Sabtu, 26 November 2011

Lebih Baik Sakit Gigi daripada Sakit Hati, Benarkah?


Sekali lagi tentang sakit. Siapa yang mau sakit? Tidak lah pastinya. Namun, setiap orang harus bersiap-siap melawan sakit karena tidak ada orang yang sehat selamanya. Pasti suatu hari ia akan disinggahi si sakit.


Kemarin, hari Jumat tanggal 25 November 2011 tepat dua bulan usia pernikahanku, gigi bawahku yang sebelah kiri diserbu sakit yang masya Allah luar biasa. Aku hampir menangis melawan sakitnya. Untung saja ada suster di sampingku yang setia mengelus-elus rasa sakitku juga memotivasi agar tetap bertahan. Suster itu adalah istriku. Duh... subhanallah... Kali pertama sakit dirawat suster terbaik sedunia, he… Dan, alhamdulillah menjelang shalat maghrib sakit gigiku sirna juga.

Ada ungkapan begini, “Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati”. Benarkah kawan? Hm, ternyata setelah kualami sakit gigi aku tidak sepakat dengan ungkapan tersebut. Sakit gigi atau sakit hati, dua-duanya sama-sama sakit. Tidak ada mendingnya. Sakit gigi mengerang, sakit hati menyesakkan. Jadi, mendingan tidak dua-duanya, kawan.

Intinya adalah, sakit itu bahasa cinta Allah yang kerap di-negative thinking-i oleh kebanyakan kita. Selain itu, kita sering merasa lemah untuk percaya bahwa kita sebenarnya kuat dan bisa melalui badai (baca: sakit). Ini bukan fiktif tapi nyata. Untuk lebih meyakinkan, mari kita pahami dalil nash (teks) berikut:
لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا
“Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya” (Q.S. al-Baqarah [2]: 286).

Pun dengan sakit, Allah tidak akan memberikan rasa sakit kepada seseorang jika ia tidak mampu melawannya. Tegasnya, kita akan mampu bertahan dan melawan rasa sakit yang kunjung. Yang perlu diperhatikan adalah tetap sempurnakan ikhtiar menjemput solusi.

Yakinkan juga bahwa semua beban hidup pasti ada solusi. Allah memberikan masalah sepaket dengan jalan keluarnya baik musibah, ujian ataupun segala hal yang membuat kita merasa sakit, fisik maupun psikis. Sekali lagi, pasti ada solusi dan jalan keluarnya.

Berkenaan dengan sakit, ada dalil yang tegas dalam al-Quran mengenai keyakinan Nabi Ibrahim. Allah swt. berfirman:
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنِ
 “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku” (Q.S. asy-Syu’ara [26]: 80).

Hadits pun tegas menyebutkan:
لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ فَإِذَا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Setiap penyakit itu ada obatnya. Jika obat suatu penyakit diupayakan, dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla penyakit itu akan hilang” (H.R. Muslim).

0 komentar:

Posting Komentar

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...