Di antara metode Quran dan Hadits dalam menguraikan
ilmu adalah metode Tamtsil alias perumpamaan. Tujuan dari hal ini agar si pembaca, selain
memahami, juga diajak untuk melibatkan pemikiran dalam memvisualkan sesuatu
yang dibahas.
Di samping sebagai keindahan tata bahasa, tamtsil juga
digunakan sebagai cara untuk menguatkan ingatan pembaca.
Sebagai sampel metode pengajaran tamtsil, ada hadits Rasulullan saw. yang menarik. Dalam suatu kesempatan, Rasulullah
saw. bersabda:
اَلدُّنْيَا بُسْتَانٌ تَزَيَّنَتْ بِخَمْسَةِ
اَشْيَاءٍ: عِلْمِ الْعُلَمَاءِ وَعَدْلِ اْلاُمَرَاءِ وَعِبَادَةِ اْلعُبَّادِ
وَاَمَانَةِ التُّجَّارِ وَنَصِيْحَةِ الْمُحْتَرِفِيْنَ
“Dunia ini bagaikan suatu kebun
yang dihiasi oleh lima macam, yaitu (1) ilmu para ulama, (2) keadilan para
pemimpin (3) ibadah hamba-hamba Allah, (4) kejujuran para pedagang, dan (5) kedisiplinan
para karyawan”
Selanjutnya gambaran itu oleh Rasulullah disambung dengan sabdanya:
فَجَاءَ إِبْلِيسُ بِخَمْسَةِ
اَعْلاَمٍ وَاَقَامَهَا بِجَنْبِ
هذِهِ اْلخَمْسِ فَجَاءَ بِالْحَسَدِ فَرَكَزَهُ بِجَنْبِ الْعِلْمِ وَجَاءَ بِالْجُوْرِ فَرَكَزَهُ بِجَنْبِ الْعَدْلِ
وَجَاءَ بِالرِّيَاءِ فَرَكَزَهُ بِجَنْبِ الْعِبَادَةِ وَجَاءَ بِالْخِيَانَةِ
فَرَكَزَهُ بِجَنْبِ اْلاَمَانَةِ وَجَاءَ بِالْغَشِّ
فَرَكَزَهُ بِجَنْبِ النَّصِيْحَةِِ
“Maka datanglah iblis dengan lima bendera. Lalu didirikan di samping lima perkara tadi. Datanglah iblis membawa kedengkian, lalu ditancapkan disisi ilmu para ulama. Datang pula iblis membawa kezaliman yang dikibarkan di sisi keadilan para penguasa. Datang pula iblis membawa bendera riya’ yang dikibarkan di samping orang yang beribadah. Datang juga iblis membawa bendera khianat yang ditancapkan di celah-celah kejujuran para pedagang. Dan, datang pula iblis membawa bendera ingkar yang dipasang di sisi disiplinnya
para karyawan”.
Indahnya kalimat hadits
tersebut. Jika disimpulkan kira-kira begini:
Dunia itu kebun. Kebun itu
indah dengan penataan dan hiasan yang baik. Jika Anda selesai bekerja seharian.
Lalu Anda istirahat di sebuah kebun yang rindang dengan pepohonan hijau. Anda duduk
di bawah sebuah pohon hijau nan rindang. Ditemani secangkir kopi atau teh. Diringi
musik kesukaan Anda. Lalu, di depan ada bunga-bunga indah, sungai mengalir
dengan gemericiknya, dan angin sepoimenerpa wajah Anda. Apa yang akan
dirasakan? Tentunya, Anda akan merasa fresh dengan keadaan seperti itu.
Damai, nyaman, tentram, dan indah.
Demikianlah dunia. Jika
dihuni oleh para ulama yang menebar ilmu, pemerintah yang adil, rakyat yang
saleh, pengusaha yang jujur, dan pegawai yang disiplin, baik negeri maupun
swasta; maka, dunia akan terasa indah. Hidup tenang, tentram, dan damai di
dalamnya. Subhanallāh...
Tetapi, ada lima “hama”
yang akan membuat kebun itu rusak. Hama itu dibawa oleh musuh nyata manusia, Iblis.
Apa saja hama yang akan merusak kebun dunia?
Sesuai hadits di muka, hama
perusak kebun itu adalah:
Hama #1:
Hasad
Hama ini akan dihujamkan
kepada ulama yang berilmu atau ilmuan yang memiliki karakter ulama. Karakter ulama
itu ada dua macam, yaitu (1) pewaris para nabi yang melanjutkan nilai-nilai dan
ajaran yang dibawa para nabi dan (2) takut kepada Allah sebagai akibat tahunya dan
pahamnya ia.
Seorang berilmu dipaksa
dengki oleh Iblis. Jika ia melihat sudaranya lebih dihormati dan dihargai orang,
ia merasa iri dan kecewa dengan keadaan diri. Jika ia memiliki pendapatan yang
kurang, sedangkan saudaranya berpenghasilan besar, ia dengki kepada saudaranya.
Maka, bagi yang berilmu, berhati-hatilah dengan hama ini. Sejatinya, orang berilmu
bisa membasmi hama ini.
Hama #2:
zalim
Hama ini akan ditebarkan
kepada para pemimpin dari kepemimpinan terendah hingga tertinggi, dari pemimpin
keluarga sampai pemimpin bangsa. Seorang presiden dan para pembantunya,
hendaknya berhati-hati dari sikap zalim. Ini jelas berbahaya bagi dirinya dan
bagi rakyat. Presiden yang zalim ruginya orang senegara. Jika dirinya mau senang,
maka rakyat pun harus senang. Jangan sampai terceritakan seorang pegawai rakyat
(baca: wakil rakyat) duduk di atas kursi dewan seharga Rp 25.000.000 lalu ia
tidur di tengah-tengah sidang karena mungkin habis capek, ditambah AC yang
cukup menyegarkan untuk istirahat, sedangkan rakyat duduk di atas kardus dan koran
dengan angin yang besar dan hujan yang deras. Apa-apaan ini? Wakil rakyat itu
bawahan rakyat. Ya harus mau dong “diperintah” rakyat.
Hama #3:
riya
Bagi seorang hamba yang giat
beribadah kepada Allah baik yang fardlu maupun yang sunnat, berhati-hatilah
dalam titik tolak pemberangkatan amal (niat). Jika niat beribadah bukan karena
Allah (riya), maka amal bsar sekalipun akan dianggap hina oleh Allah.
Dalam hadits yang sahih, seseorang
mati syahid di medan perang karena niatnya ingin dipandang jariy (pahlawan),
Allah malah menyeretnya ke dalam api neraka; seseorang yang menghabiskan harta
di jalan Allah, justru ia menjadi penghuni neraka karena maksud dan tujuan
amalnya adalah agar dipandang jawwad (dermawan); dan orang yang menghabiskan
waktunya untuk mencari ilmu dan membaca al-Quran, justru Allah memandangnya
sebagai kebohongan, psalnya ia meniatkan agar disebut ‘alim (pintar) dan
qariy (pandai baca Quran). Na’ūdzdu billāhi min dzālik.
Hama #4:
khianat
Khianat berarti tidak memenuhi
kewajiban yang diembankan dari si pemilik barang. Allah sebagai pemilik rezeki,
memberi amanat kepada para pedagang, pengusaha, pembisnis, untuk adil dalam
usaha, tidak menipu, tidak mengurangi takaran, dan mendistribusikan sebagian
rezeki di jalan Allah. Jika tidak, maka mereka khianat. Dan, Iblis senang jika
para pedagang, pengusaha, pembisnis, yang berbuat khianat. Maka,
berhati=hatilah terhadap hama yang satu ini.
Hama #5:
ingkar (undisipliner)
Bagi anda yang bekerja
sebagai karyawan, staf, atau pegawai, sikap undisipliner bukanlah sikap baik. Ciri
kiamat sughra itu adalah, ketika para pegawai sudah tidak disiplin. Harusnya anda
bekerja, ini malah main-main, gapleh, ngerumpi, tidak melayani dengan
baik. Jika pejabat korupsi uang, maka perbuatan seperti ini adalah korupsi
waktu. Selain itu, bekerjalah secara profesional dan proporsional! Jika tidak,
Anda adalah benalu perusahaan atau lembaga.
Kembali ke pokok
permasalahan bahwa, dunia itu bagaikan kebun. Tanami kebun ini dengan kebaikan.
Sebagai orang berilmu, sebarkanlah warisan nabi dan takutlah kepada Allah. Sebagai
penguasa, berbuat adil lah agar dicintai Allah dan dicintai rakyat. Sebagai hamba
Allah, ikhlaskanlah niat dalam beribadah. Sebagai pengusaha, jujurlah dalam
berusaha dan distribusikan sebagian rezeki yang didapat di jalan Allah. Sebagai
pegawai, disiplin lah dalam bekerja. Maka, dunia akan sedap dan indah dipandang
dan dirasakan.
luar biasa ....
BalasHapusaku ingin tahu kawan, hadist itu diriwayatkan oleh siapa? bisa dijumpai dari kitab apa ?
sungguh aku butuh informasi tersebut.
terima kasih jawabannya
sebagian ulama mengatakan hal itu merupakan kata-kata hikmah dari para sahabat
BalasHapusBaguss....siapakah yng mriwayatkn hadis itu
BalasHapus