yang mati karena tak tahan menghadapi serangan cairan tersebut. Tetapi ratusan sperma memiliki imuntas yang hebat sehingga mereka bisa bertahan dan melanjutkan perjuangan. Sesampainya di “singgasana” ovum, mereka berebut membuahi ovum. Lagi-lagi hambatan harus mereka hadapi. Benteng pertahanan ovum cukup kuat sehingga tidak ada sperma yang dapat bersatu dengan uvom kecuali SATU. Siapakah DIA? Kawan, DIA adalah KITA.

Ini adalah realitas yang menunjukkan bahwa kita memiliki kekuatan awal yang cukup hebat. Tetapi pada perjalanannya memori ini sering dihancurkan oleh paradigma, persepsi, dan pikiran negatif yang muncul dari pemahaman dan keyakinan diri. Jadi, kekuatan ini banyak yang jadi puing sejarah.

Selanjutnya, kehebatan dasar kita adalah adanya programmer yang luar biasa sebagai komandan pergerakan hidup. Otak. Dia adalah otak. Dari otak inilah muncul pikiran-pikiran. Dari pikiran muncul tindakan. Dari tindakan muncul kebiasaan. Dari kebiasaan muncul karakter. Dan, dari karakter muncullah nasib. Jadi, nasib itu berawal dari pikiran. Sementara itu, untuk menghasilkan pikiran yang menyokong nasib baik berarti otak kita mesti dibiasakan berpikir yang baik-baik. Ituah sebagian kehebatan otak. Jika digunakan dengan baik, maka realitas pun insya Allah akan baik. Begitu juga sebaliknya.

Kemudian, kita memiliki hati. Rasulullah saw. bersabda:

وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Dan sesungguhnya di dalam sebuah jasad itu terdapat segenggam sesuatu. Jika hal itu baik, maka baik pula lah seluruh jasadnya dan jika rusak, maka rusak pula lah seluruh jasadnya. Ingat, hal itu adalah hati” (H.R. Bukhari-Muslim).


Management hati yang baik dilahirkan dari keimanan yang kuat kepada Sang Pencipta, Allah swt.. Iman yang mantap mampu menyulap hati yang keras menjadi lembut layaknya Umar ibnul Khathab Si Keras yang menjadi lembut. Iman yang kuat dapat merubah bakhil (pelit) menjadi jawwad (dermawan). Iman yang dahsyat bisa menciptakan si lemah menjadi kuat layaknya Bilal ibnu Rabbah. Jadi, tingkatkan iman jika hendak memiliki kemampuan memanage hati dengan baik. Dengan management hati yang baik, insya Allah segalanya akan berjalan baik. Begitu penegasan dari hadits Rasulullah tadi.

Dengan modal-modal dasar tersebut, mari menjadi hebat di hadapan Allah dan sesama kita… Tak ada alasan untuk merasa lemah. Tak ada rumus untuk berpangku tangan. Let’s be the sturdy moslem…!

1 komentar:

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...