Minggu, 25 Maret 2012

Quranic Motivation

 Al-Quran dan Orang-Orang Hebat
Al-Quran, selain sebagai kitab suci panduan hidup umat Islam, juga sebagai kitab inspirasi bagi para ahli di berbagai bidang. Bagi seorang penulis misalnya, Quran merupakan inspirasi untuk mengembangkan tulisannya agar lebih menarik, motivatif, kreatif, dan menghadirkan kebaikan universal kepada para pembaca.
 
Habiburrahman El Shirazy yang akrab disapa Kang Abik misalnya. Novel-novel hebat yang ia lahirkan dari rahim kecerdasannya merupakan hasil dari tadabbur yang ia lakukan terhadap al-Quran. Al-Quran adalah inspirasi yang menjadikan karyanya luar biasa. Pun menjadikannya sebagai peraih berbagai penghargaan. Di antaranya, (1) Pena Award 2005 sebagai Novelis Terpuji versi FLP, (2) The Most Favourite Booki 2005 versi Majalah Muslimah, (3) IBF Award 2006, (4) Tokoh Perubahan 2007 adri Republika, (5) UNDIP Award 2008 sebagai Novelis No. 1 di Indonesia, (6) Penghargaan Santra Nusantara 2008 dari MASTERA, (7) Penghargaan dari MENPORA, (8) Paramadina Award 2009, dan penghargaan-penghargaan lainnya.

Tak heran jika Udo Yamin Majdi menulis buku dengan judul Quranic Quoteint: Menggali & Melejitkan Potensi Diri Melalui Al-Quran. Apa pasal? Ya... sekali lagi Quran itu bukan saja kitab pedoman hidup, tetapi kitab inspirasi, motivasi dan provokasi kecerdasan, kebaikan dan kebenaran.

Kita flash back ke jaman salaf ash-shalih. Banyak ulama-ulama yang selain paham agama, mereka juga menjadi ahli di bidang-bidang keilmuan. Ada Abu Abdullah Muhammad ibnu Muhammad ibnu Abdullah ibnu Idris Ash-Sharif yang terkenal dengan nama Idris (lahir di Ceuta, Spanyol [1100-1166 M]). Ia adalah ahli geografi, ahli peta bumi yang dilengkapi penggunaan kompas. Idris pernah memberi hadiah globe yang terbuat dari perak untuk raja Roger II dari Sicilia.

Ada juga Ibnu Sina. Orang Barat menyebutnya Aveciena. Ia merupakan ahli dalam bidang kedokteran dan psikologi. Di bidang matematika, ada Al-Khawarijmi yang berhasil menemukan logaritma dan aljabar. Jauh sebelum Galileo, Al-Khawarijmi menyatakan bahwa bumi itu bulat dalam bukunya Shurah Al-Ardl (bentuk bumi).

Selanjutnya ada Ibnu Rusyd yang lebih dikenal dengan nama Averusy. Ia adalah seorang muslim yang ahli fisika, ahli bahasa, dan ahli filsafat Yunani Kuno. Ada juga pelopor bidang optik yang menghasilkan karya fenomenal yaitu kamus optik Al-Manazhir. Beliau adalah Ibnu Al-Haytsam, penemu hukum pemantulan dan pembiasan cahaya jauh sebelum Snellius. Dan, masih banyak para ilmuan muslim yang menjadi ahli di bidang masing-masing. Mereka adalah para penggiat yang lekat dengan al-Quran. Al-Quran menjadi inspirasi keimua mereka. Subhanallah...

Motivasi Al-Quran
Saya ambil sampel tentang hal ini. Dalam al-Quran Surat al’Ashr, Allah mengajarkan manajemen waktu. Seluruh manusia akan merasakan kerugian yang nyata jika tidak bisa mengendalikan waktu. Hanya orang-orang yang cakap waktu lah yang tidak merugi. Siapa? Dalam surat tersebut diungkap ada tiga kelompok, yaitu (1) orang beriman, (2) yang beramal saleh, dan (3) saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran.

Ini merupakan motivasi agar kita tidak terlena dan berleha-leha dengan waktu. Strong point-nya jika kita menghendaki kesuksesan di masa depan (dunia-akhirat), maka masa sekarang, saat ini juga, jangan menyia-nyiakan waktu! Kuasai waktu dan jangan mau dikuasai waktu. Kenapa? Karena sukses itu korelatif dengan pemanfaatan waktu (baca: usaha). Usaha maksimal, hasil maksimal. Usaha minimal, hasil pun ya minimal. Demikian sunnatullah-nya. Kecuali jika seseorang hendak Allah uji dengan hasil di luar harapan. Ini lain hal.

Bagi para penggiat bisnis, ada ayat Allah yang bisa membantu melancarkan usaha Anda. Quran Surat Fathir ayat 29 mengajarkan hal itu:
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka secara diam-diam dan terang-terangan. Mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi”.

Tijāratan lan tabūr dalam ayat tersebut artinya “perdagangan” (dengan tanda petik) yang tidak akan rugi. “Perdagangan” di sini maknanya adalah ibadah. Ibadah dianalogikan sebagai perdagangan dengan Allah. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa “perdagangan” tersebut bisa menjadi wasilah perdagangan di pasar dan tempat-tempat dagang lainnya. Maksudnya, kiat-kiat ibadah sebagaimana dibahas di surat tersebut, bisa saja menjadi kiat untuk membantu melancarkan usaha. Logika sederhananya, orang yang mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah yang disyariatkan, termasuk dalam ayat ini, adalah orang yang mendapat perhatian lebih dari Allah di dunia dan akhirat yang salah satunya adalah dikabulkan niat dan keinginan hatinya. Ingin usahanya lancar dan hasil maksimal, maka Allah mengizinkan. Ingin anak-anak menjadi shalih, Allah izinkan. Ingin rezeki barakah dan melimpah, Allah izinkan.

Selanjutnya, al-Quran memberikan dorongan agar umat Islam menjadi umat yang maju dan berkembang. Kita baca sejarah bahwa selama kurang lebih enam abad, Islam berjaya di muka bumi. Dari segi ekonomi, pendidikan, kesehatan, siyasah, pertahanan, dll., Islam sangat disegani oleh dunia. Menjadi adikuasa di muka bumi tidak lantas membuat umat Islam sewenang-wenang. Justru banyak kaum terjajah menjadi merdeka dan berkebebasan atas bantuan Islam.

Tugas kita saat ini adalah mengembalikan masa keemasan itu. Tidak mudah, tapi tidak usah mempersulit. Yang pasti, tetapkan himmah di hati. Lalu, begeraklah dengan 3M-nya Aa Gym. Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang sederhana, dan mulai dari sekarang juga. Memulai apa? Memulai Berjaya di diri sendiri, di keluarga dan di masyarakat. Insya Allah, otomatis akan terbangun kekuatan mewujudkan himmah tersebut. Allāhu Akbar...!!!

Takwa: Motivasi Tertinggi
Namun, motivasi tertinggi yang disampaikan al-Quran adalah motivasi takwa. Demi target ini, al-Quran menyuruh manusia untuk berkompetisi (baca: bekerjasama) dalam menjemput ampunan dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.

Allah swt. berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (Q.S. Ali Imran [3]: 133!).

Pada akhir ayat tersebut terdapat penegasan bahwa surga itu disediakan hanya untuk orang-orang bertakwa. Korelasinya dengan objek perintah di awal ayat (ampunan dan surga) adalah Allah menyuruh kita agar menjadi orang bertakwa jika memiliki himmah (cita-cita) untuk mendapatkan ampunan dan menjadi penduduk surga.

Selain itu, takwa juga korelatif dengan solusi permasalahan. hidup. Orang bertakwa selalu mendapat jalan keluar ketika masalah menerpanya. Maklum, orang bertakwa kan orang dekatnya Allah? Jadi, wajar toh kalau Allah membantunya untuk memecahkan masalah-masalah hidupnya? Bahkan dalam ayat lain takwa merupakan kiat jitu untuk mendapatkan rezeki tak terkira dan tak disangka (lihat Q.S. ath-Thalaq [65]: 2-3!).

Pembaca yang budiman, sudah kah kita bertakwa? Tidak usah dijawab secara verbal. Mari kita jawab dengan sikap nyata. Jadikan diri kita sebagai muttaqīn, orang-orang bertakwa, orang-orang yang dijanjikan surga.

0 komentar:

Posting Komentar

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...