Kamis, 22 Maret 2012

Jika BBM Jadi Naik... IMAN Harus Tetap Naik...


Rasio Kenaikan BBM
Rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tanggal 1 April 2012 mendatang mengundang berbagai reaksi pro dan kontra. Demo di sana-sini digelar para mahasiswa dan masyarakat demi mencegah agar pemerintah membatalkan rencana kenaikan BBM. Pasalnya, jika BBM naik, secara otomatis sektor lain pun ikut naik. Jika harga naik, sedangkan pendapatan masyarakat stagnan alias tidak naik, maka pribahasa “besar pasak daripada tiang” bisa saja terjadi lebih luas.


Selain itu, kenaikan BBM memicu inflasi (kenaikan harga) sebanyak 7 % lebih besar dari asumsi awal yaitu 5,3 %. Hal ini bisa menyebabkan kenaikan jumlah rakyat miskin sekitar 11,93 %. Demikian yang disampaikan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Malaysia dalam suratnya untuk Jero Wacik, Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral).

Versi pemerintah, menaikkan harga BBM merupakan solusi yang tepat untuk mengurangi hutang Indonesia yang sampai saat ini mencapai Rp 1.937 Triliun. Diasumsikan, setiap penduduk, sebanyak 259 juta jiwa per 31 Desember 2010, memiliki tanggungan hutang negara sebesar Rp 7.450.000. Jika BBM tidak naik maka hutang Indonesia bisa naik beberapa persen.

Menurutnya Jero Wacik, ada beberapa alasan terkait kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM Bersubsidi. BBM Bersubsidi berarti BBM yang sebagian harganya ditanggung pemerintah. Ketika pemerintah menyusun APBN 2012 diperkirakan harga minyak mentah Indonesia per barel mencapai U$D 90 (90 Dollar Amerika) atau Rp 792.000  (berdasarkan kurs 1 Dollar Amerika = Rp 8.800). Satu barel kira-kira 159 liter. Jadi ketika itu perkiraan harga minyak mentah Indonesia Rp 4.981 per liter. Perhitungannya adalah Rp 792.000 dibagi 159 liter. Harga ini untuk minyak mentah, belum menjadi bensin premium.

Nah, untuk dapat dijadikan bensin premium dan untuk menyalurkannya sampai ke SPBU, diperlukan biaya sekitar Rp 3.019 per liter. Maka, total harga produksi adalah Rp 4.981 + Rp 3.019 = Rp 8.000 per liter. Kemudian harga bensin premium dijual kepada masyarakat sebesar Rp 4.500 per liter. Sisanya, Rp 3.500, dibayar oleh pemerintah sebagai wujud perhatian pemerintah kepada rakyat.

Waktu penetapan APBN 2012 itu, perkiraan BBM Bersubsidi yang disalurkan sekitar 40 juta kiloliter. Berarti, jika dikalikan dengan harga per liter, totalnya sekitar Rp 123 Triliun. Ditambah subsidi listrik Rp 45 Triliun dan subsidi yang lainnya, maka total subsidi menjadi Rp 208 Triliun. Jika minyak mentah dunia naik 16,66 % dari U$D 90 per barel menjadi rata-rata U$D 105, subsidi energi meningkat menjadi 230 Triliun, naik sekitar 22 Triliun.

“Kalau kita paksakan mendanai subsidi Rp 230 triliun dari belanja negara 2012 yang totalnya Rp 1.435 Triliun, akan semakin berkurang kemampuan kita membangun sarana dan keperluan lain untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pada akhirnya semakin sulit kita mewujudkan kesejahteraan rakyat dan memajukan perekonomian negara kita,” demikian kata Jero Wacik sebagaimana dilansir jppn.com.


Kenaikan Harga Pada Jaman Rasulullah
Dalam hadits Abu Dawud, dikisahkan bahwa pernah terjadi inflasi pada jaman Rasulullah saw.. Anas bin Malik meminta Rasulullah untuk menetapkan harga pokok agar perekonomian stabil.

Namun, Rasulullah hanya menjawab, “Sesungguhnya, Allah lah yang menguasai, yang memberi rezeki, yang memudahkan dan yang menetapkan harga”.

 “Saya sungguh berharap bertemu dengan Allah dan tidak seorang pun boleh memintaku untuk melakukan kezaliman dalam persoalan jiwa dan harta” lanjut Rasulullah.

Jawaban Rasulullah atas permintaan Anas ini mengajarkan kita untuk berpikir positif, bermental muslim dan berkeyakinan kuat. Rasulullah sudah memahami bahwa ketika para pedagang di pasar menaikkan harga dagangannya, berarti ada sesuatu hal yang mendorongnya untuk melakukan hal itu. Apakah itu kebutuhan keluarga yang tinggi atau hal lain? Yang pasti, pemahaman yang baik ini menimbulkan reaksi sikap yang juga baik. Hal ini terlihat dari kalimat Beliau selanjutnya, “Saya sungguh berharap bertemu dengan Allah dan tidak seorang pun boleh memintaku untuk melakukan kezaliman dalam persoalan jiwa dan harta”.

Kalimat tersebut menyiratkan makna bahwa jika Rasulullah menetapkan harga berarti Rasulullah telah menzalimi pedagang yang menaikkan harga karena hajat tertentu. Dalam arti, hak pedagang tersebut dirampas jika harga ditetapkan. Sedangkan Rasulullah tidak mau melakukan kezaliman terhadap jiwa dan harta. Maka, jawaban ini menyiratkan bahwa biarkanlah harga tetap naik karena ada kebutuhan si pedagang untuk diri dan keluarganya.

Ajaran lain dari jawaban Rasulullah tersebut adalah, pada hakikatnya Allah lah yang membuat keputusan dalam hidup manusia. Oleh karena itu, serahkanlah segala urusan kehidupan hanya kepada Allah termasuk inflasi yang terjadi. Urusan rezeki mah Allah yang mengatur. Mau naik harga 100 % pun, jika Allah menyediakan rezekinya, insya Allah akan terbeli. Sekalipun harga turun, jika rezeki tidak Allah sediakan mah, ya mau beli pake apa?

Hal ini menjadi pelecut motivasi hidup bagi kita bahwa urusan rezeki itu tidak usah melibatkan logika karena rezeki itu terkadang datang dari jalan yang tidak diduga sebelumnya. Yang pasti adalah, jadilah orang bertakwa yang siap berkerja menjemput rezeki semampunya dan tetunya dengan ikhlas karena Allah.

Inilah mentalitas yang Rasulullah ajarkan. Bolehlah harga naik, tapi keyakinan tetap kokoh bertengger di dalam hati. Keyakinan yang menyatakan bahwa diri kita sepenuhnya milik Allah. Apapun yang Allah kehendaki terhadap diri kita, pasti akan terjadi. Selain itu, keyakinan bahwa Allah selalu menjamin rezeki bagi setiap makhluknya termasuk kita, manusia yang diembani amanah sebagai khalifah fil ardl dan abdullah.

Allah swt. berfirman:
وَمَا مِنْ دَآبَّةٍ فِى الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللهِ رِزْقُهَا وَ يَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَ مُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِى كِتَابٍ مُّبِيْنٌ
“Dan tidak ada satu pun makhluk yang ergerak di muka bumi ini kecuali Allah menjamin rezekinya. Allah mengetahui tempat kediaman (dunia) dan penyimpanannya (akhirat). Semuanya sudah tertulis dalam kitab yang nyata (lauhul mahfuzh)”. (Q.S. Hud [11]: 6).

Ayat tersebut seharusnya membuat kita semakin yakin bahwa rezeki itu pasti ada karena sudah dijamin oleh Allah. Keadaan apapun, inflasi-deflasi, tidak akan berpengaruh. Toh rezekinya ada? Kita tidak usah khawatir dengan urusan rezeki. Serahkan saja kepada Allah sembari menyempurnakan ikhtiar.

BBM Naik, Jumlah Rakyat Miskin Naik (?)
Asumsi beberapa kalangan saat ini, jika BBM jadi naik, maka angka kemiskinan akan naik pula sekitar 11,93 %. Kita tidak bisa membendung laju kemiskinan di negara “tercinta” ini. Namun, apakah benar inflasi adalah penyebab utama kemiskinan di negara kita?

Sebenarnya semakin banyaknya data orang miskin di Indonesia, bukan hanya dipicu oleh kenaikan harga tetapi yang paling pokok adalah “tikus-tikus” pengerat yang membengkakkan anggaran negara lalu melipatnya, dan ia masukkan ke kas pribadinya. Koruptor. Ini dia penyebab terhebat kemiskinan rakyat. Uang rakyat yang seharusnya disalurkan, eh... malah dicuri.

Jika uang rakyat sampai kepada rakyat secara utuh tanpa bocor sepeser pun, keadaan inflasi tidak akan berpengaruh besar terhadap kesejahteraan rakyat. Harga naik, uang ada untuk membelinya. Imbang kan?

Jadi, seyogyanya pemerintah jika memang “memaksa” untuk menaikkan harga BBM, ya... gusur koruptor dan suruh ganti uang rakyat yang mereka makan. Salurkan bantuan-bantun secara adil dan jujur. Jika hal ini tidak dilakukan, lalu pemerintah “menganiaya” rakyat dengan menaikkan harga BBM yang berimplikasi pada naiknya harga-harga di sektor lain, maka jumlah kemiskinan di negeri ini akan terus merangsak naik. Sungguh naif, negara besar ber-SDA melimpah ruah, tapi penduduknya miskin. Siapa yang harus disalahkan? Tentunya yang paling fundamental adalah yang membuat kebijakan publik alias pemerintah. Namun, tetap saja mental  (baca: iman) rakyat pun menjadi kunci untuk keluar dari garis kemiskinan, miskin hati dan miskin materi.

Selain itu, bagi umat Islam yang kaya harta, jangan lupa ada ajaran ibadah sosial yang mesti ditunaikan, yaitu zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS). ZIS inilah yang akan menjadi “penalang” kebutuhan fakir miskin. Untuk itu, marilah “berbondong-bondong” menyalurkan harta ke badan amil zakat yang amanah. Dalam hal ini, ayo ber-ZIS di PZU Unit Cihideung Kota Tasikmalaya sehingga hak-hak mustahik dalam harta Anda disalurkan dengan semestinya.

Wallāhu a’lam.
Yusuf Awaludin
http://menjadihebat.blogspot.com

2 komentar:

  1. seharusnya pemerintah bisa berpikir jernih untuk menaikan BBM, apakah perlu atau tidak, disaat maraknya kasus korupsi yang terjadi. sehingga membuat rakyat ragu apakah benar dana subsidi ini akan dialihkan untuk kesejahteraan rakyat atau tetap masuk ke kantong para koruptor.

    BalasHapus
  2. Demikianlah pemerintah kita..
    Keadilan yang diidamkan rakyat, belum juga terlihat konkret..
    Kalaupun BBM itu harus naik, maka kompensasi pun harus juga naik, intensitas bantuan pun harus juga sering..
    Jika begitu, seimbang.

    BalasHapus

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...