Jumat, 17 Februari 2012

Membaca, Mempelajari dan Memperbaiki Kesalahan

Manusia itu Tong Salah dan Lupa
No body’s perfect. Euweuh jalma nu masagi. Tidak ada orang yang sempurna. Jargon ini saya kira disepakati oleh semua. Bahkan jauh-jauh hari, Rasulullah sudah meyebutkan realitas ini.
إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِيْ الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتَكْرَهُوْا عَلَيْهِ
“Sesungguhnya Allah telah menyandingkan salah dan lupa kepada umatku dan segalahal yang ia benci.” (H.R. Ibnu ‘Adiy, Ibnu Majah, Thabraniy).

Nah loh, manusia itu ternyata “tong” salah dan lupa. Jadi, wajar toh kalau ada manusia bersalah atau lupa? Hm, jangan berapologis lah, kawan. Saya yakin siapapun tidak mau berbuat salah. Bahkan preman sekalipun sebenarnya tidak mau majek orang karena ia pun tahu bahwa perbuatan itu dosa dan merugikan. Dengan realitas ini, tetaplah kita buat proteksi agar salah dan lupa tidak selalu mengungjungi kita. Hanya sekali terjerembab, segera bangun dan kembali ke track kebenaran hidup.

Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ اَلْخَطَّائِينَ اَلتَّوَّابُونَ
“Setiap anak Adam itu mempunyai kesalahan dan sebaik-baik orang yang mempunyai kesalahan ialah orang-orang yang bertobat.”. (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Ada satu penekanan dalam hadits di atas yaitu orang salah yang terbaik. Ada juga ternyata orang yang bersalah tapi terbaik. Siapa dia? Tegasnya, orang yang kembali ke track hidup yang benar alias tobat.

Jadi, jangan khawatir jika Anda berulang kali terjatuh pada kubangan dosa dan maksiat. Cukup dengan istighfar lalu bertobat, maka kesalahan Anda diampuni Allah.

Tapi, segitu gampang kah? Oh… ternyata tidak. Meskipun tobat adalah idikator orang bersalah terbaik, rupanya kita tidak dikenankan untuk “menikmati” kesalahan. Tenang ketika melakukan maksiat merupakan ciri orang yang kurang beriman atau bahkan imannya nihil. Paling tidak nihil iman saat maksiat itu dikerjakan. Rasulullah saw. bersabda:
لاَ يَزْنِي الزَّانِي حِيْنَ يَزْنِي وَ هُوَ مُؤْمِنٌ، وَ لاَ يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِيْنَ يَشْرَبُ وَ هُوَ مُؤْمِنٌ، وَ لاَ يَسْرِقُ حِيْنَ يَسْرِقُ وَ هُوَ مُؤْمِنٌ، وَ لاَ يَنْتَهِبُ نُهْبَةً يَرْفَعُ النَّاسُ إِلَيْهِ أَبْصَارَهُمْ وَ هُوَ مُؤْمِنٌ
“Seorang pezina tidak akan berzina ketika ia sedang beriman. Seorang peminum khamr tidak akan meminum khmar ketiak ia sedang beriman. Seorang pencuri tidak akan mencuri ketika ia sedang beriman. Dan, seorang perampok tidak akan merampok yang membuat orang mengangkat penglihatan kepadanya (terbelalak) ketiak ia sedang beriman.” (H.R. Bukhari)

Jatuh pada Lubang yang Sama
Ketika Anda berjalan di sebuah jalan, lalu Anda terjatuh pada suatu lubang, maka saat itu Anda kurang berhati-hati. Keesokan hari, Anda berjalan lagi di jalan itu, lalu Anda jatuh lagi pada lubang yang sama, maka Anda adalah orang yang tidak berhati-hati. Keesokan harinya lagi, Anda berjalan di jalan itu, lalu Anda jatuh lagi, maka Anda adalah orang yang tidak mau berhati-hati. Sudah tahu di jalan itu ada lubang, ternyata masih jatuh pada lubang yang itu-itu juga.

Ini ilustrasi tentang orang bersalah pada kesalahan yang itu-itu juga. Salah, tobat. Salah, tobat lagi. Salah, tobat lagi. Demikian gambarannya. Yang disesalkan adalah kesalahannya adalah kesalahan yang kemarin dilakukan. Apakah disebut orang salah terbaik yang seperti ini? Hm, mudah-mudahan Allah menerima tobat orang seperti ini. Asal, di hatinya tidak ada kesengajaan berbuat kesalahan yang sama.

Nah, sekarang tidak usah kita repot-repot membahas orang seperti ini. Yang paling penting adalah mari kita pelajari apa itu tobat dan bagaimana tobat yang benar? Lalu, aplikasikan.

Tobat yang Benar
Tobat merupakan kata serapan dari Bahasa Arab yang berasal dari kata tāba – yatūbu – tauban wa taubatan, artinya kembali. Menurut Imam Ali ibnu Muhammad al-Jurjaniy, dalam kitabnya At-Ta’rifat, menyebutkan bahwa tobat adalah:
اَلرُّجُوْعُ إِلَى اللهِ بِحَلِّ عُقْدَةِ الإِصْرَارِ عَنِ الْقَلْبِ ثُمَّ الْقِيَامُ بِكُلِّ حُقُوْقِ الرَّبِّ
“Kembali kepada Allah dari ikatan kesalahan hati kemudian memenuhi segala hak Allah.”

Sedangkan menurut Ibnu Abbas, tobat yang benar (taubatan nasūha) adalah:
اَلنَّدَمُ بِالْقَلْبِ، وَالْإِسْتِغْفَارُ بِاللِّسَانِ، وَالْإِقْلاَعُ بِالْبَدَنِ، وَالْإِضْمَارُ عَلَى أَنْ لاَ يَعُوْدُ
“Menyesal dengan hati, meminta ampun dengan lisan, membuktikan dengan badan (amal), dan mengazamkan untuk tidak mengulanginya lagi.” (al-Jurjani, al-Aqsha: 68).

Dari definisi tersebut, jelas bahwa tobat yang benar itu adalah yang tidak jatuh pada kesalahan terus menerus secara sengaja apalagi pada kesalahan yang sama. Sekali terjatuh, segera tobat dan berazam tidak mengulanginya. Demikian seterusnya.

Yang tidak kalah penting, Rasulullah menasehatkan kepada umatnya yang direpresentasikan kepada Mu'adz bin Jabal dengan sabdanya:
اِتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ الناس بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kamu kepada Allah, ikuti kesalahan dengan kebaikan niscaya (kebaikan itu) akan menghapusnya, dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yangbaik!” (H.R. Tirmidzai).

Perhatikan kalimat yang digaris bawah dan di-bold! Itu dia kunci dari tobat selain tidak mengulangi kesalahan untuk yang kedua kali. Menebus kesalahan dengan giat berbuat baik. Dengan begitu, kesalahan pun akan segera Allah hapuskan. Layaknya coretan pulpen di kertas, lalu jika ada yang salah tulis, Anda gunakan tipe-x untuk menghapusnya kemudian menulis huruf, kata atau kalimat yang benar di atas tipe-x tersebut.

Akhirnya, hanya kepada Allah lah kita memohon bimbingan agar tidak terjerumus pada kesalahan berulang kali. Dan, ketika kesalahan itu dilakukan, yuk segera bertobat, istighfar, dan menebusnya dengan giat melakukan kebaikan-kebaikan. Selain itu, lakukan perubahan sikap.

Demikian, terimakasih atas kesempatan untuk membaca. Jazākumullāhu khairan katsirā.

2 komentar:

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...