Sabtu, 11 Februari 2012

Macam-Macam Sabar

Sabar, menurut Tafsir al-Jalalain, adalah menahan nafsu dalam menghadapi sesuatu yang dibenci. Di antara nilai substansinya adalah menahanan diri agar tidak berkeluh kesah, meredam amarah, menguasai diri untuk tidak menyesal, melatih diri untuk selalu taat dan membentengi diri agar tidak melakukan maksiat.

Al-Hafizh al-Faqih Zainuddin Abul Faraj Abdurrahman bin Syihabuddin dalam kitabnya, Jami’ul Ulum wal Hikam, membagi sabar menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Sabar dalam menaati Allah
Sabar dalam ketaatan dibuktikan dengan kesungguhan untuk menjalankan perintah Allah baik perintah secara tegas maupun yang sifatnya anjuran berdasar pada petunjuk Rasulullah saw. di dalam haditsnya. Misalnya, ketika adzan berkumandang padahal kita sedang sibuk dengan pekerjaan, maka bersabarlah untuk menyambut panggilan suci tersebut dengan segera mengambil wudlu dan mendirikan shalat.

Contoh yang lain, sedang nyenyak-nyenyaknya tidur, bersabarlah untuk bangun di sepertiga malam terakhir untuk melaksanakan shalat tahajud karna shalat tahajud sangat dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Orang yang melazimkan tahajud, akan mendapat reward luar biasa dari Allah. Masuk surga dengan penuh sejahtera dan diangkat ke tempat yang terpuji. “Dan pada sebahagian malam shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (Q.S. Al-Isra [17]: 79).

Dalam ketaatan, Rasulullah memebrikan instruksi untuk menjalankannya sekemampuan kita. “Jika aku memerintahmu untuk melakukan sesuatu, kerjakanlah sesuai kemampuanmu.”. Begitulah sabda Rasulullah saw.

2. Sabar dalam menjauhi maksiat
Sabar dalam hal ini terwujud dengan upaya meninggalkan maksiat secara total tidak sekemampuan. Rasulullah memberi penekanan, “…dan jika aku melarang kamu untuk melakukan sesuatu, maka tinggalkan.”. Tidak ada toleransi dalam kemaksiatan, sepenuhnya mesti ditinggalkan. Misalnya, menjauhi hal-hal yang mendekatkan kepada zina, menolak ajakan standing party, menguatkan diri agar tidak terjebak ke dalam pergaulan tanpa batas, atau membentengi diri supaya tidak terbawa arus informasi yang sekuler.

3. Sabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah
Menurut bentuknya, takdir ada dua macam, takdir yang baik dan takdir yang buruk –di mata manusia–. Menurut subjeknya takdir pun terbagi kepada dua, takdir mubram dan takdir mu’allaq. Takdir mubram adalah takdir karena otoritas Allah, tidak ada kaitan dengan kausalitas antara hasil dan ikhtiar, seperti kematian, masa tua, dll.. Takdir mu’allaq adalah takdir yang berkaitan dengan upaya manusia, misalnya takdir pintar adalah melalui wasilah belajar, takdir kaya melalui perantara usaha, dll..

0 komentar:

Posting Komentar

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...