Kamis, 08 Desember 2011

Tiga Pelajaran Berharga dari Olahraga Futsal

Setelah beberapa lama tidak berolahraga “keras”, maksudnya olahraga yang benar-benar memerah keringat, akhirnya tadi sore sekitar pukul 16.00 aku dan rekan-rekan Pemuda Persatuan Islam Kota Tasikmalaya bermain futsal di lapangan indoor dekat SMA 4 Kota Tasikmalaya. Pertandingan ini adalah ajang silaturahmi sekaligus seleksi pemain untuk pertandingan ekshebisi ke Kabupaten Majalengka akhir Desember nanti.
Komposisi pemain yang “amburadul” non-profesional, membuat pertandingan berjalan seru. Seru bukan karena permainannya yang hebat tetapi gaya main yang benar-benar kaku plus dengan teriakan-teriakan lucu dari hampir semua pemain. “kadieu.... oper....!!!”, “Wah... aing mah....!!!”, “Tah... tajong...!!!”, dan teriakan-teriakan lainnya yang tak kalah seru dan sarat semangat.

Apa yang terjadi setelah big match berakhir? Wuih... subhanallah... badanku pegel-pegel. Perlu tukang pijat nie... Ayo, adakah kawan-kawan yang siap memijatku dengan penuh kelembutan? He... Walaupun begitu, tetap saja hati ini merasa senang karena selain banjir keringat, banjir salam dan sapa hangat pun mempertegas bahwa kami ini adalah bersaudara. Saudara seiman dan seperjuangan.

Tiga Pelajaran Berharga
Dari pertandingan ini, yang bisa kuambil pelajaran ada tiga point.

Pertama, buat perencanaan. Seperti futsal yang kami laksanakan tersebut adalah hasil dari perencanaan dan koordinasi seminggu sebelumnya. Dalam kehidupan, buatlah rencana yang baik dan benar. Rencanakan hidupmu dengan baik! Mau jadi apa kamu tahun depan, dua tahun ke depan, tiga tahun ke depan, atau sepeluh tahun yang akan datang?

Ingat kembali bahwa rencana hidup itu harus memenuhi lima syarat yang dirangkum dalam akronim SMART. Spesifik, tidak terlalu global sehingga otak kebingunan dalam menentukan jalannya. Measurable alias terukur dan tidak muluk-muluk. Antusiasm, penuh semangat, tidak kalah melawan setiap tantangan apalagi kalah sebelum bertanding. Realistic, menyesuaikan kemauan dengan kemampuan. Time-line, tidak sekesampainya tapi tertuju pada satu titik waktu.

Kedua, kerjasama itu penting. Ini bisa diaplikasikan dalam berorganisasi. Semua staf pimpinan berkerja sesuai dengan amanah yang diembankan. Dan, pedoman dalam mengerjakan tugas sesuai fungsinya biasanya tertulis dalam pedoman berorganisasi, dalam hal ini QA-QD (Qanun Asasi-Qanun Dakhili), anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Maka, ketika seluruh staf bekerja dalam bekerjasama mewujudkan cita-cita bersama, insya Allah visi, misi dan tujuan organisasi akan tercapai.

Ketiga,  sesuatu hal atau pekerjaan yang sudah menjadi kebiasaan akan dengan sangat mudah dikerjakan dan dipastikan tidak ada efek pada diri kita. Pelajaran ini kudapatkan selepas mandi dan istirahat dari futsal. Badanku pegal-pegal. Aku nyadar bahwa aku ini memang jarang berolahraga “keras”. Maka, biasakanlah sesuatu yang baik agar yang baik ini mengalirkan kebaikan di dunia dan di akhirat. Ini pasti!

Demikian catatan ini kubuat, untuk digunakan sebagaimana mestinya yakni sebagai bahan evaluasi diri dan referensi bagi kawan-kawan yang mau mengambilnya sebagai bahan. Yang tidak mau, aku tidak memaksa kok.

Salam perjuangan menuju satu tujuan... BAHAGIA.

0 komentar:

Posting Komentar

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...