Senin, 20 Februari 2012

Tiga Ciri Ahli Neraka


Prolog
Manusia terlahir ke dunia dalam keadaan tidak berpengetahuan sedikitpun. Lalu, Allah memberikan tiga modal hidup, yaitu as-sam’a (pendengaran), al-abshar (penglihatan), al-af`idah (hati). Apa maksud Allah membakali manusia dengan tiga hal ini? Ternyata Allah menginginkan agar mausia yang lahir bisa mengoptimalkan (baca: syukur) ketiganya untuk merubah keadaan tidak berpengetahuan menjadi berpengetahuan.

Hal ini bisa kita pelajari dari ayat berikut:
وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dia (Allah) memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”. (Q.S. an-Nahl [16]: 78).

Jika Tidak Bersyukur Atas Tiga Bekal
Nah, jika manusia tidak menggunakan ketiga potensi yang Allah berikan sebagaimana ayat di atas, akibatnya tidak akan ada perubahan. Padahal, perubahan adalah kunci keberhasilan dan kebahagiaan seseorang.

Seorang pelajar yang malas, jika tidak berubah, ia tetap tidak akan cerdas.

Seorang mahasiswa yang kupu-kupu alias kuliah pulang-kuliah pulang, jika tidak berubah, kemungkinan hanya akademiknya yang tinggi sedangkan aktivitas sosial, pengalaman berorganisasi, dll. tidak lebih baik.

Seorang lajang yang merasa minder, jika tidak mau berubah dengan sikapnya, malu membuka jaringan komunikasi, maka asa menikahnya hanyalah asa, kecil kemungkinan keinginannya mewujud menjadi kenyataan.

Seorang yang memiliki cita-cita menjadi penulis tapi tidak mau berubah, masih malas, kudis alias kurang disiplin, tidak menaati peraturan diri; besar kemungkinan cita-citanya sukar diwujudkan.

Orang yang ingin masuk surga, jika tidak ada perubahan kepada yang lebih baik, ibadah tidak lebih giat, ilmu seadanya; maka kemungkinan masuk surganya lebih lambat ketimbang yang cepat, semangat dan terus meningkatkan kualitas diri, ilmu, amal dan dakwahnya.

Intinya, ada perubahan diri menuju yang lebih baik.

Nah, ujung-ujungnya, jika kita tidak mengoptimalkan potrensi-potensi yang Allah amanahkan, dalam hal ini as-sam’a (pendengaran), al-abshar (penglihatan), al-af`idah (hati), manusia harus bersiap-siap divonis rendah bahkan lebih rendah disbanding binatang. Apa bedanya dengan binatang jika manusia tidak mau menggunakan ketiga bekal tersebut seyogyanya. Tragisnya lagi, orang seperti ini tempat peristirahatan terakhirnya adalah neraka Jahanam. Kenapa?

Pertama, punya hati tapi tidak mau menggunakannya untuk memahami agama. Paham terhadap sesuatu termasuk agama, akan membuat kita merasa tenang hidup. beramal pun akan yakin dan tidak ragu-ragu. Misalnya ada perbedaan pendapat dalam hal pembatal wudhu. Menurut sebagian pendapat, bersentuhan kulit denganlawan jenis itu batal wdhunya. Sedangkan menurut pendapat lain, ternyata tidak batal wudhu. Anda akan bingung dan tidak tenang beribadah. Jika Anda tidak paham kenapa begini? Kenapa begitu? Pahami keduanya, lalu komparasikan. Mana yang lebih tepat istidlal-nya? Nah, itu yang akan membuat Anda tenang beribadah.

Kedua, punya mata tapi tidak digunakan untuk melihat, menafakuri, dan mempelajari ayat-ayat Allah baik ayat tanziliyah (al-Quran) maupun ayat kauniyah (alam semesta). Tidak mau membaca, mempelajari dan mengamalkan al-Quran termasuk ke dalam kategori ini.

Ketiga, punya telinga tapi sayang tidak ia gunakan untuk menyimak ayat-ayat Allah. Telinganya merasa jijik jika harus mendengarkan nasehat. Ia tidak pernah dan enggan hadir di majlis ilmu. Ia lebih nyaman dengan tontonan ketimbang tuntunan. Sekali dinasehati, masuk ke telinga kanan dan keluar ke telinga kiri.

Biar kawan-kawan lebih paham, mari pelajari ayat berikut:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِنَ الْجِنَّ وَ الْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوْبٌ لاَ يَفْقَهُوْنَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَ يُبْصِرُوْنَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَ يَسْمَعُوْنَ بَهَا أُولئكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولئِكَ هُمُ الْغَافِلُوْنَ
“Dan sesungguhnya Kami isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak digunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah). Mereka memiliki mata (tetapi) tidak digunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Dan, mereka memiliki telinga (tetapi) tidak digunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi dari binatang. Mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (Q.S. al-A’raf [7]: 179).


0 komentar:

Posting Komentar

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...