Ketika
besi disiksa dan dibakar Sang Pandai, ia kesakitan. Tak lama, ia pun menjadi
pisau.
Ketika
pisau digesek di atas asahan, ia kesakitan. Tak lama, ia pun bersih dan semakin
tajam.
Ketika
manusia diuji oleh Allah, ia kesakitan. Tak lama, ia pun menjadi manusia bersih
dan semakin tajamlah keimanan dan kesalehannya.
Hidup tak selamanya mulus dan datar.
Setiap yang hidup pasti akan mengalami berbagai alur yang telah Allah gariskan.
Terkadang suka terkadang duka, sesekali senang sesekali susah, sedih dan bahagia
silih berganti, sehat pun terkadang diselingi sakit. Itu semua sudah Allah
desain dengan berpasang-pasangan. Siapkah kita menerima segala keputusan Allah
tersebut?
Banyak orang yang sehat tidak mau
menerima ujian sakit, ada juga orang yang ingin selalu ada dalam kebahagiaan
dan tidak ingin sengsara. Ini fitrah. Namun, perlu dipahami bahwa musibah akan
datang kapan saja dan dimana saja sesuai dengan kehendak Allah. Manusia tidak
bisa menghindari hal tersebut.
Sikap Manusia dalam Menyikapi Musibah
Pada realitasnya, ada beberapa golongan
manusia dalam menghadapi musibah, diantaranya:
1. Berkeluh Kesah
Orang yang berkeluh kesah adalah orang
yang tidak rela (kecewa) dalam menerima musibah atau takdir dari Allah.
Golongan ini adalah golongan yang paling buruk dan paling dibenci oleh Allah SWT.
Selain merasa rugi di dunia golongan ini akan rugi pula diakhirat, karena orang
yang berkeluh kesah dalam menyikapi
musibah bukannya mendapat jalan keluar justru malah memperburuk keadaan diri.
Rasulullah saw. bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُودَ
وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدُعَاءِ الْجَاهِلِيَّةِ
“Bukan termasuk bolongan kami, orang yang
memukul pipi, merobek baju dan berdoa dengan doa Jahiliyah” (H.R.
an-Nasa`iy).
Musibah (ujian) itu memang menyakitkan.
Dan, akan lebih menyakitan lagi jika dibarengi dengan sikap keluh kesah
berlarut-larut dan berlebihan sebagaimana dijelaskan dalam hadits tersebut.
2. Orang yang Bersabar
Jika kita mampu bersabar dalam menghadapi
ujian hidup, maka akan mendapatkan derajat yang mulia dan dicukupkan pahala
tanpa batas.
Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ
أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah
yang dicukupkan pahala tanpa batas”. (Q.S. az-Zumar [39]: 10)
Bersabar bukan berarti kita diam dalam
menghadapi segala bentuk ujian, tetapi ada ikhtiar yang optimal menjemput jalan
keluar. Jika demikian, sabar itu tidak ada batas seperti pahalanya yang juga
tidak ada batas.
Aplikasi Sabar
- Keberanian adalah aplikasi sabar
melawan kesulitan hidup
- Menjaga kesucian diri adalah aplikasi
sabar dari berbagai syahwat
- Santun adalah aplikasi sabar dari
keangkuhan dan amarah
- Zakat, infaq dan shadaqah adalah sabar
dalam ujian harta
- Shalat malam adalah aplikasi sabar
dalam melawan hawa nafsu
- dll.
3. Orang yang Ridha
Ridha artinya rela. Orang yang ridha berarti
rela menerima ujian yang diberikan Allah. Orang yang ridha akan merasa tenang
dalam menghadapi segala kesulitan hidup karena ia yakin bahwa ujian yang
dialaminya merupakan bentuk pernyataan cinta Allah kepadanya. Selain itu, orang
yang ridha mempunyai derajat yang lebih tinggi daripada golongan pertama dan kedua.
Nabi saw. bersabda yang artinya, “Sesungguhnya
besarnya pahala Allah sesuai dengan besarnya ujian. Sungguh jika Allah
mencintai suatu kaum, Dia akan menguji
mereka. Maka siapa yang ridha (terhadap ujian tersebut) baginya ridha Allah.
Namun, siapa yang marah (terhadap ujian tersebut), baginya murka Allah.” (
HR. Abu Dawud).
4. Orang yang Bersyukur
Sangat
rasional orang bersyukur ketika mendapatkan kenikmatan. Dan, rasional pula
ketika orang bersabar dalam ujian. Namun, bagaimana pendapat Anda ketika orang
bertubi-tubi ditimpa musibah (baca: ujian) lalu Ia bersyukur? Saya kira Anda
akan mengatakan,”Subhanallah….Luar biasa!”. Ya, saya sepakat dengan Anda.
Bersyukur
dalam ujian memang cukup berat, tetapi bukan berarti kita tidak bisa. Hanya
saja untuk melakukannya modal kita adalah keyakinan bahwa ujian ini merupakan
pernyataan cinta Allah pada hamba-Nya. Selain itu, Allah pun menghendaki dengan
adanya ujian, sang hamba naik kelas, menjadi orang yang special dihadapan
Allah. Dan, ujian itu pun menjadi sumber penambah pundi pahala.
Selaras
dengan hal tersebut Allah berfirman dalam al-Quran:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan
ingatlah ketika Allah memaklumkan, ‘Jika kalian bersyukur pasti Aku akan
menambah nikmat kepada kalian, dan jika kalian kufur sesungguhnya siksa-Ku sangat
berat’.” (Q.S. Ibrahim [14]:
7)
Dalam
ayat tersebut ada kata kunci yang bisa kita tafsirkan sebagai solusi dalam
musibah (ujian), yaitu “…jika kalian bersyukur pasti Aku akan menambah nikmat
kepada kalian…”. Syukur akan menambah
nikmat. Itu dia kuncinya.
Untuk
lebih memahaminya kita ambil contoh sederhana. Misalnya kita sedang sakit,
kemudian kita bersyukur atas ujian yang kita alami. Berdasarkan ayat tadi, maka
ketika kita sakit Allah akan menambah nikmat. Nikmat tersebut adalah kesehatan
dan kesembuhan dari penyakit. Misalnya juga kita sedang mendapatkan kerugian
dalam usaha kemudian kita bersyukur karena meskipun rugi kita masih bisa makan
dan berkumpul bersama keluarga, maka Allah pun akan menambah nikmat yang dalam
hal ini bisa saja berupa materi dari arah yang tidak terduga.
Dari
keempat tipe orang dalam menyikapi ujian, termasuk yang manakah kita?
Mudah-mudahan saja kita termasuk tipe orang yang sabar, ridha dan bersykur
dalam ujian. Sehingga, jalan keluar pun akan segera ditemukan. Kemudian kita
pun bisa naik kelas dihadapan Allah Swt. Dalam arti lain tidak ada manusia yang
mulia yang dijanjikan pahala melimpah didunia dan akhirat.
Tetap
saemangat, tetap yakin bahwa Allah selalu menyertai orang-orang yang sabar,
ridha dan syukur dalam ujian.
0 komentar:
Posting Komentar
Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...