Kamis, 02 Mei 2013

Empat Golongan Manusia Saat Tertimpa Musibah



Ketika besi disiksa dan dibakar Sang Pandai, ia kesakitan. Tak lama, ia pun menjadi pisau.
Ketika pisau digesek di atas asahan, ia kesakitan. Tak lama, ia pun bersih dan semakin tajam.
Ketika manusia diuji oleh Allah, ia kesakitan. Tak lama, ia pun menjadi manusia bersih dan semakin tajamlah keimanan dan kesalehannya.

Hidup tak selamanya mulus dan datar. Setiap yang hidup pasti akan mengalami berbagai alur yang telah Allah gariskan. Terkadang suka terkadang duka, sesekali senang sesekali susah, sedih dan bahagia silih berganti, sehat pun terkadang diselingi sakit. Itu semua sudah Allah desain dengan berpasang-pasangan. Siapkah kita menerima segala keputusan Allah tersebut?

Banyak orang yang sehat tidak mau menerima ujian sakit, ada juga orang yang ingin selalu ada dalam kebahagiaan dan tidak ingin sengsara. Ini fitrah. Namun, perlu dipahami bahwa musibah akan datang kapan saja dan dimana saja sesuai dengan kehendak Allah. Manusia tidak bisa menghindari hal tersebut.

Sikap Manusia dalam Menyikapi Musibah
Pada realitasnya, ada beberapa golongan manusia dalam menghadapi musibah, diantaranya:

1. Berkeluh Kesah
Orang yang berkeluh kesah adalah orang yang tidak rela (kecewa) dalam menerima musibah atau takdir dari Allah. Golongan ini adalah golongan yang paling buruk dan paling dibenci oleh Allah SWT. Selain merasa rugi di dunia golongan ini akan rugi pula diakhirat, karena orang yang berkeluh kesah  dalam menyikapi musibah bukannya mendapat jalan keluar justru malah memperburuk keadaan diri.

Rasulullah saw. bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدُعَاءِ الْجَاهِلِيَّةِ
“Bukan termasuk bolongan kami, orang yang memukul pipi, merobek baju dan berdoa dengan doa Jahiliyah” (H.R. an-Nasa`iy).

Musibah (ujian) itu memang menyakitkan. Dan, akan lebih menyakitan lagi jika dibarengi dengan sikap keluh kesah berlarut-larut dan berlebihan sebagaimana dijelaskan dalam hadits tersebut.

2. Orang yang Bersabar
Jika kita mampu bersabar dalam menghadapi ujian hidup, maka akan mendapatkan derajat yang mulia dan dicukupkan pahala tanpa batas.

Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas”. (Q.S. az-Zumar [39]: 10)

Bersabar bukan berarti kita diam dalam menghadapi segala bentuk ujian, tetapi ada ikhtiar yang optimal menjemput jalan keluar. Jika demikian, sabar itu tidak ada batas seperti pahalanya yang juga tidak ada batas.

Aplikasi Sabar
- Keberanian adalah aplikasi sabar melawan kesulitan hidup
- Menjaga kesucian diri adalah aplikasi sabar dari berbagai syahwat
- Santun adalah aplikasi sabar dari keangkuhan dan amarah
- Zakat, infaq dan shadaqah adalah sabar dalam ujian harta
- Shalat malam adalah aplikasi sabar dalam melawan hawa nafsu
- dll.

3. Orang yang Ridha
Ridha artinya rela. Orang yang ridha berarti rela menerima ujian yang diberikan Allah. Orang yang ridha akan merasa tenang dalam menghadapi segala kesulitan hidup karena ia yakin bahwa ujian yang dialaminya merupakan bentuk pernyataan cinta Allah kepadanya. Selain itu, orang yang ridha mempunyai derajat yang lebih tinggi daripada golongan pertama  dan kedua.

Nabi saw. bersabda yang artinya, “Sesungguhnya besarnya pahala Allah sesuai dengan besarnya ujian. Sungguh jika Allah mencintai suatu kaum,  Dia akan menguji mereka. Maka siapa yang ridha (terhadap ujian tersebut) baginya ridha Allah. Namun, siapa yang marah (terhadap ujian tersebut), baginya murka Allah.” ( HR. Abu Dawud).

4. Orang yang Bersyukur
Sangat rasional orang bersyukur ketika mendapatkan kenikmatan. Dan, rasional pula ketika orang bersabar dalam ujian. Namun, bagaimana pendapat Anda ketika orang bertubi-tubi ditimpa musibah (baca: ujian) lalu Ia bersyukur? Saya kira Anda akan mengatakan,”Subhanallah….Luar biasa!”. Ya, saya sepakat dengan Anda.

Bersyukur dalam ujian memang cukup berat, tetapi bukan berarti kita tidak bisa. Hanya saja untuk melakukannya modal kita adalah keyakinan bahwa ujian ini merupakan pernyataan cinta Allah pada hamba-Nya. Selain itu, Allah pun menghendaki dengan adanya ujian, sang hamba naik kelas, menjadi orang yang special dihadapan Allah. Dan, ujian itu pun menjadi sumber penambah pundi pahala.

Selaras dengan hal tersebut Allah berfirman dalam al-Quran:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan ingatlah ketika Allah memaklumkan, ‘Jika kalian bersyukur pasti Aku akan menambah nikmat kepada kalian, dan jika kalian kufur sesungguhnya siksa-Ku sangat berat’.” (Q.S. Ibrahim [14]: 7)

Dalam ayat tersebut ada kata kunci yang bisa kita tafsirkan sebagai solusi dalam musibah (ujian), yaitu “…jika kalian bersyukur pasti Aku akan menambah nikmat kepada kalian…”.  Syukur akan menambah nikmat. Itu dia kuncinya.

Untuk lebih memahaminya kita ambil contoh sederhana. Misalnya kita sedang sakit, kemudian kita bersyukur atas ujian yang kita alami. Berdasarkan ayat tadi, maka ketika kita sakit Allah akan menambah nikmat. Nikmat tersebut adalah kesehatan dan kesembuhan dari penyakit. Misalnya juga kita sedang mendapatkan kerugian dalam usaha kemudian kita bersyukur karena meskipun rugi kita masih bisa makan dan berkumpul bersama keluarga, maka Allah pun akan menambah nikmat yang dalam hal ini bisa saja berupa materi dari arah yang tidak terduga.

Dari keempat tipe orang dalam menyikapi ujian, termasuk yang manakah kita? Mudah-mudahan saja kita termasuk tipe orang yang sabar, ridha dan bersykur dalam ujian. Sehingga, jalan keluar pun akan segera ditemukan. Kemudian kita pun bisa naik kelas dihadapan Allah Swt. Dalam arti lain tidak ada manusia yang mulia yang dijanjikan pahala melimpah didunia dan akhirat.

Tetap saemangat, tetap yakin bahwa Allah selalu menyertai orang-orang yang sabar, ridha dan syukur dalam ujian.

0 komentar:

Posting Komentar

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...