Belajar itu wajib, kawan. Karena wajib,
maka yang tidak mau belajar dapat dosa. Sepakat? Yang tidak sepakat, ayo angkat
tangan...! He...
Begini kawan, ngomong-ngomong tentang belajar,
sepertinya kebanyakan pikiran kita tertuju kepada sekolah atau kuliah. Artinya,
belajar itu duduk di atas kursi, tangan di atas meja, mendengarkan penjelasan
guru, bertanya jika tidak paham, lalu latihan deh...
Asumsi tersebut benar adanya. Namun,
belajar itu definisinya tidak lah sempit. Menurut KBBI, belajar itu:
- Berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Misalnya, Rahmi sedang belajar membaca. Berarti, Rahmi sedang berusaha memperoleh kepandaian dalam membaca.
- Berlatih. Misalnya, Yusuf sedang belajar mengetik. Ini maksudnya, Yusuf sedang berlatih agar bisa mengetik.
- Berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Setelah belajar, sikap dan tingkah laku seseorang semestinya berubah menjadi lebih baik karena ada pengalaman yang dialaminya.
Berdasarkan definisi belajar menurut KBBI di muka, ada keyword yang jadi strong point, yakni perubahan. Yupz, perubahan. Belajar itu intinya perantara perubahan menuju lebih baik. Perubahan apa? Jawabannya, perubahan dalam segala hal. Bukan saja kecerdasaran intelektual, tetapi kecerdasan secara multi. Jadi, jelas bahwa tujuan belajar itu adalah agar terjadi hal yang lebih baik.
Dalam hal
ini, saya mengajak kawan-kawan untuk membahas point tiga dalam definisi belajar
versi KBBI, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Ada ungkapan
bajik dan bijak, the experience is the best teacher, pengalaman itu guru
yang terbaik. So, mari kita belajar dari penglaman. Pengalaman siapa? Bisa pengalaman
diri sendiri, bisa pula pengalaman orang lain.
Istri saya
tadi kirim sms. Beliau mengabari saya bahwa teman kost-nya dijemput keluarga
karena ia sakit keras. Katanya sioh, beberapa penyakit diborong sendiri. Kompleks.
Lalu, istri saya menyusul dengan sms lain bahwa kami berdoa kepada Allah agar
dijaga dari segala keburukan makhluk-Nya. Termasuk dari sosok makhluk yang
bernama penyakit.
Kami belajar
dari penglaman teman istri tersebut. Katanya, ia adalah aktivis dakwah. Ia berpartispasi
full semangat di berbagai kegiatan dakwah. Bahkan badan sedang tidak enak pun,
ia tidak ambil hak untuk take a rest. Ia tabrak waktu istirahatnya dan ia
gunakan untuk beraktivitas.
Alhasil,
menurut istri saya, ia mempunyai penyakit kambuhan. Astma. Seringkali sepulang kegiatan
ia mengeluh sakit. Tapi, ia tidak menggubris “komunikasi” tubuhnya. Puncaknya, hari
ini ia dijemput keluarga setelah didiagnosa oleh dokter terjangkit DBD, typus,
dkk.. Masya Allah...
Saya yakin,
ini adalah takdir Allah. Takdir Allah yang dibuat-Nya sebagai alarm bahwa ia
perlu waktu untuk memenuhi hak tubuh. Dan, perkara ini sebenarnya telah
Rasululla ajarkan bawah, bagi tubuh ini ada hak yang harsu dipenuhi, bagi keluarga
pun ada hak yang harus dipenuhi, dan bagi Allah pun ada hak yang harus
ditunaikan.
Pelajaran
berharga bagi saya adalah segala sesuatu mesti balance, seimbang. Berat sebelah,
akibatnya bisa saja fatal. Aktif berat, tanpa memerhatikan kodisi tubuh, bukanlah
sikap baik. Mau aktif, ya jaga kondisi tubuh. Jaga pula kondisi psikis, emosi
dan spiritual. Intinya, simbanglah dalam kehidupan. Cukup tidur, cukup istirhat
di samaping aktivitas yang berat.
Hm,
pelajaran berharga...
Salam semangat
kesemimbangan...!!
0 komentar:
Posting Komentar
Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...