Sabtu, 18 Februari 2012

Hati-Hati dengan Missed Communication


Salah satu penyebab pertengkaran bahkan keretakan rumah tangga adalah adanya missed communication (MC) alias salah paham. Ketidakmampuan memahami kondisi, sikap atau perkataan bisa saja berujung pada pertengkaran kecil. Jika hal ini terjadi dan salah paham pun terus ada, bisa saja pertengkaran kecil ini akan membesar. Pada akhirnya tak jarang perceraian datang karena hal ini. Salah paham.

Lalu, ketika dalam rumah tangga itu terlanjur salah memahami kondisi, sikap atau perkataan, apa yang harus dilakukan?

Nah, kawan, di sini kita harus memiliki inisiatif untuk mengalah. Mengalah untuk memenangkan pertarungan dengan setan. Pada dasarnya masalah rumah tangga yang cukup ruwet itu dipromotori oleh setan la’natullah ‘alaih. Inilah yang menjadi perjuangan besar. Mengalah itu tidak segampang yang diucapkan selama keegoisan diri tetap melekat di hati. Mengalah itu benar-benar membutuhkan keikhlasan diri. Ikhlas muncul karena kesadaran bahwa tidak ada gunanya memasalahkan suatu hal yang sebenarnya tidak usah jadi masalah. Cukup jadi bumbu rumah tangga saja.

Untuk bisa mewujudkan hal ini, saya punya ide. Bagaimana kalau masalah sudah terjadi karena MC, stop komunikasi sementara waktu. Ingat, sementara waktu. Ya... paling satu hari lah. Setelah itu, baru buka komunikasi. Jika masih saja ada masalah. Tambah waktunya tenang komunikasi satu hari lagi. Demikian seterusnya.

Gunakan waktu tenang komunikasi ini untuk bertafakur dan bermuhasabah. Bukan untuk mengingat-ingat masalah. Jika digunakan untuk terus memikirkan masalah apalagi sampai mengingat-ingat kekurangan pasangan, wah... sepertinya masalah akan semakin besar. Ini hanya ide saya. Jika tidak sepakat bisa Anda koment di sini.

Kenapa ide saya seperti ini? Menghentikan komunikasi sementara waktu? Alasannya, ketika api disulut lalau disiram oleh api, yang ada adalah api akan membesar. Pisahkan “api” di pasangan dan “api” di diri kita. Lalu, siram dengan tafakur muhasabah. Setelah itu, munculkan kesadaran diri dan tanyakan, “Apakah ada manfaat dari pertengkaran ini?” Biarkan kesadaranmu menjawab bukan hawa nafsu. Sekali lagi kesadaran yang menjawab.

Saya yakin, jawabannya TIDAK. Ya... sebenarnya tidak ada guna sedikitpun dari pertengkaran yang terjadi. Coba pikirkan lagi secara jernih. Tidak ada guna sedikitpun daripertengkaran dalam rumah tangga.

Setelah ada jawaban dan “api” di suami atau istri padam dan “api” diri kita pun redup, ayo siapa yang berani mengawali komunikasi? Ingat kawan, ada hadits Rasulullah saw.:
لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَلْتَقِيَانِ فَيُعْرِضُ هذَا وَ يُعْرِضُ هذَا وَخَيْرُهُمَا الَّذِيْ يَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ
“Tidak halal bagi seorang muslim untuk memusuhi saudaranya lebih dari tiga malam. Ketika keduanya bertemu, yang satu berpaling ke sini, yang satu lagi berpaling ke sana. Dan, yang terbaik di antara keduanya adalah yang paling dulu menguicapkan salam.” (H.R. Muttafaq ‘Alaih).

Lebih bagus lagi, setelah salam kita mengawali dengan permohonan maaf atas yang terjadi. Berangkatlah dari rasa bersalah karena tidak mampu mengendalikan diri dan keadaan. Di sini kita jangan merasa peling benar. Tujuannya kan mau islah, mau damai, mau selesai masalah? Ya… kalau dua-duanya merasa “Aku yang benar, kamu yang salah” , saya kira tidak akan ditemukan solusi.

Nah, dalam komunikasi ini kedua pihak boleh mengungkapkan aspirasinya kepada masing-masing. Tetapi alangkah baiknya, untuk saat itu tidak dulu. Dikhawatirkan api tersulut lagi. Sekarang mah waktunya untuk bermaaf-maafan. Untuk saling megikhlaskan. Bukan adu aspirasi. Ahsan jika kita benar-benar melupakan kejadian itu. Tidak membahasnya lagi. Bagusnya, baca, pelajari dan perbaiki kesalahan dan kekliruan.

***

Dear my wife my beloved,
Abi bukanlah nabi, Abi hanyalah manusia biasa yang tidak pernah luput dari salah dan lupa…
Ketika Abi terjebak dalam kesalahan dalam memahami kondisi, sikap dan ucapan, mohon ingatkan Abi…
Abi tidak ingin rumah tangga kita menjadi bulan-bulanan setan…
Abi tidak mau rumah tangga kita menjadi sarang keburukan, dosa dan kemaksiatan…
Maafkan Abi yang selama ini kurang bisa memahamimu…
Maafkan Abi jika selama ini belum bisa menjadi andalanmu…
Maafkan Abi ketika Abi belum mampu menjadi imam yang baik…
Maafkan Abi bila Abi belum seperti yang Umi harapkan…
Maafkan Abi karena Abi bukanlah orang yang sempurna…
Satu yang Abi haturkan, Abi siap berjuang demi kebahagiaanmu dan Sang Genarasi kita…

Maka, arahkan Abi ketika tersalah…
Luruskan Abi jika out of track…

Abi imammu, Engkau ma’mumku…
Imam diluruskan dan disempurnakan, ma’mum mengikuti selama imam benar…

Ketahuilah Umi, sesungguhnya Abi mencintaimu karena Allah dan di jalan Allah…
Ingat selogan kita, “Saya Yusuf Awaludin… Saya Rahmi Fauzi Rahim... Kami adalah keluarga SAMARA Sepanjang Masa…!!!

0 komentar:

Posting Komentar

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...