Selasa, 29 November 2011

Komunikasi adalah Kunci Menghindari Salah Paham

Manusia tidak mungkin bisa hidup sendirian. Perlu ribuah bahkan jutaan orang hanya untuk seteguk air atau sesuap makanan. Kita ambil contoh, untuk minum kita perlu air. Air kita ambil dari sumur melalui kran atau kompa. Sumur di rumah kita digali oleh tukang sumur. Tukang sumur menggali sumur dengan alat penggali sumur. Peralatan gali sumur ia beli dari pembuatnya. Pembuatnya membuat alat penggali sumur juga menggunakan alat tertentu, dan terus sampai ada rantai jasa manusia yang tidak terhitung. 


Itu baru mengurai dari airnya saja. Belum lagi dari gelas. Ayo kita runtut, satu per satu. Kita membeli gelas di toko. Penjual gelas di toko mendapatkan gelas dari pembuat gelas. Pembuat gelas membuat gelas dengan alat tertentu. Alat itu ia dapatkan dari pembuat alat membuat gelas. Tukang membuat alat pembuat gelas, membuat alatnya dari tukang membuat alat untuk membuat alat pembuat gelas. Waduh.... stooooopppp...!!! bingung ah...!!!

Jadi, jelaslah bahwa seteguk air bisa kita daptkan karena ada banyak jasa dari ribuan bahkan jutaan orang. Oleh karena itu, manusia disebut sebagai makhkul zone politicon, makhluk ketergantungan, makhluk yang bisa hidup jika bersama yang lain saling menopang.

Dalam interaksinya dengan yang lain terkadang terjadi gap atau ketidakharmonisan. Kita sadar bahwa life is never flat. Hidup itu tidak mulus, tidak datar dan tidak selamanya sesuai dengan keinginan kita. Namun, ketika hal tersebut terjadi apa yang sebenarnya harus kita lakukan? Hm, menurutku, kuncinya adalah hilangkan kesalahpahaman. Mengerti dan memahami situasi dan kondisi adalah niscaya.

Lalu, untuk bisa mengerti dan memahami, bagaimana rumus jitunya? Jawaban simpelku adalah KA-O-EM-U-EN-I-KA-ES-I alias komunikasi. Yupz, komunikasi menjadi hal yang niscaya dan mesti dilakukan agar kita tidak salah mengerti dan memahami sikon seseorang. Katakan dan tanyakan “Ada apa denganmu?”, “Kenapa bersikap seperti itu?”, “Apa salahku?”, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Jika memang ada yang salah dengan diri kita, maka berbesar hatilah untuk meminta maaf dan bertekad agar tidak mengulanginya lagi. Jik ternyata apa yang dipikirnya tidak tepat, berjiwabesarlah untuk meluruskan pemahamannya dan memaafkannya sebelum ia meminta maaf. Memaafkan itu sulit bagi siapa saja yang di hatinya ada keangkuhan. So, agar menjadi orang yang tawadhu’ alias rendah hati, maafkan kesalahan orang meski berat rasanya.

Sekali lagi, komunikasi menjadi kunci untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul akibat kesalahpahaman. Al-Quran pun dengan bahasa yang beragam berulangkali menyebutkan perintah komunikasi yang baik, efektif dan mendidik. Qulu qaulan kariman (berkatalah dengan perkataan yang mulia), qulu qaulan ma’rufan (berkatalah dengan perkataan yang baik), qulu qaulan layyinan (berkatalah dengan perkataan yang lembut), qulu qaulan balighan (berkatalah dengan perkataan yang menyampaikan maksud), dan lain-lain.

2 komentar:

  1. iya komunikasi emang harus dijaga!!!!!

    BalasHapus
  2. Benar, menjaga komunikasi adalah niscaya bagi siapa yang ingin adem-adem dalam interkasi..
    Salam... :)

    BalasHapus

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...