Wah... judulnya hot ya kawan-kawan?
Jangan dulu ngeres ah...! He...
Bagi pengantin baru malam pertama
merupakan saat-saat bersejarah yang akan membekas di memori. Ibadah yang
terindah" saat itu akan benar-benar menjadi kenyataan. Perasaan pun campur baur.
Grogi, tegang, sipu-sipu malu, tetapi bahagia mendominasi keadaan hati. Dan, ketika tiba waktunya.... jreng... jreng...!!!
Stop...!!! saya tidak akan mengulas hal
itu. Silahkan saja Anda rasakan sendiri. Bagi yang belum nikah, ayo segera
nikah. Nikah itu indah sangat teman-teman.
Malam pertama yang tertera di judul
tulisan ini, bukan dimaksudkan malam pertama pengantin baru. MP yang dimaksud
adalah MP kami berdua siaran di studio Martha FM Tasikmalaya.
Waktu itu malam jumat, 15 Maret 2012,
pukul 20.00. Kami berangkat ke studio membawa dua lembar buletin. Satu untukku
dan satu untuk istriku. Buletin itu bermateri “Ayo Membaca” karya tanganku (padahal, hakikatnya karya "tangan" Allah). Kemudian
dimodifikasi judulnya menjadi Membaca untuk Kemajuan Diri dan Bangsa.
Awalnya istriku menolak ikut onair.
Gugup katanya. Meskipun pernah menjadi pemateri dalam sebuah Talkshow di STIKES
Bandung, ternyata ia juga gugup menghadapi ratusan listners padahal hanya
mic yang ia hadapi. Namun, setelah dipaksa untuk mencoba, akhirnya ia
memberanikan diri untuk onair bersamaku membahas materi tadi.
Kajian pun saya buka dengan tahmid
sesuai teladan Rasulullah saw. yang membuka khutbah dengan tahmid bukan dengan
salam sebagaimana saat ini terjadi. Selepas salam, saya kenalkan istri saya
kepada listeners.
Awalnya, istri saya tenang menjawab
pertanyaan-pertanyaan saya seputar kegiatan harian, pendidikan, dan lain hal.
Jawabannya mengalir deras karena tidak membutuhkan gagasan atau konsep. Tetapi,
giliran pertanyaannya menyangkut materi yang sedang dibahas, istri saya sedikit
nervoust. Walupun begitu, ia berhasil menguasai keadaan.
Kami menikmati kajian. Saya
menyampaikan gagasan kepada listeners. Bergantian, istri saya pun menyampaikan
gagasannya. Kami silih berganti dan bertukar pengetahuan.
Kurang lebih seperempat jam menuju
ending onair, kami membuka komunikasi dengan martha maniak, panggilan
bagi pendengar Radio Martha FM. Dan, pertanyaan-pertanyaan yang muncul cukup
kompleks. Pertanyaan pertama melalui sms seputar doa tentang mencari pekerjaan.
Istri saya menjawab dengan doa yangmasyhur kita amalkan setiap hari. Doa
tersebut adalah:
“Ya Allah, aku
meminta kepada-Mu (1) ilmu yang bermanfaat, (2) rezeki yang thayib, dan (3)
amal yang diterima”.
Kenapa doa tersebut bisa digunakan bagi
para pencari pekerjaan? Alasan istri saya adalah ada di kalimat wa rizqan
thayyiban, meminta rezeki yang baik. Ini adalah esensi pekerjaan. Mendapat
rezeki. Jadi, layak lah doa ini disampaikan kepada Allah oleh orang-orang yang
mencari pekerjaan pun yang sudah mendapatkan pekerjaan. Dengan maksud agar
rezeki yang didapat adalah rezeki yang baik. Pada akhirnya, hidup pun penuh
kebaikan.
Pertanyaan selanjutnya tentang
bagaimana kiat menumbuhkan minat baca pada anak-anak. Jawaban kami, ada
beberapa hal yaitu (1) menanamkan mindset bahwa membaca itu kebutuhan
layaknya kita butuh akan makanan dan minuman, (2) faktor uswah (teladan)
menjadi suatu kemestian karena menyuruh tanpa contoh si penyuruh akan membuat
yang disuruh ogah melaksanakan suruhan, (3) menciptakan kondisi yang
baik dan membangkitkan gairah membaca misalnya lay out perpustakaan baik
di rumah maupun di sekolah dengan senyaman mungkin, (4) membuat tugas-tugas
yang berkaitan dengan membaca, dan (5) memberi reward bagi anak jika mereka
telah menyelesaikan bacaannya baik reward secara verbal maupun non verbal.
Ada juga pertanyaan listeners
yang berkaitan dengan mudah lupa jika sudah membaca. Kenapa dan harus
bagaimana?
Lupa itu wajar. Tapi, mudah lupa itu
kurang wajar. Nah, lupa dalam membaca pun terkadang kerap terjadi pada seseorang
termasuk pada saya sendiri dan si penanya. Asumsi kami itu bisa terjadi karena
beberapa faktor. Karena suasana hati yang sedang kelabu, karena bacaan terlalu banyak
sedangkan intensitas hanya sekali baca, karena faktor kelelahan, karena tidak
konsentrasi, karena tidak kreatif dalam membaca, atau karena faktor usia yang
sudah senja.
Ada hal menarik dan penting dari Imam
Syafi’i untuk kita ambil pelajaran. Beliau berkata:
شَكَوْتُ إلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي،
فَأرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ المعَاصي. وَأخْبَرَنِي بأَنَّ العِلْمَ نُورٌ، وَنُوْرُ
اللهِ لاَ يُهْدَى لِعَاصٍي
“Aku mengadu kepada
Waqi tentang buruknya hafalanku. Lalu, ia membimbingku untuk meninggalkan
maksiat. Dia pun memberitahukanku bahwasannya ilmu itu cahaya. Sedangkan cahaya
Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.”
Petanyaan lain, mana yang lebih baik antara membaca sepuluh ayat tanpa membaca terjemah dengan membaca satu ayat dengan terjemah?
Istriku, Rahmi Fauzi Rahim, gamblang dan pede menjawab bahwa membaca satu ayat kemudian dipahami arti dan maknanya lebih baik daripada membaca sepuluh ayat. Ini dilandasi dengan hadits berikut:
كَانَ الرَّجُلُ مِنَّا إِذَا تَعَلَّمَ عَشْرَ
آيَاتٍ لَمْ يُجَاوِزْهُنَّ حَتَّى يُعْرَفَ مَعَانِيْهِنَّ
"Seseorang di antara kami, jika telah mempelajari sepuluh ayat al-Quran, ia tidak dulu melanjutkan sebelum makna-maknanya diketahui" .
Hadits tersebut diketengahkan karena ada siratan makna di dalam kata ta'allama (mempelajari). Termasuk ke dalam kategori mempelajari adalah membaca. Dan, memang gerbang sebelum mempelajari al-Quran adalah membaca.
Nah, dengan asumsi ini, kami berpendapat bahwa lebih baik yang membaca dengan memahami arti dan maksud ayat daripada yang tidak meskipun kuantitasnya lebih banyak.
Sebenarnya
masih banyak pertanyaan yang muncul ke layar monitor di studio. Namun, berhubung
waktu sudah mendekati pukul 21.00 WIB, kami harus menyudahi Kajian Islam Malam
(KALAM) saat itu.
Semoga
materi yang disajikan bermanfaat buat semua yang menyimak. Dan, semoga Allah
masih memberikan nikmat-Nya kepada kita sehigga kita masih bisa merasakan
betapa indahnya hidup dberlandaskan Islam.
subhanallah .. toyyib ^_^
BalasHapus