Siang itu,
selepas mengajar, aku menjemput istriku di Silaturahmi Daerah (Silatda) I
Pemudi Persis Kota Tasikmalaya. Kegiatan yang ditemai dengan “Membangun
Kebersamaan dalam Membina Ukhuwah” menyelenggarakan perlombaan, bazar, dan
lain-lain. Dan, istriku ikut andil dalam perlombaan tahfizh Quran.
Sebelum aku dan
istri pulang, kusempatkan melihat-lihat bazaar dan perlombaan yang sedang
berlangsung. Ada kang Toni yang mangkal dengan jajakan baksonya. Aku pun mencicipi
baksonya yang lumayan enak satu porsi saja. Harganya murah untuk ukuran bakso
enak. Rp 6.000. Dijual dengan harga sahabat, jadi Rp 5.000. hm, Alhamdulillah...
Lagi enak-enaknya
makan bakso, aku melihat ada buku Ar-Risalah karangan Ustadz Nashruddin Syarief.
Masih segel ternyata. Aku pun hanya membaca komentar-komentar para tokoh yang menyiratkan
konsensus tak langsung bahwa buku tersebut hebat dan bermanfaat bagi umat.
Salah satu
komentar yang membuatku menarik datang dari seorang Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda
Persis, Ustadz Tiar Anwar Bachtiar. Komentarnya begini, “Suatu karya tidak
selalu lahir karena ide brilian dan otak cemerlang, tetapi juga karena
ketekunan. Seringkali karena ketekunan pula hal yang biasa menjadi luar biasa”.
Kalimat padat nan sarat makna di dalamnya. Ketekuanan. Itu dia kata kunci yang
mutakhir.
Ada pantun motivasi
dari negeri kepulauan Indonesia. Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke
tepian; bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Demikian bunyi pantun
tersebut. Ini pula salah satu hal yang perlu diinternalisasikan di dalam diri
kita. Bahwa, jika kita ingin memeroleh sesuatu atau mewujudkan cita-cita dan
harapan, maka ketekunan menjadi harga mati. Walaupun awalnya bersakit-sakit,
tetapi jika tekun menjalani ikhtiar, maka bersenang-senang akan dirasakan di kemudian.
Jika merujuk pada
pepatah Arab, ada kalimat singkat seperti berikut:
مَنْ جَدَّ وَجَدَ
“Siapa yang bersungguh-sungguh, pasti ia dapat”
Pepatah ini un
mengajarkan ketekunan dalam mengusahakan sesuatu. Maka, hasilnya adalah wajada,
mendapatkan sesuatu yang diharapkan.
Bagiku, ada obsesi
yang saat ini sedang diikhtiarkan. Aku ingin mampu berdakwah via tulisan. Yupz,
via tulisan. Dalam hal ini adalah buku. Bahasa lempengnya aku berobsesi untuk
menjadi seorang penulis buku. Tentunya buku yang bermanfaat dan berpengaruh di
jagat ilmu. Dan, setelah membaca komentar dari Ustadz Tiar dalam buku
Ar-Risalah karya Ustadz Nashruddin Syarief itu, semangat menulisku kambuh lagi.
Termasuk semangat mengurus blog yang kubuat sejak tahun 2009 silam.
Sedikit demi
sedikit, lama-lama menjadi bukit. Aku yakin, dengan setiap hari membuat tulisan
biasa dan sederhana, lama-lama tulisanku yang b iasa dan sederhana ini akan
menjadi tulisan yang hebat dan luar biasa. Tidak berlebaihan kan jika aku
memiliki keyakinan seperti ini? Hm, insya Allah tidak ya, kawan?
Kepadamu juga aku
mengajak, jika kamu memiliki obsesi, ayo tekunlah dalam mengusahakannya. Patah arang
bukanlah sikap para pemenang. Pustus asa bukanlah sikap para pejuang. Nanti jika
sudah ada di titik puncak perjuangan, barulah kamu boleh merasa senang. Tetapi ingat
pula bahwa syukur adalah sikap utama dalam menyikapi kejayaan dan sabar
merupakan sikap terbaik ketika ujian melanda.
Salam Semangka...!!!
Semangat Berkarya...!!!
0 komentar:
Posting Komentar
Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...