Minggu, 01 Januari 2012

Mengawali Tahun yang Baru: Perubahan itu Niscaya

Hukum Perubahan
Kita mulai dari firman Allah swt.:
إِنَّ اللهَ لاَيُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ  حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mrubah suatu kaum sehingga mereka merubah diri  mereka sendiri” (Q.S. ar-Ra’du [13]: 11).
 
Ayat tersebut menjelaskan hukum perubahan. Jika ingin merubah keadaan atau nasib di masa depan, maka merubah keadaan diri saat ini adalah niscaya. Albert Einstein mengatakan bahwa orang gila adalah mereka yang ingin perubahan di masa depan tetapi perbuatannya hari ini tidak berbeda dengan kemarin.

Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ
“Siapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka dialah orang beruntung. Siapa yang hari ini sam dengan hari kemarin, maka dialah orang tertipu. Siapa yang hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka dialah orang yang terlaknat”.

Perubahan itu mesti dan niscaya. Sesuatu yang stagnan lebih cenderung hilang ditelan jaman. Sementara yang lain melakukan inovasi pada bisnisnya, ia malah diam di tempat tidak melakukan lompatan apapun, maka bisnisnya bisa dipastikan akan berhenti.

Seperti halnya air. Air yang tidak mengalir merupakan sarang nyaman bagi bakteri dan kuman-kuman jahat. Warnanya pun akan berubah menjadi hijau. Pertanda bakteri dan kuman sudah mendiami rumah barunya itu. Begitu pun dengan diri kita. Jika tidak mengalir melakukan perubahan, maka yang ada adalah diri kita dihinggapi “kuman” dan “bakteri” kesuksesan. Alhasil, sukses yang diharapkan hanya sebuah harapan yang disangsikan perwujudannya.

Objek Perubahan
Lalu, apa yang harus dirubah? Banyak. Kita bahas tiga saja.

Pertama, wawasan dan ilmu. Sudah menjadi tradisi bahwa salah satu penyokong kesuksesan adalah berwawasan dan berilmu sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Berbisnis dengan ilmu itu lebih mengutungkan ketimbang berbisnis apa adanya kita. Membangun rumah dengan ilmu hasilnya lebih indah dan lebih efektif pula budget-nya. Apappun, dengan ilmu akan mudah diraih. Ini pasti!

Kedua, sikap. Merubah malas menjadi semangat, sangat penting. Merubah bodoh menjadi pintar dan cerdas, sangat penitng. Merubah pelit menjadi dermawan, sangat mesti. Jika kamu selalu bangun kesiangan, mulai saat ini bangun harus di awal waktu. Jika kamu saat ini ketergantungan kepada orang tua, menjadi mandiri dan berdikari adalah sikap hebat. Intinya, lakukan perubahan dalam sikap dan perilaku. Sikap dan perilaku yang baik selalu menghadirkan sesuatu yang baik.

Ketiga, ibadah. Yupz, tepat. Ibadah perlu perubahan. Seperti disurat dalam hadits Rasulullah di muka, ada tiga tipe orang dalam amliah hariannya. Yaitu (1) rabih, orang yang beruntung karena kualitas dan kuantitas amalnya lebih baik dari sebelumnya, (2) maghbun, orang yang tertipu karena kualitas dan kuantitas amlanya tidak lebih baik dari sebelumnya, stagnan; dan (3) mal’un, orang terlaknat karena amal-amalnya hari ini lebih buruk.

Jadi, kesimpulannya adalah orang yang mau merubah nasib seharusnya ia merubah keadaan diri saat ini yang mencakup tiga aspek tadi, yaitu ilmu, sikap dan ibadah. Sejatinya, perubahan yang sudah dilakukan akan mengantarkan pelakunya ke lembah kesuksesan dan kebahagiaan.

Salam perubahan...!!!

0 komentar:

Posting Komentar

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...