Rasio
Kenaikan BBM
Rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tanggal 1
April 2012 mendatang mengundang berbagai reaksi pro dan kontra. Demo di
sana-sini digelar para mahasiswa dan masyarakat demi mencegah agar pemerintah
membatalkan rencana kenaikan BBM. Pasalnya, jika BBM naik, secara otomatis
sektor lain pun ikut naik. Jika harga naik, sedangkan pendapatan masyarakat
stagnan alias tidak naik, maka pribahasa “besar pasak daripada tiang” bisa saja
terjadi lebih luas.
Selain itu,
kenaikan BBM memicu inflasi (kenaikan harga) sebanyak 7 % lebih besar dari
asumsi awal yaitu 5,3 %. Hal ini bisa menyebabkan kenaikan jumlah rakyat miskin
sekitar 11,93 %. Demikian yang disampaikan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI)
Malaysia dalam suratnya untuk Jero Wacik, Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya
Mineral).
Versi
pemerintah, menaikkan harga BBM merupakan solusi yang tepat untuk mengurangi
hutang Indonesia yang sampai saat ini mencapai Rp 1.937 Triliun. Diasumsikan,
setiap penduduk, sebanyak 259 juta jiwa per 31 Desember 2010, memiliki
tanggungan hutang negara sebesar Rp 7.450.000. Jika BBM tidak naik maka hutang
Indonesia bisa naik beberapa persen.
Menurutnya Jero Wacik, ada beberapa alasan terkait kebijakan
pemerintah menaikkan harga BBM Bersubsidi. BBM Bersubsidi
berarti BBM yang sebagian harganya ditanggung pemerintah. Ketika pemerintah menyusun APBN 2012 diperkirakan harga minyak mentah Indonesia per barel mencapai U$D 90 (90 Dollar Amerika) atau Rp 792.000 (berdasarkan kurs 1
Dollar Amerika = Rp
8.800). Satu barel kira-kira 159 liter. Jadi ketika itu perkiraan harga minyak
mentah Indonesia Rp 4.981 per liter. Perhitungannya adalah Rp 792.000 dibagi
159 liter. Harga ini untuk minyak mentah, belum menjadi bensin premium.
Nah, untuk
dapat dijadikan bensin premium dan untuk menyalurkannya sampai ke SPBU,
diperlukan biaya sekitar Rp 3.019 per liter. Maka, total harga produksi adalah
Rp 4.981 + Rp 3.019 = Rp 8.000 per liter. Kemudian harga bensin premium dijual
kepada masyarakat sebesar Rp 4.500 per liter. Sisanya, Rp 3.500, dibayar oleh
pemerintah sebagai wujud perhatian pemerintah kepada rakyat.
Waktu
penetapan APBN 2012 itu, perkiraan BBM Bersubsidi yang disalurkan sekitar 40
juta kiloliter. Berarti, jika dikalikan dengan harga per liter, totalnya
sekitar Rp 123 Triliun. Ditambah subsidi listrik Rp 45 Triliun dan subsidi yang
lainnya, maka total subsidi menjadi Rp 208 Triliun. Jika minyak mentah dunia
naik 16,66 % dari U$D 90 per barel menjadi rata-rata U$D 105, subsidi energi
meningkat menjadi 230 Triliun, naik sekitar 22 Triliun.
“Kalau kita
paksakan mendanai subsidi Rp 230 triliun dari belanja negara 2012 yang totalnya
Rp 1.435 Triliun, akan semakin berkurang kemampuan kita membangun sarana dan
keperluan lain untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pada akhirnya semakin
sulit kita mewujudkan kesejahteraan rakyat dan memajukan perekonomian negara
kita,” demikian kata Jero Wacik sebagaimana dilansir jppn.com.
Kenaikan Harga Pada Jaman Rasulullah
Dalam hadits Abu Dawud, dikisahkan bahwa pernah terjadi inflasi pada jaman Rasulullah saw.. Anas bin Malik meminta Rasulullah untuk menetapkan harga pokok agar perekonomian stabil.
Dalam hadits Abu Dawud, dikisahkan bahwa pernah terjadi inflasi pada jaman Rasulullah saw.. Anas bin Malik meminta Rasulullah untuk menetapkan harga pokok agar perekonomian stabil.
Namun,
Rasulullah hanya menjawab, “Sesungguhnya, Allah lah yang menguasai, yang
memberi rezeki, yang memudahkan dan yang menetapkan harga”.
“Saya sungguh berharap bertemu dengan Allah
dan tidak seorang pun boleh memintaku untuk melakukan kezaliman dalam persoalan
jiwa dan harta” lanjut Rasulullah.
Jawaban
Rasulullah atas permintaan Anas ini mengajarkan kita untuk berpikir positif,
bermental muslim dan berkeyakinan kuat. Rasulullah sudah memahami bahwa ketika
para pedagang di pasar menaikkan harga dagangannya, berarti ada sesuatu hal
yang mendorongnya untuk melakukan hal itu. Apakah itu kebutuhan keluarga yang
tinggi atau hal lain? Yang pasti, pemahaman yang baik ini menimbulkan reaksi
sikap yang juga baik. Hal ini terlihat dari kalimat Beliau selanjutnya, “Saya
sungguh berharap bertemu dengan Allah dan tidak seorang pun boleh memintaku
untuk melakukan kezaliman dalam persoalan jiwa dan harta”.
Kalimat
tersebut menyiratkan makna bahwa jika Rasulullah menetapkan harga berarti
Rasulullah telah menzalimi pedagang yang menaikkan harga karena hajat tertentu.
Dalam arti, hak pedagang tersebut dirampas jika harga ditetapkan. Sedangkan
Rasulullah tidak mau melakukan kezaliman terhadap jiwa dan harta. Maka, jawaban
ini menyiratkan bahwa biarkanlah harga tetap naik karena ada kebutuhan si
pedagang untuk diri dan keluarganya.
Ajaran lain
dari jawaban Rasulullah tersebut adalah, pada hakikatnya Allah lah yang membuat
keputusan dalam hidup manusia. Oleh karena itu, serahkanlah segala urusan
kehidupan hanya kepada Allah termasuk inflasi yang terjadi. Urusan rezeki mah
Allah yang mengatur. Mau naik harga 100 % pun, jika Allah menyediakan
rezekinya, insya Allah akan terbeli. Sekalipun harga turun, jika rezeki tidak
Allah sediakan mah, ya mau beli pake apa?
Hal ini
menjadi pelecut motivasi hidup bagi kita bahwa urusan rezeki itu tidak usah
melibatkan logika karena rezeki itu terkadang datang dari jalan yang tidak
diduga sebelumnya. Yang pasti adalah, jadilah orang bertakwa yang siap berkerja
menjemput rezeki semampunya dan tetunya dengan ikhlas karena Allah.
Inilah
mentalitas yang Rasulullah ajarkan. Bolehlah harga naik, tapi keyakinan tetap
kokoh bertengger di dalam hati. Keyakinan yang menyatakan bahwa diri kita
sepenuhnya milik Allah. Apapun yang Allah kehendaki terhadap diri kita, pasti
akan terjadi. Selain itu, keyakinan bahwa Allah selalu menjamin rezeki bagi
setiap makhluknya termasuk kita, manusia yang diembani amanah sebagai khalifah
fil ardl dan abdullah.
Allah swt.
berfirman:
وَمَا مِنْ دَآبَّةٍ
فِى الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللهِ رِزْقُهَا وَ يَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَ
مُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِى كِتَابٍ مُّبِيْنٌ
“Dan tidak
ada satu pun makhluk yang ergerak di muka bumi ini kecuali Allah menjamin
rezekinya. Allah mengetahui tempat kediaman (dunia) dan penyimpanannya
(akhirat). Semuanya sudah tertulis dalam kitab yang nyata (lauhul mahfuzh)”. (Q.S. Hud
[11]: 6).
Ayat
tersebut seharusnya membuat kita semakin yakin bahwa rezeki itu pasti ada
karena sudah dijamin oleh Allah. Keadaan apapun, inflasi-deflasi, tidak akan
berpengaruh. Toh rezekinya ada? Kita tidak usah khawatir dengan urusan
rezeki. Serahkan saja kepada Allah sembari menyempurnakan ikhtiar.
BBM Naik,
Jumlah Rakyat Miskin Naik (?)
Asumsi
beberapa kalangan saat ini, jika BBM jadi naik, maka angka kemiskinan akan naik
pula sekitar 11,93 %. Kita tidak bisa membendung laju kemiskinan di negara
“tercinta” ini. Namun, apakah benar inflasi adalah penyebab utama kemiskinan di
negara kita?
Sebenarnya
semakin banyaknya data orang miskin di Indonesia, bukan hanya dipicu oleh
kenaikan harga tetapi yang paling pokok adalah “tikus-tikus” pengerat yang
membengkakkan anggaran negara lalu melipatnya, dan ia masukkan ke kas
pribadinya. Koruptor. Ini dia penyebab terhebat kemiskinan rakyat. Uang rakyat
yang seharusnya disalurkan, eh... malah dicuri.
Jika uang
rakyat sampai kepada rakyat secara utuh tanpa bocor sepeser pun, keadaan
inflasi tidak akan berpengaruh besar terhadap kesejahteraan rakyat. Harga naik,
uang ada untuk membelinya. Imbang kan?
Jadi,
seyogyanya pemerintah jika memang “memaksa” untuk menaikkan harga BBM, ya...
gusur koruptor dan suruh ganti uang rakyat yang mereka makan. Salurkan
bantuan-bantun secara adil dan jujur. Jika hal ini tidak dilakukan, lalu
pemerintah “menganiaya” rakyat dengan menaikkan harga BBM yang berimplikasi
pada naiknya harga-harga di sektor lain, maka jumlah kemiskinan di negeri ini
akan terus merangsak naik. Sungguh naif, negara besar ber-SDA melimpah ruah,
tapi penduduknya miskin. Siapa yang harus disalahkan? Tentunya yang paling
fundamental adalah yang membuat kebijakan publik alias pemerintah. Namun, tetap
saja mental (baca: iman) rakyat pun
menjadi kunci untuk keluar dari garis kemiskinan, miskin hati dan miskin
materi.
Selain itu, bagi umat Islam yang kaya
harta, jangan lupa ada ajaran ibadah sosial yang mesti ditunaikan, yaitu zakat,
infaq, dan shadaqah (ZIS). ZIS inilah yang akan menjadi
“penalang” kebutuhan fakir miskin. Untuk itu, marilah “berbondong-bondong”
menyalurkan harta ke badan amil zakat yang amanah. Dalam hal ini, ayo ber-ZIS
di PZU Unit Cihideung Kota Tasikmalaya sehingga hak-hak mustahik dalam harta
Anda disalurkan dengan semestinya.
Wallāhu a’lam.
Yusuf Awaludin
http://menjadihebat.blogspot.com
seharusnya pemerintah bisa berpikir jernih untuk menaikan BBM, apakah perlu atau tidak, disaat maraknya kasus korupsi yang terjadi. sehingga membuat rakyat ragu apakah benar dana subsidi ini akan dialihkan untuk kesejahteraan rakyat atau tetap masuk ke kantong para koruptor.
BalasHapusDemikianlah pemerintah kita..
BalasHapusKeadilan yang diidamkan rakyat, belum juga terlihat konkret..
Kalaupun BBM itu harus naik, maka kompensasi pun harus juga naik, intensitas bantuan pun harus juga sering..
Jika begitu, seimbang.