Air itu akan dipenuhi bakteri dan kuman penyakit jika ia tidak mengalir. Tengok saja kolam yang tidak memiliki jalan masuk-keluar air, warnanya hijau kan? Atau kehitam-hitaman kan? Nah, hal itu akibat dari tidak bergeraknya air. Ia hanya bergerak di “rumah”-nya saja. Tidak pernah keluar rumah kemudian melakukan pergantian “semangat”. Kenapa ia harus bergerak? Karena ia hanya memiliki tekad yang kuat untuk sampai pada satu tujuan, yaitu muara.
Begitu pun dengan diri kita, kawan. Jika kita tidak bergerak menjemput segala harapan yang kita kunci, maka yang ada hanyalah “bakteri” dan “kuman penyakit” menjangkit kita. Bakteri dan kuman itu bernama kegagalan. So, untuk sampai di puncak harapan, kunci utamanya adalah bergerak menjemput impian. Tentunya setelah melalui perencanaan yang baik karena “gagal merencanakan berarti merencanakan gagal”. Tim sepakbola yang asal-asalan dalam latihan ketika main akan terlihat kacau, tidak ada koordinasi, tidak ada kerjasama yang baik.
Impian boleh kita gantungkan setinggi-tingginya. Namun, kita mesti mengetahui dan memahami bagaimana cara menjemputnya. Di sini lah kita harus pandai-pandai menetapkan target hidup. Jangan sampai seseorang kerap mengalamai kegagalan. Selidik punya selidik, ternyata ia menetapkan target hidupnya tidak sesuai dengan kemapuan diri. Masih ingat ungkapan ini, “Kemauan itu harus disesuaikan dengan kemampuan”? Yupz, benar! Itu dia salah satu teori yang mesti menjadi aksi dalam mengunci dan mengeksekusi target. Sukses itu 1 % perencanaan dan 99% aksi.
Selain kita gantungkan impian setinggi-tingginya, kita pun mesti menggantungkan impian kepada Allah swt.. “Allahush-shamad”, Allah lah tempat bergantung. Demikian firman Allah dalam Surat al-Ikhlas ayat kedua.
Allah itu mahakuat. Jika kita bersandar pada-Nya yang kuat, maka kita akan menjadi kuat dalam menghadapi segala problematika hidup.
Allah itu mahagagah. Jika kita meminta pertolongan kepada Allah yang gagah, maka kita akan menjadi gagah nan berwibawa dalam melangkah menuju impian.
Allah itu mahacerdas. Jika kita meminta bimbingan kepada Allah yang cerdas, maka kita akan menjadi cerdas dalam bekerja.
Allah itu mahakuasa. Jika kita memohon perlindungan kepada Allah yang kuasa dari segala kejahatan dan keburukan makhluk, maka kita akan memiliki tameng hebat yang bisa menghalau segala kejahatan dan keburukan makhluk.
Maka, tidak ada ketetapan yang terjadi kecuali sudah Allah tetapkan sejak jaman ajali. Walaupun begitu, tetap saja kita mesti berikhtiar. Allah itu melihat pekerjaan kita bukan melihat hasilnya.
Dalam al-Quran disebutkan:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ
“Dan katakanlah (olehmu), ‘bekerjalah saja kalian, maka Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman akan melihat amal kalian”. (Q.S. at-Taubah [9]: 105).
Sekali lagi, bekerjalah saja. Bangun, bangkit dan bergeraklah menjemput impian. Niscaya engkau akan mendapatkan kebahagiaan yang tidak terkira dan tertara.
0 komentar:
Posting Komentar
Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...