Allah swt. memiliki sejuta bahasa untuk
meningkatkan kualitas diri seseorang. Salah satunya, Allah memberikan apa yang
ia diinginkan. Semua rencana yang telah dibuat, terwujud sempurna. Ini bukan
semata karunia Allah, melainkan sebagai cara Allah agar hamba tersebut
meningkatkan kualitas dirinya terutama kualitas pengabdian (baca: syukur). Semakin
banyak nikmat yang didapat, sejatinya seseorang harus semakin syukur kepada
Allah dengan segala manifestasinya.
Demikianlah yang terjadi pada kami,
Yusuf Awaludin dan Rahmi Fauzi Rahim. Ada beberapa impian yang Allah wujudkan
untuk kami. Dulu, setelah target deadline nikah kami terwujud dengan lancar,
khidmat dan full barakah; kini Allah mewujudkan kembali rencana kami tepat
sasaran.
Setelah menikah, kami merencanakan
untuk tidak langsung memiliki anak. Alasannya, istri saya masih harus
pulang-pergi Tasik-Bandung dalam rangka penyelesaian studinya di Universitas
Pendidikan (UPI) Bandung yang saat itu hanya tinggal dua semester. Sekarang lagi PLP dan nyusun skripsi. Kami pun menerapkan
KB alami. Dan, alhamdulillah Allah mengizinkan kami tidak dulu punya
anak.
Berawal dari PMS
(Pre Menstruation Syndrome: Sumilangen)
Empat bulan berselang dari pernikahan, akhirnya
kami membuat rencana baru. Saya dan istri merencanakan punya anak dalam tempo
secepatnya. Pasalnya, hampir setiap bulan istri saya diserbu PMS alias Pre
Menstruation Syndrome (sumilangen). Puncaknya saat kami di Garut, tepatnya pada
bulan Desember 2011, istri saya mengalami PMS berat sampai tak sadarkan diri sekitar
satu menit. Padahal saya sudah siap mengepak barang untuk mengantarnya ke Bandung.
Ada pengumpulan tugas latihan membuat proposal skripsi.
Bulan selanjutnya, 18 Januari 2012,
sumilangen istrinya saya kembali kambuh. Padahal esoknya istri saya harus UAS. Dengan
izin Allah, akhirnya beliau pun bisa ikut UAS.
Singkat cerita istri saya goes home.
Di rumah, ia bercerita banyak tentang beberapa hal termasuk tentang
keluhan sakitnya. Di sela-sela perbincangan, dengan penuh keyakinan ia menyatakan
isi hatinya kepada saya. “Qyuei, Umi ga tahan kalau setiap datang bulan perut
Umi sakit. Umi pingin sembuh. Kan Umi mau PLP dan nyusun skripsi? Pokoknya bulan
depan kita targetkan punya anak. Umi ingin sembuh.” Begitu tandasnya. Subhanallah
wal hamdu lillah... Akhirnya ia berubah pikiran.
Sebenarnya ide ini (punya anak) sudah
lebih dulu saya azamkan di dalam hati saat menyaksikan istri saya mengeluh
kesakitan Desember lalu. Namun, saya belum membicarakannya dengan istri. Azam
saya ini semakin kuat begitu mendengar keluhan istri saya pada PMS bulan Januari.
Maka, dengan bismillah saya akan berusaha karena Allah agar istri saya
hamil.
Eh... ternyata belum pun saya menyatakan
hal ini, istri saya sudah mengungkapkan duluan bahwa ia siap punya anak dalam
waktu dekat, bulan depan. Ya sudah lah.... gayung bersambut kalau begitu. Akhirnya
kami pun berikhtiar menjemput impian tersebut.
Dan, akhirnya Allah pun kembali
mewujudkan impian kami ini. Perut istri saya ternyata isi. Alhamdulillah...
Ceritanya begini. Semingguan sebelum istri
saya pulang, tanggal 9 Pebruari 2012, istri saya mengeluh insomnia. Kemungkinannya
adalah faktor fisikis atau psikis. Beban pikiran karena tugas menumpuk dan lain
hal, atau kondisi perut yang sedang tidak normal. Itu yang saya ungkapkan. Namun,
istri saya menampik pendapat saya yang pertama. Ya... sudah. Mungkin perutnya
sedang ada gangguan.
Sepulang istri dari Bandung, kami bercengkrama dan
berbagi cerita. Dari mulai pengalaman sahabatnya yang aktifis banget yang saat
itu tengah didera berbagai macam penyakit sekaligus, sampai masalah keluarga. Satu
di antara cerita tersebut adalah saya menyarankan agar ia membeli alat tes kehamilan.
Mungkin saja perut yang tidak nyaman selama semingguan itu merupakan gejala kehamilan yang menyebabkan insomnia.
Menang Lomba Hamil
Jum’at, 10 Februari 2012, saya mengantar
istri ke pengajian. Sebelum ke majlis taklim, kami mampir ke apotek dekat rumah
untuk membeli alat tes kehamilan. Harganya murah. Hanya Rp 3.000 untuk yang kami
beli.
Di lokasi pengajian, istri saya diajak
balap punya anak oleh salah satu senior saya yang kebetulan satu kantor kerja. “Hayu
lah balap urang pa heula-heula gaduh putra... (Ayo, kita balap berlomba punya
anak)” begitu kata senior saya. Saya sedikit senyum. Gumam saya, “Waktu itu kan
sedang rencana tes kehamilan dan di saku istri saya ada alat tes kehamilan yang
sudah disiapkan. Eh... diajak balap. He...”
Siang itu, kami melakukan uji coba alat
yang kami beli. Begitu dilihat hasilnya, saya sedikit kecewa. Pasalnya, tidak
ada garis tes line yang muncul yang menandakan kehamilan pada alat tersebut. Tetapi,
setelah kurang lebih tiga menit garis kedua muncul juga. Namun, warnanya agar
sedikit pudar. Saya yakin saat itu, istri saya benar-benar hamil. Berarti istri
saya menang lomba dengan senior saya itu. Tidak lama dari “garis start”
perlombaan.
Kami sujud syukur agak lama. Kemudian kami
berpelukan erat. Dan, air mata pun bergelayutan di pelupuk mata. Haru biru saat
itu.
Tetapi, ibu mertua istri saya, belum
yakin dengan hasil tes tersebut. Ia belum yakin karena garis yang menujukkan
hasil terlihat pudar. Tidak jelas seperti garis jingga di atasnya. Namun, saya tetap
yakin dan mencoba meyakinkan ibu. Pada akhirnya, ibu berharap agar hasil ini
benar-benar nyata. Doa setulus hati pun mengalun dari hatinya melalui bibirnya.
Aamiin...
Untuk lebih meyakinkan, dini hari tadi,
sebelum istri saya qiyamullail, ia melakukan tes ulang dengan alat yang
lebih mahal, enam kali lipat harga alat tes sebelumnya. Rp 19.000.
Eing...ing... eng... hasilnya positif. Istri
saya hamil. Alhamdulillah. Terimakasih ya Allah. Engkau telah hadirkan Sang
Generasi untuk kami. Kuatkan kami dalam menjalani kehidupan ini. Mudahkan urusan
kami dan berkahi kami.
Spesial untuk istriku,
Rahmi Fauzi Rahim,
Abi hanya ingin
engkau kuat dan kokoh dalam kehidupan barumu ini. Kini, tubuhmu berdua. Maka, apapun
harus dipertimbangkan untuk kepentingan berdua.
Mulai sekarang, lakukan
perubahan menuju hal-hal positif dan benar. Silahkan engkau muhasabah diri,
karena hanya engkaulah yang tahu tentang dirimu sendiri. Lalu, segeralah rubah
yang buruk dan pertahankan serta tingkatkan yang baik-baiknya.
Jika engkau harus
ngidam, ngidamlah yang baik-baik. Abi ingin engkau ngidam tilawah dan tahfizh
Quran. Abi ingin engkau ngidam baca buku. Abi ingin engkau ngidam selesaikan skripsi.
Abi ingin engkau ngidam tahajud, shaum sunnat, shadaqah. Abi ingin engkau
ngidam sesuatu yang baik dan menambah kebaikan.
Umi, ketahuilah
bahwa Abi sangat sayang Umi karena Allah dan di jalan Allah. Jadilah engkau
istri yang salehah untuk Abi. Jadilah engkau ibu yang salehah dan madrasah bagi
anak-anak kita. Jadilah engkau menantu yang baik buat mertuamu. Jadilah engkau anggota
masyarakat yang bisa menampilkan wajah Islam yang benar dan memberi manfaat kepada sekitar. Jadilah
engkau hamba Allah yang salehah yang mampu mengangkat derajatmu sendiri dan
derajat suamimu ini serta orang tua kita.
Umi, di mana pun
engkau berada, jadilah orang yang bertakwa. Orang yang menjaga diri dari segala
bentuk kemaksiatan dan pelanggaran syariat. Lalu, ikutilah segla kesalahan yang
terjadi dengan kebaikan. Maka, kesalahan pun akan segera tertutupi olehnya. Kemudian,
berakhlaklah kepada sesama dengan akhlak yang baik.
Demikian harapan
Abi. Semoga Allah selalu membimbing dan melindungi kita dari segala keburukan
mahluk-Nya. Semoga Allah memudahkan segala urusan kita terutama memudahkan kita
untuk memasuki dan mendiami surga-Nya yang mahanikmat.
Salam sayang dari
suamimu, Yusuf Awaludin.
0 komentar:
Posting Komentar
Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...