Kamis, 01 Desember 2011

Segala Sesuatu itu Ada Waktunya

Menunggu istri pulang. Saat ini ia sedang di perjalanan menuju rumah. Berangkat pukul 17.00 dari UPI Bandung. Di terminal Caheum, bis Budiman tak biasanya ngetem satu jam setengah. Katanya sih nunggu penumpang lain karena bis yang ditumpangi istriku itu bisa terakhir malam itu. Ya... sudahlah berlajar bersabar ya istriku.


Akhirnya bis berangkat pukul 19.30an. lega rasanya hatiku mendapat kabar bahwa bisnya berangkat. Subhanallah... pelajaran berharga buatku dan istriku. Sedikit kesal dan kecewa karena rencana yang dibuat matang ternyata harus terbendung kuatnya sang waktu.

Dari cerita kami tersebut, aku mendapatkan satu pelajaran berharga. Pelajaran itu kusimpulkan ke dalam sebuah kalimat sederhana penuh makna, yakni “Segala sesuatu itu sudah Allah atur alurnya”. So, kita hanya bisa mengikuti alur yang sudah Allah tetapkan di hidup kita. Meskipun begitu, tugas kita sebagai manusia yang berotot dan berotak adalah berusaha semaksimal mungkin untuk menjemput segala impian yang di-setting dalam pikiran dan hati.

Pada hakekatnya terwujudnya rencana dan harapan adalah karena alur yang Allah buat untuk kita sesuai dengan alur yang kita inginkan. Pertanyaannya adalah apakah alaur-alur yang kita buat dalam hidup kita ini selamanya akan sealur dengan yang ditetapkan Allah swt.? Di sini lah kita dituntut berbesar hati dan lapang dada menerima segala apa yang terjadi. Syukur syukur yang terjadi adalah apa yang kita inginkan. Tetapi giliran kita mendapat sesuatu yang ambivalen dengan rencana dan harapan, ya... tiada lain kata yang tepat sebagai lambang sikap yang benar adalah sabar.

Kami, saya dan istriku, saat ini membutuhkan kendaraan bermotor sebagai alat transportasi yang diasumsikan efektif dan efisien untuk kami. Pertama, motor akan kami gunakan untuk silaturahmi ke Garut, ke mertuaku dan keluarga istri. Maklum, jalan menuju rumah mertuaku adalah jalan yang terjal dan berliku. Aku menyebutnya jalan perjuangan. Kedua, sebagai pelayan umat alias muballigh, aku sangat butuh kendaraan yang bisa kugunakan berdakwah secara efektif. Dan, kendaraan yang kubutuhkan untuk sementara ini adalah motor. Yupz, berdakwah menggunakan motor lebih efektif dan efisien. Sebenarnya sih aku punya motor vespa. Tepatnya punya bapakku. Jadi, punya hasil pinjem aja, he...

Jalan yang kutempuh untuk mewujudkan keinginan ini adalah aku mencoba kasbon ke bendahara sekolah. Pelunasannya, syahriyah-ku alias gaji bulanan dipotong setiap bulan. Aku pede saat itu. Pastilah aku akan mendapatkan pinjaman secara mudah. Tapi ternyata, setelah kuusahakn, bendahara dan kepala sekolah tidak memebriku pinjaman dengan alasan sekolah sedang defisit. Kecewa. Aku sedikit kecewa. Namun, aku segera sadar. Ini bukan keputusn bendahara dan kepsek tapi ini adalah keputusan Allah.

Kebetulan menurutku, tidak kebetulan menurut Allah, waktu itu ada wacana tabungan wajib dibagikan. Dan, ternyata benar seluruh guru hampir sepakat bahwa tabungan wajib dibagikan. Seteah dilakuklasikan, dari mulai tahuh 2005 sampai 2010, tabunganku mencapai angka Rp 1.020.000. Subhanallah, cukup besar menurut perhitunganku.

Kecdewaku berlipat dua kali. Tabunganku itu dipotong oleh bendahara secara “paksa” sebesar Rp 500.000 karena saat itu aku masih punya tunggakan. Hm, aku punmencoba menyesuaikan mindset diri dengan “mindset”  Ilahi. Aku yakin ini adalah keputusan tebaik dari Allah. Selain tunggakanku berkurang, aku pun tidak menambah beban pembayaran. Hufh... inilah hidupku. Penuh lika dan liku. Hidupku adalah perjuanganku.

Di dalam dadaku masih tetap ada keyakinan bahwa Allah tidak menciptakanku untuk menghadapi hidup yang datar. Life is never flat. Hidup itu tidak pernah datar. Hidup itu penuh liku. Hidup  itu perjuangan. Dan, keberhasilan perjuangan itu salah satunya adalah disokong oleh keyakinan akan terwujudnya impian.

Dimulai dari impian kemudian diungkapkan dengan kata dan dieksekusi dengan tindakan nyata. Maka, tunggullah apakah alur yang kita buat itu sesuai dengan alur Allah? Misteri. Oleh karena itu, hanya satu kata yang akan memeprtegas hidup menadi lebih baik, yaitu yakin. Sekali yakin.

Beruntung sekali aku memiliki istri yang selain shalehah ia juga mampu menjadi mentor dan motivator buatku. Hm, “hufh...” pun akhirnya berubah menjadi “hmmm...”. indahnya hidup ini.. Terimakasih ya Allah atas karunia yang Engkau berikan kepada kami.


0 komentar:

Posting Komentar

Mari meraih kebaikan dengan berbagi. Tinggalkan komentarmu kawan...