Al-Quran
dan Orang-Orang Hebat
Al-Quran,
selain sebagai kitab suci panduan hidup umat Islam, juga sebagai kitab
inspirasi bagi para ahli di berbagai bidang. Bagi seorang penulis misalnya,
Quran merupakan inspirasi untuk mengembangkan tulisannya agar lebih menarik,
motivatif, kreatif, dan menghadirkan kebaikan universal kepada para pembaca.
Habiburrahman
El Shirazy yang akrab disapa Kang Abik misalnya. Novel-novel hebat yang ia
lahirkan dari rahim kecerdasannya merupakan hasil dari tadabbur yang ia lakukan
terhadap al-Quran. Al-Quran adalah inspirasi yang menjadikan karyanya luar
biasa. Pun menjadikannya sebagai peraih berbagai penghargaan. Di antaranya, (1)
Pena Award 2005 sebagai Novelis Terpuji versi FLP, (2) The Most Favourite Booki
2005 versi Majalah Muslimah, (3) IBF Award 2006, (4) Tokoh Perubahan 2007 adri
Republika, (5) UNDIP Award 2008 sebagai Novelis No. 1 di Indonesia, (6)
Penghargaan Santra Nusantara 2008 dari MASTERA, (7) Penghargaan dari MENPORA, (8)
Paramadina Award 2009, dan penghargaan-penghargaan lainnya.
Tak
heran jika Udo Yamin Majdi menulis buku dengan judul Quranic Quoteint: Menggali
& Melejitkan Potensi Diri Melalui Al-Quran. Apa pasal? Ya... sekali lagi
Quran itu bukan saja kitab pedoman hidup, tetapi kitab inspirasi, motivasi dan
provokasi kecerdasan, kebaikan dan kebenaran.
Kita flash
back ke jaman salaf ash-shalih. Banyak ulama-ulama yang selain paham
agama, mereka juga menjadi ahli di bidang-bidang keilmuan. Ada Abu Abdullah
Muhammad ibnu Muhammad ibnu Abdullah ibnu Idris Ash-Sharif yang terkenal dengan
nama Idris (lahir di Ceuta, Spanyol [1100-1166 M]). Ia adalah ahli geografi,
ahli peta bumi yang dilengkapi penggunaan kompas. Idris pernah memberi hadiah globe
yang terbuat dari perak untuk raja Roger II dari Sicilia.
Ada
juga Ibnu Sina. Orang Barat menyebutnya Aveciena. Ia merupakan ahli dalam
bidang kedokteran dan psikologi. Di bidang matematika, ada Al-Khawarijmi yang
berhasil menemukan logaritma dan aljabar. Jauh sebelum Galileo, Al-Khawarijmi
menyatakan bahwa bumi itu bulat dalam bukunya Shurah Al-Ardl (bentuk
bumi).
Selanjutnya
ada Ibnu Rusyd yang lebih dikenal dengan nama Averusy. Ia adalah seorang muslim
yang ahli fisika, ahli bahasa, dan ahli filsafat Yunani Kuno. Ada juga pelopor
bidang optik yang menghasilkan karya fenomenal yaitu kamus optik Al-Manazhir.
Beliau adalah Ibnu Al-Haytsam, penemu hukum pemantulan dan pembiasan cahaya
jauh sebelum Snellius. Dan, masih banyak para ilmuan muslim yang menjadi ahli
di bidang masing-masing. Mereka adalah para penggiat yang lekat dengan
al-Quran. Al-Quran menjadi inspirasi keimua mereka. Subhanallah...
Motivasi
Al-Quran
Saya
ambil sampel tentang hal ini. Dalam al-Quran Surat al’Ashr, Allah mengajarkan
manajemen waktu. Seluruh manusia akan merasakan kerugian yang nyata jika tidak
bisa mengendalikan waktu. Hanya orang-orang yang cakap waktu lah yang tidak
merugi. Siapa? Dalam surat tersebut diungkap ada tiga kelompok, yaitu (1) orang
beriman, (2) yang beramal saleh, dan (3) saling menasehati dalam kebaikan dan
kesabaran.
Ini
merupakan motivasi agar kita tidak terlena dan berleha-leha dengan waktu. Strong
point-nya jika kita menghendaki kesuksesan di masa depan (dunia-akhirat),
maka masa sekarang, saat ini juga, jangan menyia-nyiakan waktu! Kuasai waktu
dan jangan mau dikuasai waktu. Kenapa? Karena sukses itu korelatif dengan pemanfaatan
waktu (baca: usaha). Usaha maksimal, hasil maksimal. Usaha minimal, hasil pun
ya minimal. Demikian sunnatullah-nya. Kecuali jika seseorang hendak
Allah uji dengan hasil di luar harapan. Ini lain hal.
Bagi
para penggiat bisnis, ada ayat Allah yang bisa membantu melancarkan usaha Anda.
Quran Surat Fathir ayat 29 mengajarkan hal itu:
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ
كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا
وَعَلانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab
Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka secara diam-diam dan terang-terangan. Mereka itu
mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi”.
Tijāratan
lan tabūr dalam ayat tersebut artinya “perdagangan” (dengan
tanda petik) yang tidak akan rugi. “Perdagangan” di sini maknanya adalah
ibadah. Ibadah dianalogikan sebagai perdagangan dengan Allah. Tetapi tidak
menutup kemungkinan bahwa “perdagangan” tersebut bisa menjadi wasilah
perdagangan di pasar dan tempat-tempat dagang lainnya. Maksudnya, kiat-kiat
ibadah sebagaimana dibahas di surat tersebut, bisa saja menjadi kiat untuk
membantu melancarkan usaha. Logika sederhananya, orang yang mendekatkan diri
kepada Allah melalui ibadah yang disyariatkan, termasuk dalam ayat ini, adalah
orang yang mendapat perhatian lebih dari Allah di dunia dan akhirat yang salah
satunya adalah dikabulkan niat dan keinginan hatinya. Ingin usahanya lancar dan
hasil maksimal, maka Allah mengizinkan. Ingin anak-anak menjadi shalih, Allah
izinkan. Ingin rezeki barakah dan melimpah, Allah izinkan.
Selanjutnya,
al-Quran memberikan dorongan agar umat Islam menjadi umat yang maju dan
berkembang. Kita baca sejarah bahwa selama kurang lebih enam abad, Islam
berjaya di muka bumi. Dari segi ekonomi, pendidikan, kesehatan, siyasah,
pertahanan, dll., Islam sangat disegani oleh dunia. Menjadi adikuasa di muka
bumi tidak lantas membuat umat Islam sewenang-wenang. Justru banyak kaum
terjajah menjadi merdeka dan berkebebasan atas bantuan Islam.
Tugas
kita saat ini adalah mengembalikan masa keemasan itu. Tidak mudah, tapi tidak
usah mempersulit. Yang pasti, tetapkan himmah di hati. Lalu, begeraklah
dengan 3M-nya Aa Gym. Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang sederhana, dan
mulai dari sekarang juga. Memulai apa? Memulai Berjaya di diri sendiri, di
keluarga dan di masyarakat. Insya Allah, otomatis akan terbangun kekuatan
mewujudkan himmah tersebut. Allāhu Akbar...!!!
Takwa:
Motivasi Tertinggi
Namun,
motivasi tertinggi yang disampaikan al-Quran adalah motivasi takwa. Demi target
ini, al-Quran menyuruh manusia untuk berkompetisi (baca: bekerjasama) dalam
menjemput ampunan dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
Allah
swt. berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَى
مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ
لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa”. (Q.S.
Ali Imran [3]: 133!).
Pada
akhir ayat tersebut terdapat penegasan bahwa surga itu disediakan hanya untuk
orang-orang bertakwa. Korelasinya dengan objek perintah di awal ayat (ampunan
dan surga) adalah Allah menyuruh kita agar menjadi orang bertakwa jika memiliki
himmah (cita-cita) untuk mendapatkan ampunan dan menjadi penduduk surga.
Selain
itu, takwa juga korelatif dengan solusi permasalahan. hidup. Orang bertakwa
selalu mendapat jalan keluar ketika masalah menerpanya. Maklum, orang bertakwa
kan orang dekatnya Allah? Jadi, wajar toh kalau Allah membantunya untuk memecahkan
masalah-masalah hidupnya? Bahkan dalam ayat lain takwa merupakan kiat jitu
untuk mendapatkan rezeki tak terkira dan tak disangka (lihat Q.S. ath-Thalaq
[65]: 2-3!).
Pembaca
yang budiman, sudah kah kita bertakwa? Tidak usah dijawab secara verbal. Mari
kita jawab dengan sikap nyata. Jadikan diri kita sebagai muttaqīn,
orang-orang bertakwa, orang-orang yang dijanjikan surga.
0 komentar:
Posting Komentar
Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...