Selasa, 22 Maret 2011

Kritik Pedas v.s. Kripik Pedas


Manusia itu tidak selamanya benar dan tidak selamnya salah. Berbeda dengan malaikat yang senantiasa benar tidak pernah berbuat dosa. Begitu juga setan yang selalu berbuat maksiat kepada Allah.
Manusia memiliki dua potensi, yaitu benar dan salah. Dua potensi yang dimiliki manusia tersebut akan senanatiasa saling berebut di dalam pikiran dan sikap. Oleh karena itu, kita selaku manusia hendaknya menjaga pikiran dan sikap yang benar serta berusaha meninggalkan apapun yang salah.
Dalam kehidupan, benar itu tak jadi masalah. Yang jadi masalah adalah kesalahan. Itu yang menyebabkan kebencian, baik benci dari Allah atau pun dari manusia. Di saat kita sedang salah, tentunya hal terbaik adalah segera menyesali dan meminta maaf. Betobat jika salahnya kepada Allah, dan meminta maaf jika salahnya kepada sesama kita. Rasulullah sendiri pun menyatakan bahwa manusia itu tempatnya salah dan lupa. Sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertobat.
Tetapi dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita lepas kontrol. Yang salah dianggap benar dan yang benar dianggap salah. Oleh karena itu, di sinilah manfaat bersosialisasi, kita mengontrol diri sendiri juga kontrol terhadap orang lain. Begitu juga dengan teman kita, mereka mengontrol diri mereka sendiri sekaligus mengontrol teman lain termasuk kita.
Saling kontrol. Itulah kata kuncinya, kita sering menyebutnya dengan kritikan. Kritik itu walaupun kita rasa tidak mengena, tapi manfaatnya luar biasa. Kita bisa belajar dari kritikan orang. Misalnya, kita dikritik orang bahwa bicara kita kasar tidak mengenakkan hati yang mendengar. Maka, manfaatnya adalah kita belajar atau mengontrol bicara kita untuk tidak kasar.
Jika kritikan itu tidak mengena, misalnya dikritik bahwa kita ini pelit, padahal kita merasa suka berbagi ilmu, sedekah kepada fakir miskin, murah senyum, dll., sikap kita jangan naik pitam. Justru hal tersebut bisa dijadikan pelajaran yang lebih berharga bahwa kita yang merasa sudah menderma harus lebih menderma lagi buktinya masih ada orang yang berkata bahwa kita ini belum dermawan tapi masih "pelitwan".
Krtik pedas itu tidak sama dengan kripik pedas. Jika kita banyak makan kripik pedas, maka yang akan kita dapatkan adalah sakit perut atau panas dalam. Jika kita banyak makan kritik pedas, maka pikiran dan sikap kita akan penuh dengan gizi baik. Artinya, pikiran dan sikap kita akan terkontrol.

0 komentar:

Posting Komentar

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...