Selasa, 22 November 2011

Nikah itu Benar-Benar Indah

Semua hal di dunia ini berpasangan. Kanan kiri. Suka duka. Baik buruk. Benar salah. Begitu pun dengan manusia, ada laki-laki ada perempuan. Khushushan, dalam kesempatan ini akan sedikit diulas tentang laki-laki dan perempuan. Especially, laki-laki dan perempuan yang sudah mengakhiri masa lajangnya alias sudah menikah. The most especially, mengenai betapa indahnya menikah.


Nikah memang indah. Demikian kesimpulan dan fakta yang dialami oleh setiap insan yang sudah menikah. Benar. Ini benar adanya. Jika Anda adalah lajangers dan cukup usia, segeralah menikah dengan niat ibadah. Maka, Anda pun akan diliputi yang indah-indah. Tidak percaya??? Ayo buktikan saja sendiri.

Sekedar curhat saja, aku adalah pengantin baru. Tanggal 25 September 2011 aku memulai lembaran hidup baru dan meninggalkan serta menyimpan masa lajang di gudang kehidupan. Selepas itu, banyak janji Allah yang aku dan istri rasakan. Bahkan kekhawatiran yang dulu sering menghantui sehingga terkadang muncul keputusan untuk menunda menikah, tidak terbukti sama sekali.

Pertama, semenjak pertengahan 2008 aku adalah orang rapuh fisik. Mudah sakit. Cape sedikit, badan terasa tidak enak. Dan, hampir tiap bulan aku harus bed rest. Itu pun bukan dalam waktu yang singkat, sekitar satu  sampai dua minggu. Alhamdulillah, beberapa minggu sebelum dan setelah menikah saat ini Allah mengizinkan aku untuk menikmati karunia sehat lebih banyak ketimbang tidak sehat. Benar kata orang tua, “Sok geura kawin, insya Allah moal ririwit”, ayo segera menikah, insya Allah tidak gampang sakit.

Apa penyebab hal tersebut? Mungkinkah karena faktor psikis? Mungkinkah faktor motivasi yang tinggi? Atau barangkali setelah menikah ada sang manager yang memanage aktivitas dan lain hal? Yang pasti ini adalah janji Allah yang pertama bahwa Allah akan menolong setiap insan yang menikah dengan tujuan menjaga ‘iffah (kehormatan).

Kedua, yang aku alami adalah mulai terarahnya langkah. Pasangan kita adalah manager kita. Setelah menikah kami saling mengarahkan terhadap sesuatu yang lebih bermanfaat dan produktif. Hal-hal yang kurang bermanfaat dan non produktif kami tinggalkan. Ini pun disinggung oleh Rasulullah bahwa sebaik-baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak memberi manfaat baginya. “Min husni islamil mar`u tarkuhu ma la ya’nihi”. Demikian tandas Rasulullah.

Ketiga, ketenangan dan kenyamanan diri dalam menjalani kehidupan menjadi hadiah indah. Dahulu, pulang ngajar badan terasa lelah, lemas, perut lapar, ngalungsar kata orang Sunda mah. Pasca nikah, pulang ngajar meskipun lelah, perut keroncongan dan badan pegel-pegel, dengan senyuman dibarengi sapaan ikhlas yang muncul dari sang bidadari, maka semua itu terlunaskan sudah. Apalagi jika disodorkan teh manis atau sekedar air putih setelah sun tangan dan sambutan “meriah”, wah... dunia terasa indah deh...!!!

Keempat, semangat beraktivitas menjadi lebih tumbuh dan berkembang. Ada seseorang yang menjadi motivator langsung maupun tak langsung. Dia adalah pasangan hidup. Bagiku dia adalah istriku. Bagi istriku, dia adalah aku. Maka tidak heran ketika ada seseorang yang sebelum menikah dia adalah tipe pemalu dan intropert. Mau bisnis pun malu dilihat orang apalagi dilihat teman-teman. Tetapi setelah menikah ia berhijrah menjadi suami bertanggungjawab. Ia siap mencari rezeki dengan cara apapun yang penting halal. Kulit wajahnya sekarang bertamabah tebal. Begitulah yang dirasakan aku dan istriku kawan.

Sekanjutnya, kelima, rezeki senantiasa tercukupi. Konsep ini bukanlah konsep semata melainkan benar-benar terjadi. Kahartos jeung karaos. Dimengerti dan dirasakan. Selalu ada saja rezeki yang Allah titipkan kepada kami. Kami menjadi lebih yakin akan janji-janji Allah. Allah itu tidak pernah berdusta. Hanya saja manusia yang berpikiran negatif terhadap kehendak Allah. Oleh karena itu, janganlah khawatir tentang rezeki sehingga menikah menjadi tertunda gara-gara pikiran ini. Serahkanlah sepenuhnya kepada Allah. Yang menyuruh nikah kan Allah? Maka, Allah lah yang akan menanggung seluruh biaya pernikahan kelak. Layaknya orang tua yang menyuruh anaknya sekolah. Mereka tidak mungkin menyuruh tanpa membiayai. Seluruh kebutuhan sekolahnya ditanggung oleh mereka. Demikian ilustrasinya. So, don’t worry to get married...

Untuk menguatkan, mari kita pahami ayat berikut:
وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sedirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. An-Nur [24]: 32).

Sekali lagi kami tegaskan, ini benar-benar terjadi dalam rumah tangga kami. Walaupun secara angka relatif, namun secara nilai rezeki itu terasa begitu berharga.

Keenam, berdua itu lebih indah dan mengesankan. Makan berdua, tidur berdua, tahajud berdua, shaum berdua, (maaf) mandi berdua, belanja berdua, senang berdua, sedih berdua, dan lain-lain berdua. Kami tegaskan kembali, berdua itu lebih indah dan mengesankan.

Ketujuh, kualitas dan kuantitas ibadah menjadi meningkat. Kami membuat rencana ibadah. Mulai dari yang wajib sampai yang sunat. Kami berlomba menghafal al-Quran dengan slogan “one day one ayah” dan yang paling banyak menghafal ayat atau surat akan mendapat reward. Kami berazam tidak meninggalkan tahajud dan dhuha. Saat kami terpisah jarak, kami senantiasa saling mengontrol. Itu kami rasakan indah dan berbarakah.

Sebenarnya banyak hal yang kami rasakan. Namun inti dari tulisan ini adalah menikah itu benar-benar indah. Banyak hadiah dari Allah yang akan diberikan bagi setiap pelaku nikah. Yang penting adalah seberapa besar kita mampu berpikir positif terhadap Allah dengan segala keputusan-Nya. Husnuzhan kepada Allah. Misalnya dalam urusan nafkah, sebarapa pun hasil yang diterima adalah bentuk kebaikan Allah. Jika besar bersyukurlah dan jika kecil atau sedikit, tetaplah bersyukur.

2 komentar:

  1. huhu jd pengen nikah ;( hiks gak boleh baca beginian kalo belom da calon hiks hiks

    BalasHapus
  2. kalau begitu, ayo segera menikah jika sudah siap segalanya...
    barokallohu fiik...

    BalasHapus

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...