Salah satu penyebab pertengkaran bahkan
keretakan rumah tangga adalah adanya missed communication (MC) alias
salah paham. Ketidakmampuan memahami kondisi, sikap atau perkataan bisa saja berujung
pada pertengkaran kecil. Jika hal ini terjadi dan salah paham pun terus ada, bisa
saja pertengkaran kecil ini akan membesar. Pada akhirnya tak jarang perceraian
datang karena hal ini. Salah paham.
Lalu, ketika dalam rumah tangga itu terlanjur
salah memahami kondisi, sikap atau perkataan, apa yang harus dilakukan?
Nah, kawan, di sini kita harus memiliki
inisiatif untuk mengalah. Mengalah untuk memenangkan pertarungan dengan setan. Pada
dasarnya masalah rumah tangga yang cukup ruwet itu dipromotori oleh setan la’natullah
‘alaih. Inilah yang menjadi perjuangan besar. Mengalah itu tidak segampang yang
diucapkan selama keegoisan diri tetap melekat di hati. Mengalah itu benar-benar
membutuhkan keikhlasan diri. Ikhlas muncul karena kesadaran bahwa tidak ada
gunanya memasalahkan suatu hal yang sebenarnya tidak usah jadi masalah. Cukup jadi
bumbu rumah tangga saja.
Untuk bisa mewujudkan hal ini, saya
punya ide. Bagaimana kalau masalah sudah terjadi karena MC, stop komunikasi sementara
waktu. Ingat, sementara waktu. Ya... paling satu hari lah. Setelah itu, baru
buka komunikasi. Jika masih saja ada masalah. Tambah waktunya tenang komunikasi
satu hari lagi. Demikian seterusnya.
Gunakan waktu tenang komunikasi ini
untuk bertafakur dan bermuhasabah. Bukan untuk mengingat-ingat masalah. Jika digunakan
untuk terus memikirkan masalah apalagi sampai mengingat-ingat kekurangan pasangan,
wah... sepertinya masalah akan semakin besar. Ini hanya ide saya. Jika tidak
sepakat bisa Anda koment di sini.
Kenapa ide saya seperti ini? Menghentikan
komunikasi sementara waktu? Alasannya, ketika api disulut lalau disiram oleh
api, yang ada adalah api akan membesar. Pisahkan “api” di pasangan dan “api” di
diri kita. Lalu, siram dengan tafakur muhasabah. Setelah itu, munculkan
kesadaran diri dan tanyakan, “Apakah ada manfaat dari pertengkaran ini?”
Biarkan kesadaranmu menjawab bukan hawa nafsu. Sekali lagi kesadaran yang
menjawab.
Saya yakin, jawabannya TIDAK. Ya... sebenarnya
tidak ada guna sedikitpun dari pertengkaran yang terjadi. Coba pikirkan lagi
secara jernih. Tidak ada guna sedikitpun daripertengkaran dalam rumah tangga.
Setelah ada jawaban dan “api” di suami
atau istri padam dan “api” diri kita pun redup, ayo siapa yang berani mengawali
komunikasi? Ingat kawan, ada hadits Rasulullah saw.:
لاَ يَحِلُّ
لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَلْتَقِيَانِ
فَيُعْرِضُ هذَا وَ يُعْرِضُ هذَا وَخَيْرُهُمَا الَّذِيْ يَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ
“Tidak halal bagi
seorang muslim untuk memusuhi saudaranya lebih dari tiga malam. Ketika keduanya
bertemu, yang satu berpaling ke sini, yang satu lagi berpaling ke sana. Dan,
yang terbaik di antara keduanya adalah yang paling dulu menguicapkan salam.” (H.R. Muttafaq ‘Alaih).
Lebih
bagus lagi, setelah salam kita mengawali dengan permohonan maaf atas yang
terjadi. Berangkatlah dari rasa bersalah karena tidak mampu mengendalikan diri
dan keadaan. Di sini kita jangan merasa peling benar. Tujuannya kan mau islah,
mau damai, mau selesai masalah? Ya… kalau dua-duanya merasa “Aku yang benar, kamu
yang salah” , saya kira tidak akan ditemukan solusi.
Nah,
dalam komunikasi ini kedua pihak boleh mengungkapkan aspirasinya kepada
masing-masing. Tetapi alangkah baiknya, untuk saat itu tidak dulu. Dikhawatirkan
api tersulut lagi. Sekarang mah waktunya untuk bermaaf-maafan. Untuk saling
megikhlaskan. Bukan adu aspirasi. Ahsan jika kita benar-benar melupakan
kejadian itu. Tidak membahasnya lagi. Bagusnya, baca, pelajari dan perbaiki
kesalahan dan kekliruan.
***
Dear
my wife my beloved,
Abi
bukanlah nabi, Abi hanyalah manusia biasa yang tidak pernah luput dari salah
dan lupa…
Ketika
Abi terjebak dalam kesalahan dalam memahami kondisi, sikap dan ucapan, mohon ingatkan
Abi…
Abi
tidak ingin rumah tangga kita menjadi bulan-bulanan setan…
Abi
tidak mau rumah tangga kita menjadi sarang keburukan, dosa dan kemaksiatan…
Maafkan
Abi yang selama ini kurang bisa memahamimu…
Maafkan
Abi jika selama ini belum bisa menjadi andalanmu…
Maafkan
Abi ketika Abi belum mampu menjadi imam yang baik…
Maafkan
Abi bila Abi belum seperti yang Umi harapkan…
Maafkan
Abi karena Abi bukanlah orang yang sempurna…
Satu
yang Abi haturkan, Abi siap berjuang demi kebahagiaanmu dan Sang Genarasi kita…
Maka,
arahkan Abi ketika tersalah…
Luruskan
Abi jika out of track…
Abi
imammu, Engkau ma’mumku…
Imam
diluruskan dan disempurnakan, ma’mum mengikuti selama imam benar…
Ketahuilah
Umi, sesungguhnya Abi mencintaimu karena Allah dan di jalan Allah…
Ingat
selogan kita, “Saya Yusuf Awaludin… Saya Rahmi Fauzi Rahim... Kami adalah
keluarga SAMARA Sepanjang Masa…!!!”
0 komentar:
Posting Komentar
Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...