Senin, 06 Februari 2012

Mengambil Pelajaran atau Dijadikan Pelajaran?


Belajar itu wajib, kawan. Karena wajib, maka yang tidak mau belajar dapat dosa. Sepakat? Yang tidak sepakat, ayo angkat tangan...! He...

Begini kawan, ngomong-ngomong tentang belajar, sepertinya kebanyakan pikiran kita tertuju kepada sekolah atau kuliah. Artinya, belajar itu duduk di atas kursi, tangan di atas meja, mendengarkan penjelasan guru, bertanya jika tidak paham, lalu latihan deh...

Asumsi tersebut benar adanya. Namun, belajar itu definisinya tidak lah sempit. Menurut KBBI, belajar itu:

  • Berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Misalnya, Rahmi sedang belajar membaca. Berarti, Rahmi sedang berusaha memperoleh kepandaian dalam membaca.
  • Berlatih. Misalnya, Yusuf sedang belajar mengetik. Ini maksudnya, Yusuf sedang berlatih agar bisa mengetik.
  • Berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Setelah belajar, sikap dan tingkah laku seseorang semestinya berubah menjadi lebih baik karena ada pengalaman yang dialaminya.

Berdasarkan definisi belajar menurut KBBI di muka, ada keyword yang jadi strong point, yakni perubahan. Yupz, perubahan. Belajar itu intinya perantara perubahan menuju lebih baik. Perubahan apa? Jawabannya, perubahan dalam segala hal. Bukan saja kecerdasaran intelektual, tetapi kecerdasan secara multi. Jadi, jelas bahwa tujuan belajar itu adalah agar terjadi hal yang lebih baik.

Dalam hal ini, saya mengajak kawan-kawan untuk membahas point tiga dalam definisi belajar versi KBBI, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Ada ungkapan bajik dan bijak, the experience is the best teacher, pengalaman itu guru yang terbaik. So, mari kita belajar dari penglaman. Pengalaman siapa? Bisa pengalaman diri sendiri, bisa pula pengalaman orang lain.

Istri saya tadi kirim sms. Beliau mengabari saya bahwa teman kost-nya dijemput keluarga karena ia sakit keras. Katanya sioh, beberapa penyakit diborong sendiri. Kompleks. Lalu, istri saya menyusul dengan sms lain bahwa kami berdoa kepada Allah agar dijaga dari segala keburukan makhluk-Nya. Termasuk dari sosok makhluk yang bernama penyakit.

Kami belajar dari penglaman teman istri tersebut. Katanya, ia adalah aktivis dakwah. Ia berpartispasi full semangat di berbagai kegiatan dakwah. Bahkan badan sedang tidak enak pun, ia tidak ambil hak untuk take a rest. Ia tabrak waktu istirahatnya dan ia gunakan untuk beraktivitas.

Alhasil, menurut istri saya, ia mempunyai penyakit kambuhan. Astma. Seringkali sepulang kegiatan ia mengeluh sakit. Tapi, ia tidak menggubris “komunikasi” tubuhnya. Puncaknya, hari ini ia dijemput keluarga setelah didiagnosa oleh dokter terjangkit DBD, typus, dkk.. Masya Allah...

Saya yakin, ini adalah takdir Allah. Takdir Allah yang dibuat-Nya sebagai alarm bahwa ia perlu waktu untuk memenuhi hak tubuh. Dan, perkara ini sebenarnya telah Rasululla ajarkan bawah, bagi tubuh ini ada hak yang harsu dipenuhi, bagi keluarga pun ada hak yang harus dipenuhi, dan bagi Allah pun ada hak yang harus ditunaikan.

Pelajaran berharga bagi saya adalah segala sesuatu mesti balance, seimbang. Berat sebelah, akibatnya bisa saja fatal. Aktif berat, tanpa memerhatikan kodisi tubuh, bukanlah sikap baik. Mau aktif, ya jaga kondisi tubuh. Jaga pula kondisi psikis, emosi dan spiritual. Intinya, simbanglah dalam kehidupan. Cukup tidur, cukup istirhat di samaping aktivitas yang berat.

Hm, pelajaran berharga...

Salam semangat kesemimbangan...!!

0 komentar:

Posting Komentar

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...