Prolog
Manusia terlahir ke dunia dalam keadaan
tidak berpengetahuan sedikitpun. Lalu, Allah memberikan tiga modal hidup, yaitu
as-sam’a (pendengaran), al-abshar (penglihatan), al-af`idah
(hati). Apa maksud Allah membakali manusia dengan tiga hal ini? Ternyata Allah
menginginkan agar mausia yang lahir bisa mengoptimalkan (baca: syukur)
ketiganya untuk merubah keadaan tidak berpengetahuan menjadi berpengetahuan.
Hal ini bisa kita pelajari dari ayat
berikut:
وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ
مِنْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ
وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun. Dia (Allah) memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur.”. (Q.S. an-Nahl [16]:
78).
Jika
Tidak Bersyukur Atas Tiga Bekal
Nah,
jika manusia tidak menggunakan ketiga potensi yang Allah berikan sebagaimana
ayat di atas, akibatnya tidak akan ada perubahan. Padahal, perubahan adalah
kunci keberhasilan dan kebahagiaan seseorang.
Seorang
pelajar yang malas, jika tidak berubah, ia tetap tidak akan cerdas.
Seorang
mahasiswa yang kupu-kupu alias kuliah pulang-kuliah pulang, jika tidak berubah,
kemungkinan hanya akademiknya yang tinggi sedangkan aktivitas sosial, pengalaman
berorganisasi, dll. tidak lebih baik.
Seorang
lajang yang merasa minder, jika tidak mau berubah dengan sikapnya, malu membuka
jaringan komunikasi, maka asa menikahnya hanyalah asa, kecil kemungkinan keinginannya
mewujud menjadi kenyataan.
Seorang
yang memiliki cita-cita menjadi penulis tapi tidak mau berubah, masih malas,
kudis alias kurang disiplin, tidak menaati peraturan diri; besar kemungkinan cita-citanya
sukar diwujudkan.
Orang
yang ingin masuk surga, jika tidak ada perubahan kepada yang lebih baik, ibadah
tidak lebih giat, ilmu seadanya; maka kemungkinan masuk surganya lebih lambat
ketimbang yang cepat, semangat dan terus meningkatkan kualitas diri, ilmu, amal
dan dakwahnya.
Intinya,
ada perubahan diri menuju yang lebih baik.
Nah,
ujung-ujungnya, jika kita tidak mengoptimalkan potrensi-potensi yang Allah
amanahkan, dalam hal ini as-sam’a (pendengaran), al-abshar (penglihatan), al-af`idah
(hati), manusia harus bersiap-siap
divonis rendah bahkan lebih rendah disbanding binatang. Apa bedanya dengan
binatang jika manusia tidak mau menggunakan ketiga bekal tersebut seyogyanya. Tragisnya
lagi, orang seperti ini tempat peristirahatan terakhirnya adalah neraka Jahanam.
Kenapa?
Pertama, punya hati tapi tidak mau menggunakannya
untuk memahami agama. Paham terhadap sesuatu termasuk agama, akan membuat
kita merasa tenang hidup. beramal pun akan yakin dan tidak ragu-ragu. Misalnya ada
perbedaan pendapat dalam hal pembatal wudhu. Menurut sebagian pendapat,
bersentuhan kulit denganlawan jenis itu batal wdhunya. Sedangkan menurut pendapat
lain, ternyata tidak batal wudhu. Anda akan bingung dan tidak tenang beribadah.
Jika Anda tidak paham kenapa begini? Kenapa begitu? Pahami keduanya, lalu
komparasikan. Mana yang lebih tepat istidlal-nya? Nah, itu yang akan membuat
Anda tenang beribadah.
Kedua, punya mata tapi tidak digunakan
untuk melihat, menafakuri, dan mempelajari ayat-ayat Allah baik ayat
tanziliyah (al-Quran) maupun ayat kauniyah (alam semesta). Tidak mau
membaca, mempelajari dan mengamalkan al-Quran termasuk ke dalam kategori ini.
Ketiga, punya telinga tapi sayang tidak ia gunakan
untuk menyimak ayat-ayat Allah. Telinganya merasa jijik jika harus
mendengarkan nasehat. Ia tidak pernah dan enggan hadir di majlis ilmu. Ia lebih
nyaman dengan tontonan ketimbang tuntunan. Sekali dinasehati, masuk ke telinga
kanan dan keluar ke telinga kiri.
Biar
kawan-kawan lebih paham, mari pelajari ayat berikut:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا
لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِنَ الْجِنَّ وَ الْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوْبٌ لاَ
يَفْقَهُوْنَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَ يُبْصِرُوْنَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَ
يَسْمَعُوْنَ بَهَا أُولئكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولئِكَ هُمُ
الْغَافِلُوْنَ
“Dan
sesungguhnya Kami isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka memiliki
hati, tetapi tidak digunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah). Mereka memiliki mata
(tetapi) tidak digunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Dan,
mereka memiliki telinga (tetapi) tidak digunakan untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi dari
binatang. Mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (Q.S. al-A’raf
[7]: 179).
0 komentar:
Posting Komentar
Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...