Sabtu, 14 Mei 2011

Belajar Adversity Quotient dari Rasul Ulul ‘Azmi

Rasul adalah manusia biasa seperti kita. Hanya saja mereka adalah manusia biasa yang dipilih Allah untuk menyampaikan Agama Tauhid kepada umatnya.  Mereka dibekali kekuatan yang berbeda dengan manusia biasa seperti kita sebagai bekal menghadapi karakter umat yang variatif.

Di antara rasul-rasul yang Allah utus, ada lima rasul yang Allah tetapkan sebagai Rasul Ulul ‘Azmi. Ulul ‘Azmi berarti memiliki Adversity Quotient (AQ) yang sangat luar biasa. Rasul Ulul ‘Azmi berarti para rasul yang Allah anugerahkan kekuatan dan kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi ujian dan cobaan dakwah.
Hanya ada lima rasul yang tergolong Rasul Ulul ‘Azmi, yaitu Nabi Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s., dan Nabi Muhammad saw..

1. Nabi Nuh
Nabi Nuh a.s. mewarisi umat Nabi Idris, umat yang mengingkari adanya Allah. Selain mengingkari Allah, mereka juga berbuat syirik dengan meyakini lima orang saleh yang sudah wafat sebagai  tuhan. Mereka adalah Wad, Suwa, Ya’uq, Yaguts, dan Nasr.

Kesabaran Nabi Nuh dalam berdakwah menjadi kualifikasi digolongkannya Beliau ke dalam Rasul Ulul ‘Azmi. Hampir 950 ia berdakwah kepada masyarakat, keluarga dan kerabatnya, tetapi Beliau hanya memiliki pengikut tidak lebih dari 200 orang. Bahkan istri dan anaknya, Kan’an, malah menentang ajakannya. Namun, Allah memberikan “hadiah” kepada Nabi Nuh dengan menenggelamkan umatnya yang kafir dalam banjir besar termasuk sanak keluarga yang membangkang ikut tenggelam.

2. Nabi Ibrahim
Ibrahim a.s. lahir dalam suasana yang menegangkan. Pasalnya, Namruz, penguasa diktator saat itu, memberi intruksi untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir. Ia khawatir kalau-kalau ada bayi laki-laki yang tumbuh dewasa yang akan menggulingkan kekuasaannya.

Kualifikasi Ibrahim sebagai Rasul Ulul ‘Azmi adalah:
  1. Beliau bersabar mencari tuhan sampai pada ujungnya Ia mengakui dan menyakini bahwa Allah lah yang mesti diibadahi olehnya dan oleh umat manusia seluruhnya. 
  2. Berdakwah kepada keluarga terutama ayahnya, Azar, sang pembuat berhala. 
  3. Berdakwah di depan penguasa diktator. Dakwahnya ini berimplikasi Ibrahim harus dibakar atas perintah Namruz karena telah menghancurkan berhala-berhala buatan mereka sendiri. 
  4. Bersabar karena saat di ujung usia, Ibrahim a.s. belum juga mendapatkan momongan sebagai pelanjut perjuangan dakwahnya. 
  5. Ketika Allah menghendakinya putra, ia harus meninggalkan istrinya, Hajar, dan anaknya, Ismail, di tengah padang pasir di bawah terik matahri menyengat yang sekarang dikenal Makkah al-Mukarramah. 
  6. Anak yang diinginkannya tersebut, setelah beranjak remaja menuju dewasa, ternyata harus ia sembelih dengan tangannya sendiri atas perintah Allah. Dilematis kondisi saat itu, tapi Ibrahim melaksanakannya dengan penuh keikhlasan. Pada akhirnya, Allah mengganti Ismail dengan kambing yang cukup besar dan Ismail pun tidak jadi disembelih.

3. Nabi Musa
Selain dua rasul yang disebut di muka, Nabi Musa a.s. juga termasuk ke dalam Rasul Ulul ‘Azmi. Beliau memiliki ketangguhan dan kesabaran yang hebat ketika berdakwah kepada Fir’aun dan pengikutnya termasuk ketika menghadapi kaumnya yang membangkang. Ketika Beliau hendak diberi wahyu oleh Allah di Bukit Sinai, pengikutnya diprovokasi oleh Samiri agar menyeleweng dari ketaatan kepada Allah dan beralih menyembah patung anak sapi. Sementara itu, Nabi Harun yang berperan menggantikan Beliau, tidak berdaya menghalangi mereka bahkan Harun sempat akan dibunuh.

Tetapi sejarah membuktikan bahwa Musa a.s. pernah tidak bersabar ketika sedang berguru kepada Nabi Khidlr. Hal ini dikisahkan dalam al-Quran Surat al-Kahfi ayat 60-78. Peristiwa ini adalah pendidikan Allah terhadap Musa a.s. agar ia lebih memahami kehidupan.

4. Nabi Isa
Kesabaran Nabi Isa a.s. diuji ketika Beliau harus menghadapi fitnah yang disebarkan oleh kaum Yahudi dan pengkhianatan Yudas Iskariot, salah satu di antara dua belas muridnya.

Ujian lainnya adalah ia harus mampu mengklarifikasi status Maryam, ibundanya, yang melahirkannya secara parthenogenese, proses kelahiran bayi tanpa pembuahan sel telur oleh sperma (fertilisasi). Padahal, Maryam adalah wanita suci yang tidak pernah tersentuh oleh siapapun. Ia hanya gadis taat yang selalu mensucikan dirinya dan selalu mendekatkan diri kepada Allah swt.. Bagaimana caranya agar kredibilitas Maryam dan dirinya kembali bersih. Inilah salah satu perjuangan kesabaran Nabi Isa a.s..

5. Nabi Muhammad SAW
Rasul Ulul ‘Azmi yang terakhir adalah Nabi Muhammad saw.. Ketangguhan Nabi Muhammad saw. diuji saat  Beliau berusia anak-anak. Ketika Beliau masih dalam kandungan ibunya, Siti Aminah, ia harus ditinggal mati oleh ayahnya, Abdullah. Selang beberapa bulan setelah disusui oleh ibundanya, Muhammad kecil kemudian disusukan kepada Tsuwaibah al-Islamiyah. Kemudian disusui oleh Halimah As-Sa’diyah sampai usianya empat tahun. Kemudian pengasuhannya kembali lagi oleh ibundanya, Aminah.

Pada usia 6 tahun, Muhammad kecil harus sudah menjadi yatim piatu karena ibunda tercintanya meninggal dunia. Beliau pun diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Kemudian kakeknya wafat saat beliau berusia delapan tahun. Pengasuhannya pun diambil alih oleh Abu Thalib, pamannya.

Cobaan tidak berhenti sampai di situ, Beliau juga harus ikut menderita ketika Bani Hasyim diboikot di sebuah lembah gara-gara “ulah” dakwah beliau. Tokoh-tokoh Quraisy memprovokasi masyarakat untuk melakukan pemboikotan yang isinya antara lain melarang berjual beli, tidak boleh melakukan pernikahan, dan hubungan sosial lainnya kepada Bani Hasyim. Pemboikotan berlangsung sekitar 3 tahun. Harta benda beliau dan istrinya, Khadijah, habis terkuras demi mempertahankan kelangsungan hidup dan dakwah Islam.

Ujian selanjutnya adalah di saat risalah dakwah tauhid sedang “naik daun”, Nabi Muhammad harus ditinggal wafat oleh istrinya Siti Khadijah kemudian selang beberapa bulan Abu Thalib pun meninggal dunia. Tahun itu lebih dikenal dengan sebutan ‘amul huzni, tahun kesedihan. Itu adalah sebagian dari ujian yang ditimpakan kepada Rasulullah saw..

Nah, sobat, tidak lah Allah merancang kisah-kisah para nabi dan rasul kecuali di sana ada pelajaran berharga yang bisa kita petik. Ingat rumus awalnya, nabi dan rasul adalah manusia biasa seperti kita yang jika diuji merasa “sengsara” dan “merana” tetapi mereka memiliki keyakinan dan keteguhan yang kuat sehingga mereka mampu bertahan dalam setiap badai yang melanda.

Mereka adalah sampel kongkrit orang yang memiliki Adversity Quotient (AQ) yang akan menjadi “provokator” buat kita untuk melakukan perubahan menuju lebih baik terutama dalam menghadapi kehidupan yang tidak pernah statis dalam satu keadaan. Semua silih berganti.

So, hebatkan diri dengan segala potensi dan keunikan yang dimiliki...!!!

0 komentar:

Posting Komentar

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...