Setiap orang memiliki hasrat untuk masuk surga. Adanya agama-agama,
termasuk Islam yang hak benarnya, merupakan cara manusia untuk mendapatkan
kebahagiaan sejati itu. Namun, dari berbagai cara hidup yang dilakukan manusia,
cara hidup Islam lah yang pasti mengantarkan manusia menuju surga yang kekal
nan abadi. Maka, berbahagialah jika Anda saat ini berada dalam dīnullāh
(Islam).
Tetapi tidak setiap yang Islam masuk surga. Ternyata ada
orang Islam yang berbondong-bondong masuk neraka. Siapakah mereka itu? Menurut keterangan
yang sahih, orang Islam (baca: umat Rasulullah) yang masuk neraka adalah yang
bermaksiat kepada Rasulullah saw.. Dalam arti tidak menjalankan sunnah, malah mengadakan
peribadahan yang tidak Rasulullah teladankan yang lebih dikenal dengan istilah
bid’ah. Ahli bid’ah. Itu dia penduduk neraka di kalangan umat Rasulullah.
Apakah Bid’ah itu?
Sering kiranya Anda mendengar kata bid’ah dari para
muballigh. Namun, tahukah Anda apa itu bid’ah?
Secara bahasa bid’ah berarti:
مَااُحْدِثَ لاَ عَلىَ مِثَالٍ
سَابِقٍ
“Suatu hal baru diadakan tidak berdasarkan contoh
sebelumnya”
Adapun definisi bid’ah secara istilah adalah:
أَلأَمْرُ الْمُحْدَثُ فِى الدِّيْنِ عَقِيْدَةً أَوْ عِبَادَةً أَوْ
صِفَةً لِلْعِبَادَةِ لَمْ يَكُنْ عَلَيْهَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم
“Urusan yang diada-adakan dalam agama, baik berupa aqidah, ibadah,
atau sifat ibadah yang tidak terjadi pada jaman Rasulullah saw.”
Jadi,
jelas bahwa bid’ah itu adalah produk generasi setelah Rasulullah dan para
sahabat yang tidak pernah diperintahkan (qaul), dicontohkan (fi’il)
dan disetujui (takrir) oleh Rasulullah saw.
Dalil-Dalil
Ahli Bid’ah Masuk Neraka
Lalu, apa dasar bahwa ahli bid’ah itu ditempatkan di
neraka? Dalilnya ada dua macam, yaitu dalil ‘aqliy dan dalil naqliy.
Dalil ‘Aqliy
Dalil ‘aqliy atau petunjuk rasionalitas tentang hal ini (umat
Rasulullah masuk neraka) seperti tergambar dalam ilustrasi berikut. Misalnya Anda
adalah pemilik perusahaan dan memiliki beberapa karyawan. Anda membuat aturan di
perusahaan Anda. Salah satunya tentang disiplin waktu untuk seluruh karyawan. Taruh
lah, mulai kerja pukul 08.00 dan pulang kerja pukul 16.00.
Dalam perjalanannya ada karyawan yang masuk dan pulang
kerja seenaknya saja. Tidak menaati aturan yang Anda buat. Pertanyaan saya
adalah, apakah Anda merasa nyaman dengan karyawan itu? Apakah Anda akan
membiarkannya bertingkah seperti itu terus?
Saya kira Anda akan marah besar. Kenapa? Ya, logis. Aturan
dilanggar, perusahaan pun ikut terkena imbas (rugi). Siapa pengusaha yang ingin
rugi? Justru ia mendirikan perusahaan karena ingin mendapatkan keuntungan
secara materi maupun imateri. Dengan materi (baca: uang), ia bisa beribadah
kepada Allah. Berangkat haji, dengan uang. Perlengkapan shalat, dengan uang. Zakat,
dengan uang pula. Pada akhirnya keuntungan imateri (tenang, nyaman, damai,
bahagia) pun didapat.
Lantas, apa tindakan Anda kepada karyawan yang “bermaksiat”
kepada Anda? Jika ditegur tidak juga sadar dan kembalike “track” sebagai
karyawan, maka Anda pasti akan memberhentikannya. Kehadirannya justru akan
menjadi parasut perusahaan. Ada tapi tidak berdayaguna. Malah menjatuhkan
perusahaan.
Demikian dalil aqliy, kenapa ada “karyawan”
Rasulullah yang dipecat dari “perusahaan” surga? Maka, jangan sekali-kali kita
berani melanggar syariat...! Taat saja kepada Allah dan Rasulullah! Itulah
kunci selamat dari “pemecatan” dari pengakuan sebagai umat oleh Rasulullah.
Dalil Naqliy
Untuk lebih jelas dan lugas, kita perhatikan dalil
naqliy berikut:
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Siapa yang membuat hal baru dalam ajaran agama kami apa yang bukan bagian darinya, maka
perbuatannya itu tertolak” (H.R. Muttafaq ‘Alaih).
Sebelum
Rasulullah berkhutbah, Rasul memuji dan menyanjung Allah swt., kemudian
bersabda:
مَنْ يَهْدِهِ
اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِىَ لَهُ إِنَّ أَصْدَقَ
الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْىِ هَد ْىُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ
الأُمُو رِ مُحْدَثَا تُهَا و َكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ
“Barangsiapa
yang ditunjuki Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Barangsiapa yang
disesatkan-Nya maka tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepadanya. Sesungguhnya
sebenar-benarnya perkataan adalah Kitab Allah dan sebaik-baiknya petunjuk
adalah petunjuk Muhammad saw. dan seburuk-buruknya perkara adalah yang
diada-adakan dan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah
adalah sesat dan setiap kesesatan dari neraka.” (H.R. an-Nasaiy).
Tidak
perlu dijelaskan panjang lebar. Kesimpulannya adalah melakukan peribadahan yang
sama sekali tidak dilegitimasi oleh nash (dalil teks Quran dan hadits
sahih) merupakan bentuk maksiat kepada Allah dan Rasulullah. Karena bermaksiat dan
tidak bertobat, gamblang Rasul menyebutkan bahwa neraka adalah bagiannya. Na’ūdzu
billāhi min dzālik.
Kiat Agar Menjadi
Umat yang Selamat
Dari hal-hal sebagaimana dibahas di
muka, hanya satu kunci agar amal kita diterima oleh Allah swt.. Kuncinya adalah
beramallah berdasarkan petunjuk Rasulullah baik berupa perkataan, perbuatan
maupun persetujuannya. Taat. Demikian simpulan tegasnya. Dan, untuk bisa taat,
pelajarilah seluk beluk tentang Islam. Carilah ilmu seluas-luasnya dan
sedalam-dalamnya. Taat = ilmu+amal.
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى
قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ : مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ
الْجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“Seluruh umatku
akan masuk surga, kecuali yang tidak mau. Para sahabat bertanya, ‘Siapakah yang
tidak mau itu, Rasulullah?’. Rasulullah menjawab, ‘Siapa yang taat kepadaku, ia
masuk surga; dan siapa yang bermaksiat kepadaku, dia lah yang tidak tidak mau
masuk surga’.” (H.R. Bukhari).
0 komentar:
Posting Komentar
Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...