Selasa, 10 Januari 2012

Umat Rasulullah Masuk Neraka (?)

Setiap orang memiliki hasrat untuk masuk surga. Adanya agama-agama, termasuk Islam yang hak benarnya, merupakan cara manusia untuk mendapatkan kebahagiaan sejati itu. Namun, dari berbagai cara hidup yang dilakukan manusia, cara hidup Islam lah yang pasti mengantarkan manusia menuju surga yang kekal nan abadi. Maka, berbahagialah jika Anda saat ini berada dalam dīnullāh (Islam).


Tetapi tidak setiap yang Islam masuk surga. Ternyata ada orang Islam yang berbondong-bondong masuk neraka. Siapakah mereka itu? Menurut keterangan yang sahih, orang Islam (baca: umat Rasulullah) yang masuk neraka adalah yang bermaksiat kepada Rasulullah saw.. Dalam arti tidak menjalankan sunnah, malah mengadakan peribadahan yang tidak Rasulullah teladankan yang lebih dikenal dengan istilah bid’ah. Ahli bid’ah. Itu dia penduduk neraka di kalangan umat Rasulullah.

Apakah Bid’ah itu?
Sering kiranya Anda mendengar kata bid’ah dari para muballigh. Namun, tahukah Anda apa itu bid’ah?

Secara bahasa bid’ah berarti:
مَااُحْدِثَ لاَ عَلىَ مِثَالٍ سَابِقٍ 
“Suatu hal baru diadakan tidak berdasarkan contoh sebelumnya”

Adapun definisi bid’ah secara istilah adalah:
أَلأَمْرُ الْمُحْدَثُ فِى الدِّيْنِ عَقِيْدَةً أَوْ عِبَادَةً أَوْ صِفَةً لِلْعِبَادَةِ لَمْ يَكُنْ عَلَيْهَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
“Urusan yang diada-adakan dalam agama, baik berupa aqidah, ibadah, atau sifat ibadah yang tidak terjadi pada jaman Rasulullah saw.

Jadi, jelas bahwa bid’ah itu adalah produk generasi setelah Rasulullah dan para sahabat yang tidak pernah diperintahkan (qaul), dicontohkan (fi’il) dan disetujui (takrir) oleh Rasulullah saw.

Dalil-Dalil Ahli Bid’ah Masuk Neraka
Lalu, apa dasar bahwa ahli bid’ah itu ditempatkan di neraka? Dalilnya ada dua macam, yaitu dalil ‘aqliy dan dalil naqliy.

Dalil ‘Aqliy
Dalil ‘aqliy atau petunjuk rasionalitas tentang hal ini (umat Rasulullah masuk neraka) seperti tergambar dalam ilustrasi berikut. Misalnya Anda adalah pemilik perusahaan dan memiliki beberapa karyawan. Anda membuat aturan di perusahaan Anda. Salah satunya tentang disiplin waktu untuk seluruh karyawan. Taruh lah, mulai kerja pukul 08.00 dan pulang kerja pukul 16.00.

Dalam perjalanannya ada karyawan yang masuk dan pulang kerja seenaknya saja. Tidak menaati aturan yang Anda buat. Pertanyaan saya adalah, apakah Anda merasa nyaman dengan karyawan itu? Apakah Anda akan membiarkannya bertingkah seperti itu terus?

Saya kira Anda akan marah besar. Kenapa? Ya, logis. Aturan dilanggar, perusahaan pun ikut terkena imbas (rugi). Siapa pengusaha yang ingin rugi? Justru ia mendirikan perusahaan karena ingin mendapatkan keuntungan secara materi maupun imateri. Dengan materi (baca: uang), ia bisa beribadah kepada Allah. Berangkat haji, dengan uang. Perlengkapan shalat, dengan uang. Zakat, dengan uang pula. Pada akhirnya keuntungan imateri (tenang, nyaman, damai, bahagia) pun didapat.

Lantas, apa tindakan Anda kepada karyawan yang “bermaksiat” kepada Anda? Jika ditegur tidak juga sadar dan kembalike “track” sebagai karyawan, maka Anda pasti akan memberhentikannya. Kehadirannya justru akan menjadi parasut perusahaan. Ada tapi tidak berdayaguna. Malah menjatuhkan perusahaan.

Demikian dalil aqliy, kenapa ada “karyawan” Rasulullah yang dipecat dari “perusahaan” surga? Maka, jangan sekali-kali kita berani melanggar syariat...! Taat saja kepada Allah dan Rasulullah! Itulah kunci selamat dari “pemecatan” dari pengakuan sebagai umat oleh Rasulullah.

Dalil Naqliy
Untuk lebih jelas dan lugas, kita perhatikan dalil naqliy berikut:
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
Siapa yang membuat hal baru dalam ajaran agama kami apa yang bukan bagian darinya, maka perbuatannya itu tertolak” (H.R. Muttafaq ‘Alaih).

            Sebelum Rasulullah berkhutbah, Rasul memuji dan menyanjung Allah swt., kemudian bersabda:
مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِىَ لَهُ إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْىِ هَد ْىُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الأُمُو رِ مُحْدَثَا تُهَا و َكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ
“Barangsiapa yang ditunjuki Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Barangsiapa yang disesatkan-Nya maka tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepadanya. Sesungguhnya sebenar-benarnya perkataan adalah Kitab Allah dan sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Muhammad saw. dan seburuk-buruknya perkara adalah yang diada-adakan dan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan dari neraka.” (H.R. an-Nasaiy).

Tidak perlu dijelaskan panjang lebar. Kesimpulannya adalah melakukan peribadahan yang sama sekali tidak dilegitimasi oleh nash (dalil teks Quran dan hadits sahih) merupakan bentuk maksiat kepada Allah dan Rasulullah. Karena bermaksiat dan tidak bertobat, gamblang Rasul menyebutkan bahwa neraka adalah bagiannya. Na’ūdzu billāhi min dzālik.

Kiat Agar Menjadi Umat yang Selamat
            Dari hal-hal sebagaimana dibahas di muka, hanya satu kunci agar amal kita diterima oleh Allah swt.. Kuncinya adalah beramallah berdasarkan petunjuk Rasulullah baik berupa perkataan, perbuatan maupun persetujuannya. Taat. Demikian simpulan tegasnya. Dan, untuk bisa taat, pelajarilah seluk beluk tentang Islam. Carilah ilmu seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Taat = ilmu+amal.
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ : مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali yang tidak mau. Para sahabat bertanya, ‘Siapakah yang tidak mau itu, Rasulullah?’. Rasulullah menjawab, ‘Siapa yang taat kepadaku, ia masuk surga; dan siapa yang bermaksiat kepadaku, dia lah yang tidak tidak mau masuk surga’.” (H.R. Bukhari).

0 komentar:

Posting Komentar

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...